Share

Bab 7 kolam renang

Di kegelapan malam kira kira pukul setengah sembilan, Leya berjalan di jalanan pedesaan itu, hanya bercahayakan lampu temaram yang ada di pinggir jalan, Malam ini terasa sangat mencekam apa lagi keadaan di desa jika lewat dari pukul delapan, sudah tidak ada lagi warga yang beraktivitas.

"Dinginnya" gumam Leya.

Prakk

Tiba tiba suara barang jatuh memekikan Indra pendengaran Leya, bulu kuduk seakan meremang, ketakutan menguasai pemikiran Leya.

Leya melihat ke arah belakang namun saat ini ada sosok hitam yang berdiri di belakangnya.

Lutut Leya melemas namun sekuat tenaga dia menguatkan kakinya agar dia bisa lari dari sana.

"Aaaaaaa" teriak Leya sembari berlari kocar kacir dari sana.

Sedangkan saat ini anak buah Aldrich keheranan menatap pada Leya yang sudah pergi dari sana.

"Wanita itu gila" gumamnya sambil memungut belanjaan dia yang tadi sempat terjatuh ke tanah.

**

Pagi ini Leya sakit, badannya menggigil sejak pagi tadi, rasanya Leya sangat tidak bersemangat namun dia tidak bisa diam saja apa lagi saat ini dia punya seorang anak yang bahkan sudah di telantarkan oleh Ayahnya.

"Mah, mau kerja" tanya bocah empat tahun itu.

"Ya, kamu baik baik ya, sama Nenek" ucap Leya mengecup kening putranya itu.

Penyesalan datang pada Leya apa lagi, putranya itu harus besar tanpa kasih sayang seorang ayah.

Orangnya memang masih ada namun kasih sayangnya yang sangat susah untuk di dapatkan.

"Ya Alloh, jika suatu saat ada laki laki yang mau menjadikan aku istrinya, aku harap laki laki itu bisa menyayangi Kenan layaknya seorang ayah pada putranya" batin Leya menjerit meratapi dirinya yang telah salah langkah memilih Ayah untuk putranya.

Dengan rasa pusing dan meriang Leya berangkat bekerja, rasanya sakit itu tidak Leya rasakan lagi.

Yang dia inginkan sekarang adalah bekerja keras agar Kenan tidak kesusahan nantinya.

Apa lagi putra kecilnya itu sebentar lagi akan sekolah, dan Leya harus punya uang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ibu Ani mengatur pekerjaan apa yang harus Leya dan Ririn lakukan, anggap saja kalau Ibu Ani adalah ketua pelayan di sana.

"Sekarang Leya yang bersihkan kolam renang dan Ririn bersihkan ruang tamu, ibu akan memasak" perintah ibu Ani yang paling tua di sana.

"Ya bu" ucap Leya hanya mengangguk patuh, apa lagi yang membawa dia kerja adalah Ibu Ani.

Kalau bukan karena ibu Ani, Leya tak akan mungkin punya pekerjaan yang dekat dengan rumahnya.

"Oke" ucap Ririn dengan antusias.

Leya langsung menyimpan tas yang selalu dia bawa, isi tas itu hanya ada ponsel Leya yang jadul dengan mukenah dan sejadah yang selalu dia bawa kemana pun.

"Aku akan ke kolam renang" sahut Leya menatap pada Ririn.

"Hati hati kolamnya dalam" ucap Ririn mengingatkan Leya, apa lagi Leya tidak bisa berenang.

"Ya" ucap Leya.

Leya merasa heran kata Ririn kolamnya dalam tapi kemarin Emly bisa berenang di sana, Namun Leya tidak terlalu memikirkan hal itu lagi pula Leya akan turun ke kolam renang jika airnya sudah dia kosongkan.

Leya berjalan ke arah pinggir kolam, di sana ada selang yang terhubung pada pembuangan air dari kolam itu, Leya hanya perlu menarik penyumbatnya dan airnya langsung mengalir dan terbuang ke tanah lapang yang ada di sana.

Leya akan menggosok lantai kolam yang pasti sangat licin apa lagi selalu ada lumut di bawahnya, dia membawa sikat, lap, dan sabun.

Namun Leya tidak tau kalau saat ini ada Van dan Aldrich di sana yang tengah berenang.

Mereka selalu melakukan menahan nafas di dalam air yang sangat dingin.

Hal itu Aldrich lakukan supaya dia bisa menahan nafas lebih lama di air jika suatu saat mereka harus berhadapan dengan musuh mereka yang menyerang lewat mana saja.

Aldrich merasakan kalau air itu malah semakin surut dia langsung berdiri dari dalam air itu.

Aldrich mengusap wajahnya yang basah.

"Kenapa airnya menjadi surut" gumam Aldrich.

Aldrich menatap pada pelaku yang melakukan hal itu, ternyata pelakunya adalah Leya karena Leya berdiri di pinggir kolam menunggu airnya surut.

"Leya kenapa airnya di buang" tanya Aldrich.

"Tuan anda tengah berenang, maaf tuan tapi saya akan membersihkan kolam" sahut Leya yang tidak tau kalau ada Aldrich di sana.

Leya tidak melihat karena Aldrich menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air yang ada di kolam itu.

Van ikut berdiri dia melihat Leya,

"Leya menganggu saja" gerutu Van.

"Ayo naik" sahut Aldrich.

"Lihat luka mu basah, Al, baiklah ayo kita obati di dalam" sahut Van.

"Apa kau akan ke atas tanpa handuk" geram Aldrich yang saat ini melihat Van yang bahkan hanya memakai CD saja.

"Ya baiklah aku butuh handuk" gumam Van.

Namun saat ini ada hal yang membuat Leya terkejut dia melihat roti sobek dari kedua laki laki itu.

Leya menundukkan wajahnya tidak mau melihat hal itu, apa lagi Aldrich hanya memakai celana pendek yang sangat ngetat.

"Bawakan aku handuk" titah Aldrich dengan kesal.

Leya membawa handuk yang ada di atas meja dekat kolam itu, dia langsung mendekat pada Aldrich yang masih ada di dalam air, Leya menutup matanya saking tidak mau melihat hal itu.

"Ini tuan" ucap Leya menyodorkan handuk itu dengan menunduk dan mata tertutup.

"Lebih dekat, kamu masih sangat jauh" sahut Aldrich .

Karena matanya dia pejamkan Leya tidak tau kalau saat ini dia menyodorkan pada Van.

"Ini tuan" ucap Leya.

Van mengambil handuk itu dia langsung memberikan pada Aldrich, dan yang satunya lagi dia kalung kan pada lehernya.

Namun Van adalah laki laki jahil dia tersenyum tipis, dia langsung menarik tangan Leya dengan sangat kencang.

Byurrr..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status