Seorang pria tampan saat ini tengah berbaring lemah di Villa kepunyaannya, siapa lagi kalau bukan Aldrich, pria yang memaksa untuk pulang dari rumah sakit karena alasan tidak betah.
Matanya menatap pada langit langit kamarnya itu, rasanya membosankan bagi dia yang setiap harinya sibuk dengan banyaknya aktivitas."Tuan aku bawa bubur" Leya datang ke sana dengan membawa satu mangkuk bubur yang dia buat khusus untuk Aldrich.Hanya tatapan sinis yang menyambut kedatangan Leya saat masuk ke dalam kamar yang hawanya terasa mencekam itu.Leya bahkan antusias menyuapi Aldrich yang bahkan menolak mentah-mentah kedatangan dirinya."Buka mulut mu tuan" pinta Leya dengan penuh harap.Aldrich membuka mulutnya dia menerima suapan dari Leya,"Perlahan Leya, itu panas" Aldrich marah pada Leya."Maaf tuan" tunduk leya merasa bersalah.Suapan demi suapan sudah Aldrich habiskan, saat ini pria arogan itu akan masuk ke dalam kamar mandi tapi sayang dia tidak bisa berjalan karena kakinya terasa sangat sakit saat dia gerakan."Antar aku ke kamar mandi" pinta Aldrich dengan tangannya yang sudah menyodorkan pada Leya.Namun Leya ragu dia memundurkan langkahnya takut kalau Aldrich akan kasar padanya."Bantu aku" bentak Aldrich melotot pada Leya."Aku akan panggil anak buah mu" gugup Leya."Aku mau kamu" bentak Aldrich lagi.Kesabaran Aldrich setipis tissue, dia akan marah pada orang yang berani menolak dia.Dengan ketakutan Leya meraih tangan Aldrich dan memapah pria berbadan kekar itu menuju ke kamar mandi.Langkah Leya sempoyongan Karena tidak kuat menanggung beban tubuh Aldrich.Leya membawa majikannya ke kamar mandi mewah yang terhubung dari kamar itu."Saya tunggu di luar tuan" ucap Leya meninggalkan Aldrich yang saat ini duduk di atas toilet duduk.Aldrich merasakan sesuatu jika berdekatan dengan Leya, maka dari itu dia selalu berusaha menahannya, namun sayang Aldrich juga seorang pria normal."Ck kenapa hasrat ini tidak pernah bisa aku tahan, apa yang istimewa dari tubuh pelayan itu, bahkan badannya tertutup seperti teroris" Aldrich menggerutu.Hingga selesai Aldrich mencoba untuk berdiri tapi sayang kakinya masih sakit saat di gerakan, bahkan lukanya pun terasa perih mungkin karena banyak pergerakan yang Aldrich ciptakan."Pelayan bantu aku lagi" teriak Aldrich dari dalam kamar mandi mewah itu.Leya datang lagi ke sana, dia mengangkat tubuh Aldrich membawa pria kejam itu kembali ke tempat tidur."Tuan kata Dokter Radit akan ada suster yang datang untuk mengantikan perban" ujar Leya di sela sela aktivitas dia memapah Aldrich ke tempat tidur."Tidak bisakah aku di obati kamu" ketus Aldrich seolah tak suka jika ada orang lain yang datang ke kamarnya."Tuan saya tidak bisa, kalau saya salah kasih obat bagaimana?" tanya Leya."Maka aku akan meninggal, dan aku akan menghantui kamu" ketus Aldrich, terdengar seperti bercandaan tapi beda lagi jika keluar dari mulut pria ketus itu.Leya akan mendudukkan Aldrich ke atas ranjang dengan ukuran king size itu.Namun sayang badan Leya terbawa oleh Aldrich, hingga membuat Leya terjatuh bersama dengan Aldrich di atas ranjang.BrughhLeya menutup matanya, hembusan nafas Aldrich beberapa kali menerpa wajahnya, karena