Share

Pelayan Kesayangan Tuan Mafia
Pelayan Kesayangan Tuan Mafia
Penulis: Nurleni

Bab 1 Apa aku berada di surga?

Drtt

{Kirimkan aku uang satu Milyar maka adik mu akan selamat} sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.

Pria berusia 30 tahun itu mendengus kesal, tak pernah ada seorang pun yang berani mengancam dia, namun sekarang musuhnya telah berani mengancam dia dan membawa bawa adik kesayangannya.

Brak

Pria itu mengebrak meja yang ada di hotel tempat dia berada sekarang, Pria dewasa dengan perawakan atletis itu bernama Aldrich Davian kafael, siapa yang tak kenal padanya, namanya terkenal di kalangan Mafia bahkan dia juga merupakan seorang yang sangat kejam dan berhati iblis.

"Arghh beraninya mereka mengancam aku" kesalnya sambil menjambak rambut dia sehingga membuat rambutnya berantakan.

Marah?, kesal?, tentu saja Ia rasakan apa lagi dia adalah adik satu satunya yang sangat dia sayang.

Anak buah Aldrich sudah berkesiap untuk melenyapkan para cecunguk bodoh yang berani menyentuh adik dari tuannya itu.

Di sebuah rumah yang saat ini sepi dan tanpa penghuni karena jauh dari jalan raya, terlihat sangat menyeramkan dengan banyaknya tumbuhan liar yang mengelilingi dinding rumah itu.

Aldrich sudah ada di sana bersama dengan anak buahnya, bahkan saat ini mereka akan menggerebek rumah yang katanya ada Emly di dalamnya.

Brakk

Aldrich menendang pintu rumah itu dan ternyata benar ada Emly di sana yang tengah di ikat di kursi.

"Keluar kalian dasar bandit murahan" amarah Aldrich meluap.

Aldrich masuk ke dalam rumah gelap itu hanya ada cahaya lampu yang memang sengaja di sorotkan pada Emly, sayangnya Emly memberikan kode yang membuat Aldrich menghentikan langkahnya.

Emly menggelengkan kepalanya, Emly juga menggerakan matanya agar Aldrich melihat ke kanan kiri yang gelap itu, dia mengkode kalau ada banyak orang di sana yang mungkin akan menyerang Aldrich secara membabi buta.

Sleb

Benar saja sebuah pisau tajam saat ini mendarat di perut Aldrich hingga membuat Aldrich meringis kesakitan, lampu yang tadinya padam menyala hingga menampakan bandit bandit yang tidak berguna itu.

"Aishh Sial" umpat Aldrich.

Darah segar mengalir membasahi kemeja yang pria itu kenakan, amarah semakin meluap saat dia melihat para bandit itu hanyalah orang suruhan dari musuh musuhnya.

"Tuan Aldrich" gumam seorang bandit itu terkejut, nyalinya seakan menciut saat tau kalau orang yang ada di hadapannya itu adalah Aldrich sang ketua dari grup Mafia yang tertelah Blooder.

"Bunuh mereka" perintah Aldrich yang langsung di turuti oleh anak buahnya, matanya seakan menyorot tajam dan mampu menguliti setiap orang yang ada di sana.

Seketika orang orang itu tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir di setiap lukanya.

Aldrich mendekat pada Emly dia langsung membuka tali yang menjerat Emly bahkan dia juga membuka lakban yang saat ini menutupi mulut adiknya itu.

"Kak keluarlah orang orang itu memasang bom di sini" ujar Emly.

"Benarkah" tanya Aldrich yang di balas anggukan pasti oleh Emly.

"Keluar" teriak Aldrich yang saat ini sudah mendengar suara dari bom itu.

Aldrich membantu memapah Emly hingga sampai di ambang pintu rumah itu, ternyata bomnya ada di di atas pintu itu dan waktunya menunjukan dua menit lagi.

"Sial" umpat Aldrich.

Aldrich dengan cepat mendorong Emly yang saat ini dia papah, Emly terdorong jauh tapi sayang Aldrich masih di sana, mematung layaknya seorang yang tengah di landa kebingungan.

Bumm

Waktunya habis, bom itu meledak dan membuat rumah tua itu hancur lebur, dan bagaimana dengan nasib Aldrich?, dia terkubur di bawah reruntuhan itu.

Emly hanya bisa terduduk di tanah, tak pernah dia bayangkan kakaknya akan terkubur reruntuhan bangunan tua itu, matanya mulai berkaca-kaca.

"Kakak" teriak Emly yang saat ini tidak bisa membayangkan bagaimana nasib kakakanya itu.

