Malam ini di sebuah markas yang di pegang oleh perkumpulan Mafia bernama Wustom, saat ini mereka mendapatkan kiriman hadiah yang sangat indah.
Orang orang Granida membuka kotak besar itu di luar, takutnya ada jebakan dari Mafia lain yang akan membuat mereka dalam bahaya, bukan hal pertama bagi mereka mendapatkan kiriman seperti itu.Dan yang sudah sudah isinya adalah bom, atau bahkan senjata yang bisa menghabisi nyawa para orang orang itu.Mereka membuka kotak yang ada di sana, dan isinya adalah anak buah yang tadinya di suruh mencari tau keberadaan Aldrich.Mereka terkejut bukan main, mengingat saat berangkat orang itu masih sangat sehat."Panggil tuan Granida" pinta orang itu."Ada apa" tanya Granida yang saat ini sudah ada di sana menatap tajam pada kotak yang besar itu."Tuan jenazah Naren" sahutnya menunjuk pada jasad yang sudah di tinggal rohnya itu."Ini pasti ulah Aldrich" geramnya.Granida melihat ada sebuah pemutar rekaman yang ada di atas jenazah Naren.Granida memutar rekaman suara itu dan ternyata benar suaranya adalah suara Aldrich.(( "Granida, CK bodoh, kau lupa pada ku? Fyuh, aku tidak akan lupa padamu, bagaimana kabar mu? Masih mau menghabisi aku? Kalau kau mau melakukan transaksi di di wilayah ku, maka lakukan saja, tapi tolong jangan lakukan apa pun yang akan membuat mu menyesal, bukankah kita teman? Arggh aku lupa kita sudah bukan siapa siapa lagi?, Oh ya aku hanya meminta pada mu, tolong jangan campuri urusan ku dasar keparat" geram Aldrich di remakan itu."Aku harap tuhanlah yang membalas dirimu Granida" amarah Van meluap saat bicara di perekam itu. ))Granida marah dia langsung melemparkan perekam suara itu hingga hancur di tanah yang berbatu itu.Granida mengambil bom yang ada di saku celananya itu.Bom itu dia lemparkan ke arah peti mati itu,BummBom itu meledak menghancurkan peti mati, hingga membuat peti itu terbakar habis dengan api yang seketika langsung melahap itu semua."Aaaaa... Aku akan hancurkan kalian Aldrich, Van" geram Granida berteriak layaknya seorang yang benar benar marah bahkan urat nadi yang ada di lehernya terlihat jelas.**Malam ini Leya belum bisa pulang, hari ini adalah waktunya gajian, tapi Ibu Ani dan Ririn meminta Leya menunggu hingga Aldrich memberikan uang gaji mereka.Sekarang sudah pukul delapan malam, Leya bahkan sudah melaksanakan sholat Maghrib dan isya di sana.Saat ini yang Leya tunggu adalah uang gaji dari Aldrich.Bulan ini adalah bulan kedua mereka gajian dan sesuai perjanjian, harusnya tanggal ini Aldrich memberikan gaji pada pekerjaannya.Brakk"Aaaaa" teriak seorang wanita sambil membuka pintu utama dengan kasar,Leya langsung bangkit dia mendekat dengan perlahan ke arah ruang tamu yang sangat luas itu, leya takut kalau ada musuh yang datang ke sana, apa lagi sejak kejadian tadi siang, Aldrich pun seperti terlihat was was."Nona" sahut Leya yang langsung membantu Emly yang saat ini berjalan sempoyongan."Antar dia ke kamar" tidak anak buah Aldrich yang sejak tadi mengawal Emly.Dengan keadaan yang tidak sadar Emly pulang, bahkan bajunya terlihat koyak mungkin karena Emly mabuk parah."Nona aku antar ke kamar ya" ucap Leya.Leya memapah Emly yang saat ini mabuk, bahkan di mulutnya menyeruak minuman beralkohol yang mungkin baru saja Emly minum."Ada apa" tanya Aldrich dengan suara berat, tak ada sedikit pun