saat ini Leya tepatnya ada di bawah badan kekar Aldrich.Mata Leya perlahan terbuka dia terkejut dengan posisinya saat itu, tanpa sengaja Leya mendorong badan Aldrich sehingga membuat Aldrich terjatuh ke lantai.Bughh"Awwss" ringis Aldrich kesakitan, Leya merasa kalau saat ini dia salah karena mendorong Aldrich.Leya langsung turun dari ranjang dan langsung membantu Aldrich untuk bangun."Dasar kurang ajar, apa kau mau aku mati ya?" Bentak Aldrich dengan suara nyaringnya mampu membuat anak buahnya datang ke sana.KlekPintu terbuka nampak anak buah Aldrich sudah berdiri di sana menatap pada Leya yang saat ini hanya berdiri ketakutan."Maafkan aku tuan" lirih Leya takut."Bawa wanita sialan ini keluar" titah Aldrich yang sudah benar benar kesal pada apa yang Leya lakukan padanya.Leya di seret dari sana layaknya seorang pencuri, sedangkan anak buah yang lain membantu Aldrich untuk naik lagi ke atas ranjang."Maafkan aku" ujar Leya yang saat ini sudah menangis karena takut.Bukan karena takut pada Aldrich, tapi Leya takut di pecat apa lagi saat ini dia punya seorang putra yang bernama Kenan yang baru saja berusia 4 tahun.Anak buah Aldrich menghadap pada Aldrich yang saat ini menahan sakit pada pinggang dia."Tuan setelah saya selidiki ternyata orang yang menculik Nona Emly adalah suruhan dari musuh anda" ungkap anak buahnya itu."Siapa? Granida si Mafia pajak itu" tanya Aldrich yang langsung di balas anggukan oleh Anak buahnya."Namun tuan, sepertinya orang orang yang ada di sana itu tidak tau kalau yang mereka lawan adalah anda, Karena setelah aku selidiki orang orang itu hanyalah seorang preman" ujarnya."Tak apa aku tau hal itu, perketat keamanan untuk aku atau Emly" titah Aldrich."Baik tuan".**Leya Kalyana adalah seorang janda dengan satu anak, suaminya selingkuh bahkan Leya juga dulunya adalah korban kdrt.Leya di seret ke dapur dengan sangat kasar, para anak buah Aldrich yang ada di sana terbilang kasar dan tidak punya perasaan, sama seperti bosnya yang bahkan tidak mengenal kata maaf."Diamlah di sini, lakukan tugas mu dengan benar" geram anak buah Aldrich sembari mendorong Leya."Maafkan aku tuan" ujar Leya.Leya mengusap air matanya saat anak buah Aldrich sudah pergi dari sana."Ada apa Leya" tanya ibu Ani dengan suara keibuannya bertanya pada Leya yang baru saja menangis."Bu, aku tidak salah, tadi aku tidak sengaja mendorong Tuan Al, sumpah demi Alloh bu, aku tidak melakukannya" ujar Leya yang saat ini merasa takut untuk di pecat dari sana."Apa yang kamu lakukan" tanya Ririn rekan kerja Leya."Aku mendorong Tuan Al" gumam Leya berucap dengan bibir yang bergetar karena takut."Minta maaflah Leya, kamu tau kan kalau Tuan Al itu menyeramkan" ucap Ririn dengan suara tegas dan keras, bahkan wajahnya pun seakan menuntut Leya untuk segera meminta maaf."Aku sudah minta maaf" ketakutan Leya semakin menjadi jadi saat dia mengingat wajah Aldrich yang sejak tadi menyeramkan."Aku akan bantu" sahut Emly adik Aldrich yang saat ini sudah ada di sana dengan satu gelas berisi minuman di tangannya, di duga kalau Emly baru saja mengambil minum."Nona" gumam Leya yang langsung menatap pada Emly dan berjalan mendekat pada wanita yang