Di kegelapan malam kira kira pukul setengah sembilan, Leya berjalan di jalanan pedesaan itu, hanya bercahayakan lampu temaram yang ada di pinggir jalan, Malam ini terasa sangat mencekam apa lagi keadaan di desa jika lewat dari pukul delapan, sudah tidak ada lagi warga yang beraktivitas.
"Dinginnya" gumam Leya.PrakkTiba tiba suara barang jatuh memekikan Indra pendengaran Leya, bulu kuduk seakan meremang, ketakutan menguasai pemikiran Leya.Leya melihat ke arah belakang namun saat ini ada sosok hitam yang berdiri di belakangnya.Lutut Leya melemas namun sekuat tenaga dia menguatkan kakinya agar dia bisa lari dari sana."Aaaaaaa" teriak Leya sembari berlari kocar kacir dari sana.Sedangkan saat ini anak buah Aldrich keheranan menatap pada Leya yang sudah pergi dari sana."Wanita itu gila" gumamnya sambil memungut belanjaan dia yang tadi sempat terjatuh ke tanah.**Pagi ini Leya sakit, badannya menggigil sejak pagi tadi, rasanya Leya sangat tidak bersemangat namun dia tidak bisa diam saja apa lagi saat ini dia punya seorang anak yang bahkan sudah di telantarkan oleh Ayahnya."Mah, mau kerja" tanya bocah empat tahun itu."Ya, kamu baik baik ya, sama Nenek" ucap Leya mengecup kening putranya itu.Penyesalan datang pada Leya apa lagi, putranya itu harus besar tanpa kasih sayang seorang ayah.Orangnya memang masih ada namun kasih sayangnya yang sangat susah untuk di dapatkan."Ya Alloh, jika suatu saat ada laki laki yang mau menjadikan aku istrinya, aku harap laki laki itu bisa menyayangi Kenan layaknya seorang ayah pada putranya" batin Leya menjerit meratapi dirinya yang telah salah langkah memilih Ayah untuk putranya.Dengan rasa pusing dan meriang Leya berangkat bekerja, rasanya sakit itu tidak Leya rasakan lagi.Yang dia inginkan sekarang adalah bekerja keras agar Kenan tidak kesusahan nantinya.Apa lagi putra kecilnya itu sebentar lagi akan sekolah, dan Leya harus punya uang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Ibu Ani mengatur pekerjaan apa yang harus Leya dan Ririn lakukan, anggap saja kalau Ibu Ani adalah ketua pelayan di sana."Sekarang Leya yang bersihkan kolam renang dan Ririn bersihkan ruang tamu, ibu akan memasak" perintah ibu Ani yang paling tua di sana."Ya bu" ucap Leya hanya mengangguk patuh, apa lagi yang membawa dia kerja adalah Ibu Ani.Kalau bukan karena ibu Ani, Leya tak akan mungkin punya pekerjaan yang dekat dengan rumahnya."Oke" ucap Ririn dengan antusias.Leya langsung menyimpan tas yang selalu dia bawa, isi tas itu hanya ada ponsel Leya yang jadul dengan mukenah dan sejadah yang selalu dia bawa kemana pun."Aku akan ke kolam renang" sahut Leya menatap pada Ririn."Hati hati kolamnya dalam" ucap Ririn mengingatkan Leya, apa lagi Leya tidak bisa berenang."Ya" ucap Leya.Leya merasa heran kata Ririn kolamnya dalam tapi kemarin Emly bisa berenang di sana, Namun Leya tidak terlalu memikirkan hal itu lagi pula Leya akan turun ke kolam renang jika airnya sudah dia kosongkan.Leya berjalan ke arah pinggir kolam, di sana ada selang yang terhubung pada pembuangan air dari kolam itu, Leya hanya perlu menarik penyumbatnya dan airnya langsung mengalir dan terbuang ke tanah lapang yang ada di sana.Leya akan menggosok lantai kolam yang pasti sangat licin apa lagi selalu ada lumut di bawahnya, dia membawa sikat, lap, dan sabun.Namun Leya tidak tau kalau saat ini ada Van dan Aldrich di sana yang tengah berenang.Mereka selalu melakukan menahan nafas di dalam air yang sangat dingin.Hal itu Aldrich lakukan supaya dia bisa menahan nafas lebih lama