rasa khawatir yang di tunjukan oleh Aldrich pada adiknya.Bukan karena tak sayang, hanya saja Aldrich malas memarahi Emly, apa lagi ujung ujungnya Emly pasti menangis dan menyalahkan Tuhan karena sudah mengambil orang tua mereka."Tuan, Nona mabuk" jawab Leya."Antar ke kamarnya, dan datang ke kamar aku, uang gajian kamu sudah aku siapkan" sahut Aldrich."Baik tuan" ujar Leya.Dengan cepat Leya membawa Emly ke kamar Nonanya itu, Leya menyayangkan keadaan Emly sekarang apa lagi Emly masih sangat muda.Leya menyelimuti tubuh Emly, namun saat ini tatapan mata gadis itu tertuju pada leher Emly yang banyak kecupan merah di sana."Astaghfirullah" gumam Leya yang langsung memegang dadanya tak pernah kalau Emly akan melakukan hal di luar batas itu.Leya langsung pergi dari sana menuju ke kamar Aldrich yang ada di lantai yang sama dengan kamar Emly.Tokk"Masuk" suara berat Aldrich menyambut kedatangan Leya."Ini gaji kalian" Aldrich menyodorkan tiga buah amplop pada Leya."Terima kasih tuan, saya akan berikan pada Ibu Ani dan Ririn" sahut Leya.Tak ada jawaban dari Aldrich dia malah fokus pada layar laptop yang saat ini ada di hadapannya."Tuan, saya melihat kalau di leher Nona ada tanda cinta" sahut Leya.Aldrich menghentikan gerak tangannya yang saat ini tengah mengetik.Keningnya mengerut, namun hanya sebentar setelahnya dia langsung melanjutkan mengetik angka angka yang ada di laptop itu."Biarkan saja" sahut Aldrich."Tapi tuan, setau aku Nona besok akan ada kuliah di kota, apa tidak apa apa kalau Nona seperti itu" tanya Leya."Kamu punya cara untuk menghilangkannya" tanya Aldrich yang bahkan tak melihat sedikit pun pada Leya."Katanya pakai bawang putih bisa" sahut Leya ragu."Lakukan saja apa pun yang kau bisa, kalau perlu kau cuci saja kulitnya agar tak ada yang bisa menyentuh Emly" titah Aldrich."Baik tuan".Leya pergi dari sana setelah berpamitan pada Aldrich, saat ini sudah malam dan Leya akan pulang sendirian dari sana.Jarak rumahnya ke Villa itu tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu jalan sekitar tujuh menit.Leya mengambil barang barang dia, saat ini dia langsung pulang karena anaknya pasti menunggu Leya pulang.Pil pahit sudah Leya telan, dia harus menerima kenyataan kalau suaminya menikah lagi dengan meninggalkan dia dan anaknya yang masih sangat kecil."Malam ini terlihat lebih gelap" gumam Leya.Di kegelapan malam pukul setengah sembilan, Leya berjalan di jalanan itu, hanya lampu temaram yang ada di pinggir jalan itu yang menerangi langkah Leya."Dinginnya" gumam Leya.PrakkSinta terpojok karena cerita dari Granida itu, bayangkan saja Sinta membenci Aldrich selama bertahun-tahun hanya karena Sinta salah menyangka pada Aldrich.Sinta marah pada Shasya yang melakukan itu tapi sayangnya Shasya sudah meninggal sebelum Sinta membalaskan dendamnya."Tante dengar kan?" tanya Leya.Leya begitu emosi karena selama ini dendam tantenya itu sangat tidak beralasan, bagaimana mungkin Sinta membenci tanpa mencari dahulu buktinya."Tante sudah meracuni suamiku, mungkin Tante harusnya di hukum sekarang!" tegas Leya."Beraninya kau!" geram Sinta.Van pasang badan untuk Leya, dia langsung menelpon polisi agar segera menangkap Sinta. Walaupun Sinta meraung-raung meminta maaf tapi tetap saja tidak ada yang mau memaafkan kesalahannya.Beberapa menit kemudian akhirnya polisi datang dan menangkap Sinta, Van merasa cukup puas karena Sinta akhirnya bisa merasakan rasanya menderita sama seperti Aldrich yang sudah dia racuni.Kalau saja Granida tidak tau kejadian itu mungkin saja S