usianya lebih muda darinya itu."Jangan takut aku akan bantu kamu minta maaf pada Kakak" sahutnya lagi."Terima kasih Nona" Leya merasa senang karena adik dari tuannya itu mau membantu dia, karena setau Leya kalau selama ini Aldrich sangat patuh pada Emly."Tak apa, oh ya apa kakak menyakiti mu lagi" bisik Emly sengaja agar tak ada yang mendengarnya.Anggukan dari Leya cukup menjelaskan bahwa Aldrich menyakiti Leya lagi.Padahal kemarin Emly sudah ingatkan kakaknya untuk tidak kasar pada Leya."Leya" Teriak Aldrich menggelegar di Villa yang sepi itu.Leya menjadi ketakutan setengah mati saat mendengar suara Aldrich."Ayo aku antar" ucap Emly.Mereka masuk ke dalam kamar Aldrich yang ada di lantai atas itu, Emly memegang tangan Leya mencoba menguatkan Leya untuk tidak takut pada kakaknya yang bahkan tidak ada apa apanya di hadapan Emly.Saat masuk ke dalam Aldrich menatap tajam pada Leya yang sembunyi di balik tubuh Emly."Pasangkan aku perban, aku sudah suruh suster itu agar tidak datang" geram Aldrich."Kak apa bagusnya menyakiti Leya" tanya Emly yang malah kesal pada kakaknya itu."Bukan urusan kamu" Ketus Aldrich."Kenapa hanya Leya yang kamu sakiti kak, apa tidak ada rasa kasihan pada Leya" tanya Emly dengan suara beratnya."Salah siapa? bukankah dia yang mau bekerja di sini" tanya Aldrich."Ya, salah dia, karena bekerja di sini, dan aku juga tau alasan kakak menyakiti Leya" ujar Emly yang ikut kesal pada sikap kakaknya itu."Apa yang kamu tau" tanya Aldrich."Karena kakak jatuh cinta pada Leya kan" ungkap Emly."Hah"."Hah"."Hahahaha" gelak tawa memenuhi ruangan yang luas itu."Aku jatuh cinta pada pelayan itu, hah, Astaga apa stok wanita di dunia sudah habis hingga aku harus suka dengan seorang teroris itu" entah itu hinaan atau untuk menjatuhkan, karena sekarang yang Leya rasakan hanyalah sakit hati saat mendengar itu.Tangan Emly terkepal kuat, nafasnya memburu menahan amarahnya yang sudah ada di ubun ubun."Sekali lagi kau menyakiti Leya, maka jangan anggap aku adik kamu lagi".BrakkEmly pergi dari sana dengan amarah yang semakin meluap luap, meninggalkan Leya dan Aldrich yang saat ini hanya bungkam saja karena terasa sangat canggung.BrughhLeya menjatuhkan beban tubuhnya, dia hampir saja akan bersujud di hadapan Aldrich untuk meminta ampunan dari Aldrich.Leya melakukan hal itu bukan semata mata karena dia menjatuhkan harga diri di hadapan Aldrich.Namun rasa takut di pecat membuat Leya harus berlutut seperti itu."Jangan pecat saya tuan" lirih Leya dengan mata sendu meminta ampun dari Pria
Pagi ini Aldrich terbangun, suara berisik dari mesin penghisap debu mampu membuat Aldrich terbangun."Selamat pagi tuan" tanya Leya yang saat ini melihat kalau Aldrich baru saja terbangun.Aldrich hanya diam saja, dia baru mengingat kalau semalam dia mabuk dan berakhir dengan tertidur pulas di atas ranjang yang empuk itu."Tolong siapkan aku air hangat aku mau mandi" titah Aldrich."Maaf tuan tapi kata Dokter, anda tidak boleh mandi" sahut Leya menunduk."CK" hanya decakan yang Aldrich tunjukan untuk merespon perkataan Leya.TokkTokkLeya berjalan ke arah pintu kamar tuannya itu, dia membuka sedikit pintu itu dan ternyata ada seorang laki laki yang berdiri di sana tengah membawa nampan yang berisi nasi dengan sayuran buatan Leya tadi.Van masuk ke dalam dan langsung mendekat pada Aldrich yang saat ini hanya memutar bola matanya malas."Mau apa kau datang kemari" malas Aldrich meladeni sahabatnya itu."Ayo makan aku akan suapi" sahut Van layaknya seorang bapak yang tengah memaksa anak
