"Tidak penting kamu tahu siapa saya. Saya akan menyelamatkanmu dari tekanan ibu tirimu, asal kamu mau menikah dengan saya," pungkas Samuel mendadak.
Lelaki bertubuh atletis itu berbicara dengan sangat lantang dan juga tegas, sehingga membuat lawan bicaranya sangat terkejut.
Bukan hanya karena nada bicaranya, tetapi perkataannya yang lebih membuat Syahira terkejut setengah mati.Syahira bahkan sampai menoleh ke kanan dan ke kiri–mengira lelaki yang tidak sengaja bertabrakan dengannya tadi sedang berbicara dengan orang lain.
Tidak mungkin lelaki yang sama sekali tidak ia kenali itu, tiba-tiba mengajaknya untuk menikah, kan?Namun, Syahira tidak dapat melihat orang lain, selain dirinya.Dengan polos, dia pun bertanya, "Apakah anda sedang berbicara dengan saya, Tuan?"
Samuel sontak mengangkat kedua alisnya. Kemudian menghela nafasnya panjang. "Lalu, kamu pikir saya berbicara dengan orang lain?"
Mata indah Syahira sontak membola. "Tapi, siapa Anda? Kenapa tiba-tiba mengajak saya menikah dan tau nama lengkap ayah saya?"
Syahira benar-benar tak mengerti. Bagaimana dia bisa bertemu dengan lelaki aneh yang tiba-tiba mengajaknya menikah?
Meskipun ia akui, lelaki aneh itu terlihat sangat tampan dengan mata tajam seperti mata elang, tetapi aneh sekali dilamar seperti ini. "Saya ....""Maaf, Tuan. Anda sudah ditunggu oleh Tuan besar." Asisten pribadi Samuel terpaksa harus memotong percakapan atasannya itu. Sejak tadi, Ardi ditelpon terus-menerus oleh ayah Samuel.
Melihat ini, Syahira lantas mengerutkan keningnya.
'Siapa sebenarnya mereka? Dari pakaiannya yang sangat licin dan juga mewah, sepertinya pria ini konglomerat? Lalu, pria yang baru datang, apakah asistennya?' batinnya.
"Ardi, beri dia kartu nama saya," titah Samuel mendadak pada asisten pribadinya.
Dengan cepat, Ardi mengambil kartu nama yang disebutkan tadi dari dalam tas hitam kecil yang selalu ia bawa ke mana pun. Lalu, ia menyerahkannya kepada gadis cantik yang ada di hadapannya.
"Ambil ini. Sepulang kerja nanti, kamu datang ke kantor yang ada di alamat ini!" seru lelaki yang memakai kaca mata hitam itu.
Syahira lantas mengambil kartu nama itu dari tangan pria itu meski masih bingung.
Sementara itu, Samuel sudah berjalan terlebih dahulu ke arah mobilnya yang sedari tadi sudah terparkir di depan restoran mewah itu.
Dengan dahi mengkerut, gadis cantik yang rambutnya diikat kuncir kuda itu terus memperhatikan kartu nama yang ada di tangannya.[ Samuel Sastrawinata/ CEO ]
"Hah?" ucap Syahira tanpa sadar.
Menyadari lelaki yang berprofesi sebagai asisten pribadi Samuel itu berjalan meninggalkannya, Syahira seketika panik. "Tunggu!" seru Syahira. Ardi sontak menghentikan langkahnya. Kemudian membalikkan badannya. "Ya?""Siapa sebenarnya lelaki yang kamu sebut Tuan, itu?" tanya Syahira sedikit berteriak. "Datanglah ke alamat yang ada di kartu nama itu jika kamu mau tahu," sahut Ardi. Tak lama, ia pun meninggalkan Syahira yang masih dalam kebingungan.*********
"Huh, kenapa pagi ini aku bertemu dengan orang-orang aneh seperti mereka? Siapa juga laki-laki yang dipanggil dengan kata 'tuan' itu? Kenal aja enggak, kok tiba-tiba ngajak nikah. Ganteng-ganteng kok gila!" gerutu Syahira–tanpa sadar.
"Heh, siapa yang gila? Kamu kali yang gila! Pagi-pagi ngomel sendiri gak jelas kayak gitu!" tegur Reta, asisten dari manager restoran mewah itu.
Syahira terlonjak kaget begitu melihat wanita bertubuh tambun yang merupakan atasannya. "Eh, maaf, Bu," ucapnya sembari menundukkan kepalanya.
"Sudah, cepat ganti pakaianmu! Kebiasaan sekali kamu ini, datang selalu terlambat!" hardik Reta sembari berkacak pinggang.
Tanpa menjawab lagi, Syahira segera masuk ke dalam restoran yang berada di dalam hotel mewah tersebut dan menuju ruang ganti karyawan.