Leya sejak tadi kesal pada Sinta karena tantenya itu memberikan obat pada minuman Aldrich tanpa sepengetahuan darinya, Leya bertanya sejak tadi tapi sayangnya Sinta tidak mau mengaku. Emly juga malah membela Sinta dari pada Leya, untuk sekarang Leya sudah sangat marah pada Sinta dan ingin segera membongkar kejahatan Sinta.Sayangnya, Leya tidak punya bukti yang bisa membenarkan ucapan dirinya, sejak tadi hanya helaan nafas yang Leya lakukan. Sinta juga bersandiwara dengan menangis dan mengadukan pada Emly, hingga membuat Emly memaki-maki Leya dengan perkataan kasar."Leya, Tante itu sayang pada Aldrich. Mana mungkin Tante mau mencelakai Aldrich!" sahut Sinta.Leya diam, tangannya mengambil gelas yang berisi air minum untuk Aldrich. Walaupun Aldrich masih belum sadarkan diri, tetap saja Dokter menyarankan untuk Leya memberikan Aldrich minum walaupun hanya satu sendok saja.Leya membuang air minum itu ke kamar mandi yang ada di ruangan itu, Sinta kesal melihat tingkah Leya yang sekarang
"Kau ingin merampokku? Sial!" Van membentak bahkan sampai mengebrak meja karena mendengar dari Tasya kalau dia punya bukti tentang kejahatan Sinta. Tapi sayangnya Tasya meminta uang sebanyak satu milyar untuk informasi itu, Van tak akan mungkin memberikan uang sebanyak itu pada Tasya, apa lagi Van tau kalau Tasya pernah membuat salah pada istrinya Rayandra."Baiklah, aku akan kasih tau tapi kasih aku uang seratus juta." Tasya masih menawarkan harga yang harus Van bayar, tapi karena penasaran Van langsung mengambil ponselnya dan mentransfer uang itu pada Tasya."Sudah, baiklah apa yang kamu punya?" tanya Van.Tasya semakin mendekat pada Van dan membicarakan semuanya yang dia lihat tentang Sinta, saat Sinta memasukan obat kedalam minuman dan makanan Aldrich, Tasya juga mengetahui hal itu.Bukan itu saja, Tasya juga punya botol obat yang Sinta berikan pada Aldrich.Hanya dengan obat itu Van berharap kalau dia bisa segera membantu Aldrich untuk sembuh, Van langsung menemui Dokter dan memi
"Dokter, bagaimana keadaan Clara?" tanya Granida yang semakin panik."Hanya luka saja, tuan. Tapi selamat tuan karena anda akan menjadi seorang Ayah." Dokter itu berucap dengan menyodorkan tangannya berniat memberikan selamat pada Granida.Dan sekarang Granida hanya diam saja, mungkin dia syok karena mendengar kalau dia akan menjadi seorang Ayah. Untungnya Van langsung menggerakan tangan Granida untuk segera menjabat tangan dokter itu."Terimakasih Dokter," ucap Granida yang masih tak percaya."Sama-sama, Tuan. Baiklah kalau begitu saya akan ke ruangan saya, kalau ada yang bisa saya bantu panggil saja saya." Dokter itu langsung pergi dari sana.Van menepuk pundak Granida yang masih tidak percaya kalau dia akan punya anak dari Clara. "Kau kenapa? Harusnya kau bahagia, Granida. Karena kau akan menjadi seorang Ayah," ucap Van."Tapi bagaimana mungkin? Kami hanya melakukannya sekali saja." Granida langsung mendudukkan tubuhnya karena tidak percaya pada apa yang sekarang terjadi."Bisa saj
Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci
Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada