Share

Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan
Pelayan Kampungan Milik CEO Arogan
Penulis: Al Vieandra

Mengganti Mahar

"Kalau tidak mau menikah, kamu harus mengembalikan uang mahar itu kepada Tuan Rinto!"

Syahira sontak terkejut mendengar ucapan ibu tirinya itu. "Tapi, Bu … bukankah yang menghabiskan uang itu, Ibu dan Cellin? Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, Bu…?”

Wanita yang selalu berdandan menor itu sontak membulatkan matanya–menatap tajam Syahira. Dia tidak suka dibantah, apalagi Syahira berani membawa nama putri kesayangannya.

"Berani ya, kamu protes? Uang itu sebagai balas budi kepada Ibu! Setelah kepergian ayahmu, Ibulah yang menjagamu,” bentak Rena, “sekarang, kalau kamu tidak mau menikah dengan Tuan Rinto, itu artinya kamu harus mengganti semua uang mahar yang telah dia berikan kepada Ibu!"

Tak lama, Rena beranjak dari tempat duduknya–hendak berjalan menuju ke dalam kamarnya.

"Ibu sama saja menjualku kepada pria tua itu," lirih Syahira kemudian menahan tangis.

Sayangnya, Rena dapat mendengar ucapan anak tirinya itu. Langkah kakinya urung ke kamar. Emosi seketika menguasai dirinya.

Wanita yang selalu bergaya bak sosialita itu memegang dagu Syahira dengan kasar. "Karena kamu memang pantas untuk Ibu jual, Syahira! Sudah kubilang, kan? Anggap saja ini bentuk balas budimu kepada Ibu yang yang sudah merawatmu semenjak ibu kandungmu meninggal!" pungkasnya lagi, “Lagipula, gak ada ruginya kamu menikah dengan Tuan Rinto. Kamu bahkan bisa menunjukkan baktimu lebih besar lagi pada Ibu dengan membagikan uang bulanan darinya.”

Kali ini, Rena segera masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa, ia menutup pintu kamarnya dengan cukup keras, sehingga menimbulkan suara yang membuat Syahira terperanjat.

“Ya Tuhan….” Syahira mengusap wajahnya dengan kasar.

Gadis berlesung pipi itu terlihat sangat frustasi.

Dia pun perlahan masuk ke dalam kamarnya untuk mengistirahatkan otak dan tubuhnya.

Seharian ini, Syahira telah lelah bekerja sebagai seorang pelayan restoran mewah yang berada tidak jauh dari rumah peninggalan orang tuanya. Namun, begitu pulang, dia harus mendengarkan informasi bahwa ibu tirinya menjual Syahira pada pria kaya raya yang seharusnya bisa menjadi ayahnya.

‘Balas budi?’

Tak terasa, air mata menetes membasahi pipinya yang mulus–meratapi nasibnya yang semakin terpuruk.

Syahira tidak menyangka roda kehidupan begitu cepat berputar. Sejak kecil, dia dibesarkan dalam limpahan harta. Namun, semua aset yang dimiliki mendiang ayahnya mendadak habis dijual oleh Rena--istri keduanya–tanpa sepengetahuan Syahira, pewaris tunggal satu-satunya. Katanya, ayahnya bangkrut.

Syahira tak berdaya. Kehilangan sang ayah sudah membuatnya begitu sedih. Namun, dia harus menemukan fakta bahwa yang tersisa kini hanya rumah yang ditinggalinya bersama dengan ibu dan saudara tirinya, serta dua buah mobil yang selalu dipakai mereka. Sementara, Syahira sendiri selalu naik ojek jika ia akan pergi ke mana-mana. Dia bahkan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi seperti impiannya dulu.

Diraihnya, foto sang bunda dari atas nakas, kemudian Syahira menatapnya dengan penuh kerinduan.

"Bunda, Syahira kangen sama bunda. Kenapa bunda pergi secepat itu meninggalkan Syahira sendirian? Syahira gak sanggup.”

Gadis malang itu kian terisak, tak kuasa menahan rasa sesak di dalam dadanya membayangkan nasibnya.

Bahkan, dia tak memiliki tempat bercerita sama sekali.

Dulu, satu-satunya tempat ia mencurahkan segala isi hatinya adalah Mbok Asih. Wanita paruh baya itu memang sudah mengasuhnya dari kecil semenjak orang tuanya Syahira masih ada. Namun semenjak ayahnya meninggal, Rena memecat Mbok Asih.

Kini, tak ada lagi yang bisa melindungi dirinya, selain dirinya sendiri.

Tak terasa, akhirnya Syahira tertidur sembari memeluk foto sang bunda.

Sisa-sisa air matanya masih menempel di pipinya yang mulus. Gadis malang itu tertidur dalam kesedihannya.

*******

"Syahira! Mana sarapan Ibu sama Celiin?" teriak Rena.