Karena hari masih pagi, suasana di sana masih terlihat sangat sepi.
Hanya ada beberapa pengunjung hotel yang sedang menikmati sarapan pagi.
Melihat itu, seorang perempuan tampak menghampiri Syahira.
"Hey, tadi kamu ada urusan apa sama owner kita yang paling ganteng itu?"
Syahira mengerutkan keningnya mendengar ucapan Siska--teman kerja sekaligus sahabat baiknya itu.
"Owner kita? Maksudmu, lelaki yang tadi tidak sengaja bertabrakan denganku itu pemilik hotel ini?"
Siska menganggukan kepalanya. "Iya, yang mana lagi? Emang cuma dia lelaki yang paling tampan yang ada di muka bumi ini," ucap Siska sembari membayangkan wajah tampan pemilik hotel berbintang lima itu.
"Oh, jadi lelaki yang tadi itu owner dari hotel bintang lima ini? Serius kamu?" Syahira membulatkan matanya.
"Iya! Kenapa, kamu juga tak menyangka, kan, kalau owner dari hotel ini masih muda? Dan asal kamu tau, ya, dia itu masih lajang, tau!" Siska sangat bersemangat saat menceritakan sosok Samuel Sastrawinata.
"Terus, kalau dia masih lajang, kamu mau apa?" sindir Syahira meski tahu ke mana arah obrolan sahabatnya itu.
"Mau melamar jadi calon istrinya!" Siska tertawa terbahak-bahak.
"Mimpi kamu ketinggian!" Syahira melempar tisu yang sedari tadi ia pegang ke wajah Siska. Gadis cantik itu tiba-tiba ingat dengan kartu nama yang diberikan oleh asisten pribadi Samuel tadi. Kemudian ia mengambilnya dari saku celananya. "Oh iya, tadi aku dikasih ini sama asisten pribadinya." Syahira memperlihatkan selembar kertas tipis itu kepada Siska.
"Loh, serius? Terus, kok bisa dia kasih kartu nama ini ke kamu?" tanya Siska. Perempuan yang tak pernah lepas dari kacamatanya itu memasang wajah dengan serius. Ia sangat penasaran.
"Kamu tau? Tadi, lelaki yang kamu bilang sebagai owner itu tiba-tiba ngajak aku nikah," bisik Syahira.
Siska langsung tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu. "Yang mimpinya ketinggian itu kamu, Syahira! Hahahaha ...."
"Aku serius, Siska! Bahkan dia itu tau nama lengkapku dan nama lengkap ayahku," seru Syahira dengan memasang wajah serius.
Siska terus saja menertawakan sahabatnya itu. "Udah-udah, masih pagi kok ngayalnya ketinggian."
"Ayok kita ke depan! Jangan sampai Bu Luna tau kalau kita dari tadi ngobrol disini, bisa-bisa kita dipecat," pungkasnya.Kemudian, ia berjalan keluar meninggalkan Syahira yang masih duduk di tempatnya.
Luna adalah manager di restoran mewah itu. Semua karyawan yang bekerja di hotel itu tahu, jika sang manager sangat tergila-gila pada Samuel. Hanya Syahira yang belum tahu karena ia baru diterima kerja di hotel itu. Bahkan, Syahira baru ditugaskan di bagian restoran beberapa bulan yang lalu.
"Ye ... terserah kalau tidak percaya!" gumamnya pelan, “tapi, aku harus memastikan sesuatu.”
Tak lama, Syahira menyusul keluar dari ruangan dan kembali bekerja. Ada sesuatu yang menanti untuk dia pecahkan nanti.
******
“Ini benar, kan?” gumam Syahira ragu.
Setelah pulang kerja, ia segera memesan taksi online–menuju alamat kantor di kartu nama yang ia dapat tadi pagi.
Dan dalam setengah jam, perempuan itu sudah sampai di kantor milik lelaki yang ternyata owner dari hotel tempatnya bekerja.
Ia pun melangkah ke arah resepsionis.Anehnya, ia segera diantarkan menuju ruangan CEO–seolah sudah ditunggu.
Gadis itu pun akhirnya mengetuk pintu. Namun, tak juga ada jawaban.
Kemudian, Syahira memberanikan diri untuk mendorong pelan pintu yang memang kebetulan tidak dikunci.Betapa terkejutnya ia saat melihat perempuan yang ada di dalam ruangan itu. Terlebih, Syahira tiba-tiba dihardik kasar.
"Kamu! Ngapain kamu ada di sini, hah!?"
"Bu Luna?" pekik Syahira yang sama terkejutnya dengan perempuan yang selalu berpakaian seksi itu.Luna menatapnya tajam.Sedari tadi, Luna sedang berdiri persis di samping Samuel yang sedang fokus menatap layar laptopnya–berusaha menggoda pria itu. Kebetulan, ibu mereka adalah sahabat baik. Bahan mereka sempat dijodohkan. Sayangnya, Samuel menolak karena ia sama sekali tidak tertarik pada perempuan genit seperti Luna. Anehnya, kini kedua mata elang milik Samuel menatap lurus pada gadis yang masih berdiri di ambang pintu–bawahanya. Rasa cemburu sontak memenuhi diri Luna."Hey, sedang apa kamu disini?" hardik Luna lagi semakin kasar."Saya, saya disuruh ke kantor ini oleh ...." Mata Syahira kemudian menatap pada laki-laki tampan yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Namun, Luna mendadak berjalan menghampiri pegawainya yang masih berdiri di ambang pintu itu. "Siapa yang nyuruh kamu datang ke kantor ini, hah?" hardik Luna lagi, “sadar tempatmu. Memang kamu punya keperluan apa di sini
Mata Syahira sontak terbuka. Namun, hatinya sedikit lega begitu mengetahui Samuel berada cukup jauh dari dirinya. "Huh ...." Syahira membuang nafasnya kasar. Dadanya terasa sangat lega. Ternyata, apa yang dipikirkannya salah. Mungkin, hanya rasa takutnya saja yang berlebihan. Berkali-kali, gadis cantik itu menghirup udara dengan rakusnya. Karena sedari tadi, ia menahan nafasnya."Hei, kamu kenapa lagi, Syahira? Apa kamu kehabisan nafas, sampai menghirup udara segitunya?" tanya Samuel yang heran melihat tingkah aneh perempuan di hadapannya. "Eh, enggak. Gak apa-apa. Maaf." Syahira menjawab dengan sedikit gugup. "Ehm!" Samuel menetralkan suaranya. "Duduklah!" titahnya kemudian. Arah matanya lalu mengarah ke kursi yang berhadapan dengan meja tempatnya ia bekerja. Kemudian, Samuel berjalan menuju kursinya dan mendudukinya. Dengan ragu, Syahira akhirnya mengikuti perintah dari Samuel.Sementara itu, kedua netra Samuel yang menatap Syahira yang berjalan sangat lambat untuk sampai d
"Simpan saja pertanyaanmu itu setelah kita menikah nanti," jawab Samuel singkat.Hal itu membuat Syahira menahan kesal. Pria itu memanfaatkan dengan baik keadaannya yang sedang sulit. "Tapi, Pak. Itu namanya Anda curang. Saya tidak mengenal Anda sama sekali. Tapi, Anda sepertinya sangat mengenal saya. Bahkan, Anda tau masa kecil saya. Gak adil itu!" protes Syahira. Samuel tampak memikirkan sesuatu. "Oh iya, kamu itu bekerja di bagian restoran, benar begitu? Dan Luna yang jadi atasanmu, iya?" Syahira nampak menghela nafasnya panjang. Gadis itu merasa kesal pada laki-laki yang ia anggap misterius itu. Jelas sekali, ia mengalihkan pembicaraan. Alih-alih memprotes lagi, kali ini Syahira menjawab dengan sopan. "Ya, saya bekerja di bawah naungan Bu Luna. Kenapa memangnya, Pak?""Saya pastikan kalau kamu bakal dipecat olehnya," jawab Samuel dengan entengnya. Seketika Syahira membulatkan matanya. "Loh, Bapak kok gitu sih ngomongnya? Bapak mau saya di pecat oleh Bu Luna?" protesnya tak te
"Kenapa terkejut? Kamu kok bodoh sekali, sih? Ibu sudah bilang kalau nanti Tuan Rinto pasti akan datang ke rumah ini untuk bertemu dengan kamu sekaligus menentukan tanggal pernikahan kalian, kan?"Ucapan Rena benar-benar membuat Syahira semakin terkejut. Memang benar, pria itu katanya akan datang ke rumah untuk melamarnya. Tapi, Syahira pikir jika pria tua itu tidak akan datang secepat ini. "Iya, Bu. Tapi aku pikir pria itu tidak akan datang secepat ini. Kenapa Ibu tidak kasih tau aku dulu kalau dia datang hari ini?" ucap Syahira berusaha membela diri. Gadis itu benar-benar bingung, bagaimana caranya untuk menolak lamaran ini? Jika Syahira menolak, maka ia harus mengembalikan uang mahar yang jumlahnya tidak sedikit. Dari mana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu? "Halah! Ibu, kan, sudah pernah bilang sama kamu,” sinis Rena, “udah! Jangan kebanyakan protes! Cepat masuk. Kasihan Tuan Rinto dari tadi menunggu!"Kedua matanya melotot pada Syahira. "Tapi, aku gak–""Syahira, kebany