"Tuan" keluh Leya yang saat ini tangannya di pelintir oleh Aldrich."Maafkan aku" kesal Aldrich yang langsung melepaskan tangan Leya.Leya mengasuh kesakitan dia bahkan mengibas ibaskan tangannya karena kesakitan ulah Aldrich."Tuan setid....." Dorr"Tiarap" sahut Aldrich membawa Leya ke kolong ranjangnya.DugKepala Leya terbentur di ranjang yang ada di kamar itu, Leya di ibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga juga.Leya memegang kepalanya yang terbentur cukup keras, ke kayu yang menopang ranjang itu."Sakit" tanya Aldrich yang langsung mengusap kepala Leya."Ish kenapa ada suara pistol di sini" geram Aldrich yang saat ini sudah sangat marah bahkan rahangnya mengeras jika mengingat musuh musuh Aldrich yang selalu saja mengincar dia."Tuan ada apa" tanya Leya ketakutan, tentu saja Leya bahkan belum pernah melihat seperti apa pistol tapi saat ini ada suara pistol yang terdengar di Villa itu.BrakkLeya terperanjat kaget saat mendengar suara pintu yang saat ini terbuka, Leya takut kalau
Malam ini di sebuah markas yang di pegang oleh perkumpulan Mafia bernama Wustom, saat ini mereka mendapatkan kiriman hadiah yang sangat indah.Orang orang Granida membuka kotak besar itu di luar, takutnya ada jebakan dari Mafia lain yang akan membuat mereka dalam bahaya, bukan hal pertama bagi mereka mendapatkan kiriman seperti itu.Dan yang sudah sudah isinya adalah bom, atau bahkan senjata yang bisa menghabisi nyawa para orang orang itu.Mereka membuka kotak yang ada di sana, dan isinya adalah anak buah yang tadinya di suruh mencari tau keberadaan Aldrich.Mereka terkejut bukan main, mengingat saat berangkat orang itu masih sangat sehat."Panggil tuan Granida" pinta orang itu."Ada apa" tanya Granida yang saat ini sudah ada di sana menatap tajam pada kotak yang besar itu."Tuan jenazah Naren" sahutnya menunjuk pada jasad yang sudah di tinggal rohnya itu."Ini pasti ulah Aldrich" geramnya.Granida melihat ada sebuah pemutar rekaman yang ada di atas jenazah Naren.Granida memutar reka
Di kegelapan malam kira kira pukul setengah sembilan, Leya berjalan di jalanan pedesaan itu, hanya bercahayakan lampu temaram yang ada di pinggir jalan, Malam ini terasa sangat mencekam apa lagi keadaan di desa jika lewat dari pukul delapan, sudah tidak ada lagi warga yang beraktivitas."Dinginnya" gumam Leya.PrakkTiba tiba suara barang jatuh memekikan Indra pendengaran Leya, bulu kuduk seakan meremang, ketakutan menguasai pemikiran Leya.Leya melihat ke arah belakang namun saat ini ada sosok hitam yang berdiri di belakangnya.Lutut Leya melemas namun sekuat tenaga dia menguatkan kakinya agar dia bisa lari dari sana."Aaaaaaa" teriak Leya sembari berlari kocar kacir dari sana.Sedangkan saat ini anak buah Aldrich keheranan menatap pada Leya yang sudah pergi dari sana."Wanita itu gila" gumamnya sambil memungut belanjaan dia yang tadi sempat terjatuh ke tanah.**Pagi ini Leya sakit, badannya menggigil sejak pagi tadi, rasanya Leya sangat tidak bersemangat namun dia tidak bisa diam s