Pagi-pagi sekali, Syahira memang harus bangun saat ibu tiri dan saudara tirinya itu masih tertidur pulas di atas kasur yang empuk.

Berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka dan juga membersihkan seluruh rumah itu sebelum berangkat bekerja.

Rena memang tidak ingin Syahira berangkat ke tempat kerjanya sebelum pekerjaan rumah selesai semuanya.

Namun karena semalaman ia tak bisa tidur, akhirnya gadis malang itu bangun kesiangan. Yang menyebabkan, ibu tirinya terus mengomel tiada henti.

"Iya, Bu. Ini sebentar lagi udah siap," jawab Syahira dari dapur dengan sedikit berteriak.

"Bu … Cellin udah mau telat, nih,” rengek adik tiri Syahira itu kesal, “Kok, sarapannya belum siap juga, sih?"

Gadis yang duduk di bangku SMA itu terus merengek pada ibunya. Wajahnya ia tekuk, pertanda jika ia sedang menahan kesal.

"Sabar, sayang. Mungkin sebentar lagi udah siap. Kamu tunggu disini sebentar, ya. Biar Ibu liat ke dapur dulu," bujuk Rena.

Sejurus kemudian, ia beranjak dari kursi dan menuju dapur untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Syahira. Namun, emosinya naik begitu melihat Syahira yang belum selesai juga membuatkan sarapan untuk putri kesayangannya. Terlebih, menu yang dibuat biasa saja.

"Ya ampun, Syahira! Jadi, dari tadi, kamu hanya membuat nasi goreng aja? Selama itu, kamu membuat nasi goreng, hah?" hardik Rena kencang.

Syahira sontak terperanjat kaget. Dia tidak menyadari ibu tirinya itu sudah berada di belakang tubuhnya.

"I-iya, Bu. Maaf, tadi Syahira bangun kesiangan. Soalnya semalam Syahira gak bisa tidur," jawab gadis yang masih memakai piyama tidur itu.

"Itu bukan urusan Ibu, ya. Kamu mau bisa tidur atau gak bisa tidur! Yang penting, pagi-pagi sebelum Cellin berangkat ke sekolah, dia harus sarapan dulu!" seru Rena dengan berteriak, "kamu lihat, sudah jam berapa ini? Bisa-bisa Cellin telat berangkat ke sekolah gara-gara nungguin sarapan buatan kamu yang gak jadi-jadi!"

Dengan sopan, Syahira menanggapi sikap ibu tirinya itu. "Iya, Bu. Ini sebentar lagi juga udah selesai, kok. Gak sampai lima menit. Lebih baik, Ibu tunggu saja di ruang makan. Nanti kalau sudah selesai, Syahira akan antarkan."

"Ya sudah, cepat! Jangan lama-lama, kasian Cellin dari tadi sudah kelaparan!" ulang Rena lagi.

Kemudian ia berjalan meninggalkan Syahira yang sedari tadi sedang fokus untuk memasak.

Sesuai janji, beberapa menit kemudian, sarapan buatan Syahira sudah tersaji di atas meja makan.

Rena dan Cellin terlihat memakan nasi goreng buatan Syahira sampai habis.

Meski kesal akan menu sederhana di pagi hari ini, tetapi mereka sadar bahwa masakan Syahira tidak diragukan lagi kelezatannya.

Sementara itu, Syahira pun membawa bekal nasi goreng buatannya sendiri untuk dimakan di tempat kerjanya nanti. Dia harus segera bersiap menuju restoran mewah tempat ia bekerja.

*****

Menggunakan ojek langganan, Syahira telah sampai di restoran dalam waktu 15 menit. Gegas, dia turun dan berlari ke arah restoran.

Bruk!

Sialnya, karena terburu-buru, gadis berkuncir kuda itu menabrak seorang laki-laki yang berbadan tinggi.

"Ma-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja," ucap Syahira sembari menundukkan kepalanya.

"Ya, tidak apa-apa. Saya yang salah karena berjalan sambil menatap layar ponsel,” ucap lelaki yang memakai jas berwarna hitam.

“Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.

Syahira tampak bingung. Namun, dia tetap menundukkan wajahnya. "Nama saya Syahira, Tuan."

Lelaki yang masih terlihat sangat muda itu terkejut mendengar nama gadis yang menabraknya tadi. "Syahira Azalia Kemal? Putri dari Pak Syamir Kemal?"

Syahira mendongakkan kepalanya, terkejut dengan apa yang diucapkan oleh lelaki yang ia tabrak itu.

"Ke-kenapa Tuan tau nama lengkap saya dan nama lengkap ayah saya?"

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Siti Sadiah
baru mampir kak ...
goodnovel comment avatar
Cowok Inisial R
gantung thor
goodnovel comment avatar
Alnayra
kasihan banget jadi syahira, dia harusnya jadi ratu eh malah jadi babu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status