Lima belas menit berlalu, namun Syahira belum juga keluar dari kamarnya. Sehingga membuat Rena gelisah. Ia takut Tuan Rinto akan kesal karena sedari tadi terus saja dibuat menunggu oleh anak tirinya sehingga akan membuatnya membatalkan pernikahan ini. "Bu Rena! Mana Syahira? Sudah lama saya menunggu. Kenapa gadis itu tak juga keluar dari kamarnya? Anda tau, saya ini paling tidak suka untuk menunggu. Waktu saya sangat berharga. Saya sampai harus membatalkan semua janji saya dengan beberapa klien hanya demi bisa meluangkan waktu untuk Syahira. Sedari tadi saya datang, saya sudah dibuat terus menunggu oleh putrimu itu." Benar saja, apa yang baru saja di khawatirkan oleh Rena terjadi juga. Tuan Rinto mulai kesal karena sedari tadi terus saja dibuat menunggu oleh Syahira. "I--iya, Tuan. Sebentar, biar saya panggilkan dulu Syahira." Rena bergegas berjalan menuju kamar Syahira untuk memanggilnya. 'Anak ini benar-benar selalu membuat masalah. Awas saja kalau sampai Tuan Rinto membatal
Akhirnya Syahira masuk ke dalam mobil mewah milik Tuan Rinto. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia merasa sangat ketakutan. 'Ya ampun, gimana ini? Sebenarnya Tuan Rinto mau bawa aku kemana? Kenapa dia gak ilfeel, sih, liat penampilan aku kayak gini?' Syahira bermonolog. Supir pribadi Tuan Rinto segera menyalakan mobil dan melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan rumah keluarga Kemal. Tuan Rinto terus saja memperhatikan wajah Syahira yang duduk berada di sampingnya. "Meskipun penampilanmu seperti ini, ternyata kamu tetap terlihat cantik. Hanya saja baju yang kamu pakai itu benar-benar seperti gadis kampung!" Syahira mendelik, menatap tajam ke arah Tuan Rinto. "Sebenarnya Tuan mau bawa saya kemana?" tanyanya memberanikan diri. "Sebaiknya kamu tidak banyak bertanya, Syahira. Ikuti saja perintah saya. Karena saya sudah mengeluarkan banyak uang pada ibumu untuk bisa membawamu." Perkataan yang keluar dari mulut Tuan Rinto membuat Syahira bergidik ngeri. Dirinya m
Sontak Syahira langsung mendongakkan wajahnya, menatap tajam wajah Luna. Ia sama sekali tak terima jika dirinya dituduh sebagai wanita panggilan. Karena, ia tak seperti apa yang dituduhkan oleh atasannya. "Maaf, Bu Luna. Aku bukan wanita seperti itu!" sanggah Syahira. "Oh, ya? Lalu, apa namanya jika bukan wanita panggilan, hah? Datang ke hotel bersama dengan seorang pria beristri, bahkan, lihat, tanganmu saja digandeng seperti itu oleh Tuan Rinto," ucap Rena dengan suara yang cukup keras, sehingga membuat beberapa pengunjung yang berada di hotel itu menatap ke arah Syahira. Sepertinya, Rena memang sengaja melakukan hal itu untuk mempermalukan Syahira. "Aku ...." Tuan Rinto langsung memotong perkataan Syahira. "Ini bukan urusanmu, Luna. Jadi, kamu tidak perlu capek-capek untuk mengurusi Syahira!" tegasnya. "Ayo kita naik, Syahira!" Tuan Rinto kembali menarik tangan Syahira untuk segera pergi meninggalkan Luna dan langsung memasuki lift. "Iiiihh ... siapa juga yang mau menguru
"Ikut aku sekarang!" Samuel menarik tangan Syahira, mengajaknya untuk meninggalkan hotel tersebut. Tentu saja Syahira sangat shock, karena tiba-tiba Samuel datang. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, Samuel melepaskan jasnya, kemudian memakaikan pada Syahira. Menutupi bagian pundaknya yang terbuka. Syahira tersenyum tipis. Setidaknya kali ini ia bisa selamat karena Samuel datang di waktu yang tepat. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena ternyata Tuan Rinto juga menarik sebelah tangan Syahira."Tunggu! Siapa kamu, berani-beraninya membawa calon istriku?" tanya Tuan Rinto dengan amarah yang sangat jelas terlihat di wajahnya.Samuel langsung menoleh, menatap tajam pada pria yang telah mengakui Syahira sebagai calon istrinya. Sementara itu, Luna membulatkan kedua matanya. Menatap sinis pada Syahira dan Samuel bergantian. Ia tak menyangka jika ternyata laki-laki yang dicintainya itu justru malah merelakan jasnya untuk menutupi bagian tubuh gadis yang sangat ia benci. Karena yang a