Byurr..Leya tercebur ke kolam renang yang saat ini airnya seleher Leya, kolam itu benar benar dalam, untungnya Aldrich langsung menarik tangan Leya dan memegang pinggang Leya agar Leya tidak tenggelam.Air masuk ke hidung dan telinga Leya, semua pakaian Leya basah bahkan kerudung Leya juga sudah benar benar basah.Kalau saja tidak ada Aldrich mungkin Leya sudah mengambang tanpa nyawa.Tangan Leya memegang tangan Aldrich dengan sangat erat bahkan kuku Leya sampai melukai kulit tangan Aldrich mungkin Leya takut."Van apa kau gila" bentak Aldrich marah pada sahabatnya bahkan Aldrich juga mendorong badan kekar Van karena ulah Van itu bisa membahayakan Leya.Van terkejut mendengar Aldrich yang baru saja membentaknya bahkan Aldrich juga mendorong Van dengan begitu kuatnya."Al kau membentak aku, aku hanya iseng" sahut Van."Perlakuan mu sangat keterlaluan" bentak Aldrich."Kamu gak papa Leya, maafkan aku, aku pikir kamu bisa berenang" ucap Van merasa bersalah apa lagi Aldrich juga memarahi
"Sekarang ayo ucapkan niat dulu" ucap Leya."Niat itu apa? bagaimana melakukannya" tanya Emly.Hah.Leya mengernyitkan keningnya dia tidak tau kalau Emly bahkan tidak tau caranya melakukan sholat, bahkan untuk Niat pun Emly tidak bisa."Nona, Niat menurut syara adalah Keinginan untuk melakukan sesuatu yang diikuti dengan perbuatan, dan Menurut para ulama arti kata niat adalah keinginan yang disertai dengan perbuatan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, ibarat begini Nona mau makan, dalam hati Nona punya keinginan untuk makan dan setelah adanya niat itu, Nona langsung makan, begitulah kira kira" ucap Leya menjelaskan."Bagaimana cara berniat itu" tanya Emly memandang pada Leya."Ushollid fardhozh zhuhri arba'a roka'aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aalaa. Ini untuk sholat Dzuhur, kalau sholat Ashar, Nona tinggal ganti niatnya" ucap Leya."Dan dalam hati Nona katakan (Saya niat salat fardu Dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah Ta'ala) Allahu
Ririn datang ke sana, panik menyelimuti gadis yang sedikit lebih tua dari Leya itu, Ririn takutnya Leya akan kenapa kenapa."Ada apa Le" tanya Ririn."Ini kak Rin, kepala aku sakit sekali, Astaghfirullah aku kenapa" sahut Leya memegang kepalanya yang benar benar sakit itu.Ririn panik namun saat Ririn akan meminta bantuan pada Ibu Ani, Leya sudah pingsan di kolam renang yang baru saja beres di bersihkan itu."Leya" teriak Ririn panik, wajah Ririn langsung cemas dia takut kalau orang tua Leya akan menyalahkan dia.Beberapa jam kemudian."Bagaimana apa Leya sudah sadar" tanya Aldrich yang saat ini membawa satu botol minuman keras yang sangat mahal."Belum tuan" ujar Ririn dengan gelengan kepala.Emly hanya duduk di samping Leya yang saat ini di baringkan di atas Sofa.Ririn dan Ibu Ani akan sibuk di dapur apa lagi saat ini mereka harus makan banyak karena anak buah Aldrich bertambah banyak di sana."Kak bawalah ke rumah sakit" ujar Emly."Kata Ririn dia hanya sakit kepala jadi apa yang