Sebuah penyesalan hinggap di benak Emly, jika saja siang tadi dia tidak memaksa untuk pergi menemui kekasihnya, maka hal itu tidak akan terjadi pada Emly mau pun Aldrich.

**

Pagi ini cuaca lumayan cerah, bahkan mentari pagi malu malu untuk menampakkan dirinya.

Perlahan lahan mata Aldrich terbuka, pendengarannya terasa penuh dengan suara suara bising orang berbicara.

Namun saat ini matanya menangkap seorang wanita cantik dengan hijab yang membalut kepalanya.

Senyuman terlihat memenuhi bibir gadis itu, wajahnya yang terasa menyejukkan membuat orang orang yang melihatnya merasa candu.

"Apa aku sudah berada di surga, hahaha apa iblis seperti aku akan masuk surga" gumam Aldrich yang mampu membuat orang orang yang ada di sana keheranan.

"Tuan Aldrich mungkin masih belum benar benar sadar, mungkin saja itu efek samping obat sehingga membuat dia berhalusinasi" ujar Dokter yang sudah mengoperasi Aldrich semalaman.

Luka yang di akibatkan karena kejadian itu cukup dalam di tubuh Aldrich, Dokter hanya menjahit beberapa jahitan di luka Aldrich yang terlihat menganga.

Namun kesadaran Aldrich langsung pulih saat melihat gadis yang cantik di hadapannya itu hendak meninggalkan dia.

"Jangan pergi, kau pasti bidadari yang Tuhan kirimkan" ucap Aldrich lagi yang mampu mengundang gelak tawa orang orang yang ada di sana.

"Tuan" suara lemah lembut seorang gadis sambil melambaikan tangannya mampu membuat Aldrich semakin merasa kalau saat ini dia sudah ada di surga.

Emly mendekat pada wajah kakaknya yang saat ini tengah menatap pada pelayannya, bahkan Aldrich juga memegang tangan pelayannya itu.

"Kakak" sahut Emly yang langsung membuat Aldrich tersadar.

"Aku ada di mana, apa aku ada di neraka" tanya Aldrich saat merasakan kepalanya yang semakin sakit karena pergerakan yang dia ciptakan.

"Tuan jangan banyak bergerak" sahut Leya, gadis cantik dengan jilbab itu melarang Aldrich untuk bangun, gadis itu adalah seorang janda yang baru berusia 20 tahun.

"Jangan sentuh aku dasar jalang" geram Aldrich.

Leya tidak terkejut dengan ucapan Aldrich, selama satu bulan Aldrich pindah ke kampungnya, tak ada kata lembut yang keluar dari bibir pria iblis itu.

Hanya umpatan dan makian yang Leya dapatkan, padahal jika di lihat Leya adalah gadis tertutup apa lagi hanya dia pelayan yang memakai jilbab di Villanya itu.

"Maafkan aku tuan" Hanya itu yang mampu Leya ucapkan.

Namun tidak di sangka di balik umpatan dan makian itu ada rasa yang tak mungkin Aldrich ungkapkan.

Suatu hal yang mustahil bagi Aldrich jika dia harus jatuh cinta pada pelayannya sendiri, sebuah kisah yang hanya terjadi di dunia perfilman jika seorang pelayan bersanding dengan seorang majikan.

Dan hal itu di tolak mentah mentah oleh Aldrich, lelaki kasar itu merasa kalau dia suka pada Leya maka hal itu akan menurunkan derajat dia yang sudah di atas awan itu.

Berbeda dengan hatinya, justru semakin hari Aldrich merasa semakin sayang pada Leya bahkan sering kali Aldrich mengagumi sikap Leya yang mandiri dan tidak terlalu mudah bergaul.

"Aku mau pulang" Aldrich bicara dengan suara tegasnya, wajahnya pun terlihat menuntut seolah tidak menerima bantah.

Hening!

Hanya hening yang terasa, Aldrich selalu marah pada Leya dan hanya pada Leya saja, kebengisan dan umpatan itu sudah mendarah daging di jiwa Aldrich.

Namun hanya Leya saja wanita yang Aldrich layangkan makian dan umpatan.

Aneh?

Tentu saja!, Di saat orang lain menginginkan kebahagiaan bagi orang yang di sayang, berbeda dengan Aldrich justru dia memberikan rasa sayangnya lewat makian dan cacian pada gadis yang tak berdosa itu.

"Aku mau pulang" geram Aldrich lagi dengan suara baritonnya.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
princeskinan49
bab awal sudah penuh teka-teki
goodnovel comment avatar
Sun fatayati
semangat eldrich..
goodnovel comment avatar
Megarita
siapa yg menculik Emily, Thor...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status