di air jika suatu saat mereka harus berhadapan dengan musuh mereka yang menyerang lewat mana saja.Aldrich merasakan kalau air itu malah semakin surut dia langsung berdiri dari dalam air itu.Aldrich mengusap wajahnya yang basah."Kenapa airnya menjadi surut" gumam Aldrich.Aldrich menatap pada pelaku yang melakukan hal itu, ternyata pelakunya adalah Leya karena Leya berdiri di pinggir kolam menunggu airnya surut."Leya kenapa airnya di buang" tanya Aldrich."Tuan anda tengah berenang, maaf tuan tapi saya akan membersihkan kolam" sahut Leya yang tidak tau kalau ada Aldrich di sana.Leya tidak melihat karena Aldrich menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air yang ada di kolam itu.Van ikut berdiri dia melihat Leya,"Leya menganggu saja" gerutu Van."Ayo naik" sahut Aldrich."Lihat luka mu basah, Al, baiklah ayo kita obati di dalam" sahut Van."Apa kau akan ke atas tanpa handuk" geram Aldrich yang saat ini melihat Van yang bahkan hanya memakai CD saja."Ya baiklah aku butuh handuk" gumam Van.Namun saat ini ada hal yang membuat Leya terkejut dia melihat roti sobek dari kedua laki laki itu.Leya menundukkan wajahnya tidak mau melihat hal itu, apa lagi Aldrich hanya memakai celana pendek yang sangat ngetat."Bawakan aku handuk" titah Aldrich dengan kesal.Leya membawa handuk yang ada di atas meja dekat kolam itu, dia langsung mendekat pada Aldrich yang masih ada di dalam air, Leya menutup matanya saking tidak mau melihat hal itu."Ini tuan" ucap Leya menyodorkan handuk itu dengan menunduk dan mata tertutup."Lebih dekat, kamu masih sangat jauh" sahut Aldrich .Karena matanya dia pejamkan Leya tidak tau kalau saat ini dia menyodorkan pada Van."Ini tuan" ucap Leya.Van mengambil handuk itu dia langsung memberikan pada Aldrich, dan yang satunya lagi dia kalung kan pada lehernya.Namun Van adalah laki laki jahil dia tersenyum tipis, dia langsung menarik tangan Leya dengan sangat kencang.Byurrr..Byurr..Leya tercebur ke kolam renang yang saat ini airnya seleher Leya, kolam itu benar benar dalam, untungnya Aldrich langsung menarik tangan Leya dan memegang pinggang Leya agar Leya tidak tenggelam.Air masuk ke hidung dan telinga Leya, semua pakaian Leya basah bahkan kerudung Leya juga sudah benar benar basah.Kalau saja tidak ada Aldrich mungkin Leya sudah mengambang tanpa nyawa.Tangan Leya memegang tangan Aldrich dengan sangat erat bahkan kuku Leya sampai melukai kulit tangan Aldrich mungkin Leya takut."Van apa kau gila" bentak Aldrich marah pada sahabatnya bahkan Aldrich juga mendorong badan kekar Van karena ulah Van itu bisa membahayakan Leya.Van terkejut mendengar Aldrich yang baru saja membentaknya bahkan Aldrich juga mendorong Van dengan begitu kuatnya."Al kau membentak aku, aku hanya iseng" sahut Van."Perlakuan mu sangat keterlaluan" bentak Aldrich."Kamu gak papa Leya, maafkan aku, aku pikir kamu bisa berenang" ucap Van merasa bersalah apa lagi Aldrich juga memarahi
"Sekarang ayo ucapkan niat dulu" ucap Leya."Niat itu apa? bagaimana melakukannya" tanya Emly.Hah.Leya mengernyitkan keningnya dia tidak tau kalau Emly bahkan tidak tau caranya melakukan sholat, bahkan untuk Niat pun Emly tidak bisa."Nona, Niat menurut syara adalah Keinginan untuk melakukan sesuatu yang diikuti dengan perbuatan, dan Menurut para ulama arti kata niat adalah keinginan yang disertai dengan perbuatan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, ibarat begini Nona mau makan, dalam hati Nona punya keinginan untuk makan dan setelah adanya niat itu, Nona langsung makan, begitulah kira kira" ucap Leya menjelaskan."Bagaimana cara berniat itu" tanya Emly memandang pada Leya."Ushollid fardhozh zhuhri arba'a roka'aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aalaa. Ini untuk sholat Dzuhur, kalau sholat Ashar, Nona tinggal ganti niatnya" ucap Leya."Dan dalam hati Nona katakan (Saya niat salat fardu Dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah Ta'ala) Allahu
Ririn datang ke sana, panik menyelimuti gadis yang sedikit lebih tua dari Leya itu, Ririn takutnya Leya akan kenapa kenapa."Ada apa Le" tanya Ririn."Ini kak Rin, kepala aku sakit sekali, Astaghfirullah aku kenapa" sahut Leya memegang kepalanya yang benar benar sakit itu.Ririn panik namun saat Ririn akan meminta bantuan pada Ibu Ani, Leya sudah pingsan di kolam renang yang baru saja beres di bersihkan itu."Leya" teriak Ririn panik, wajah Ririn langsung cemas dia takut kalau orang tua Leya akan menyalahkan dia.Beberapa jam kemudian."Bagaimana apa Leya sudah sadar" tanya Aldrich yang saat ini membawa satu botol minuman keras yang sangat mahal."Belum tuan" ujar Ririn dengan gelengan kepala.Emly hanya duduk di samping Leya yang saat ini di baringkan di atas Sofa.Ririn dan Ibu Ani akan sibuk di dapur apa lagi saat ini mereka harus makan banyak karena anak buah Aldrich bertambah banyak di sana."Kak bawalah ke rumah sakit" ujar Emly."Kata Ririn dia hanya sakit kepala jadi apa yang
"Hah, apa itu tuan" Leya terkejut saat melihat badan Aldrich.Ada luka sayatan yang hanya di tutup dengan kain kasa, darahnya bahkan masih basah bahkan kaos yang Aldrich pakai pun mulai terlihat basah."Aku terluka, ayo obati aku jangan banyak bicara" sahut Aldrich yang langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.Bahkan luka tusukan saat menyelamatkan Emly juga masih ada dan sekarang di tambah lagi dengan luka sayatan di tubuh mulus pria jahat itu.Dengan perlahan tapi pasti Leya mengobati luka itu.Mata Aldrich terpejam dia merasa sangat lelah apa lagi perjalanan dia ke luar negeri memakan waktu yang cukup lama apa lagi ada beberapa insiden yang terjadi selama dua hari di sana."Kenapa tuan terus menerus terluka" tanya Leya."Entah, mungkin kulit aku rapuh" jawab Aldrich dengan mata yang masih tertutup merasakan nyaman saat merebahkan badan di tempat tidur."Bilang pada Van, aku butuh wanita, dua jam lagi aku akan berangkat ke Villa AF" ucap Aldrich."Untuk apa wanita tuan" tanya
"Nilam" sahut Leya."Kau" geramnya dengan tatapan nyalang pada Leya yang akan mendekat pada Nilam."Mau apa kau di sini" tanya Nilam."Nilam kenapa kamu menjadi seperti ini" tanya Leya menatap pada Nilam yang saat ini memakai rok pendek."Lantas aku harus menjadi siapa? Menjadi kamu?, Wanita yang di cerai suaminya karena kurang menarik jangan so soan menasehati aku" geram Nilam, dia bahkan malu apa lagi ada kedua laki laki tampan di sana."Kenapa kamu banyak berubah Nilam" tanya Leya lagi."Kenapa, apa kau tidak merasa Leya, hidup itu terlalu kejam kalau aku tidak melakukan ini maka nasib aku akan sama seperti dirimu, aku dengar dari orang orang kamu itu wanita korban kdrt bahkan kamu juga di selingkuhi, apa kamu tidak mau membalas perbuatan suami kamu itu, hah, Leya jadilah seperti aku, aku mampu melawan dunia dengan menjadi seperti ini" ujar Nilam."Aku tau kehidupan aku hancur tapi Nilam setidaknya jangan jadi murahan" ucap leya."Ck kau tau, dulu suami mu datang pada ku dia membay
Saat mereka akan pulang, Emly datang ke sana dia berteriak meminta ikut pada kakaknya."kak aku ikut" teriak Emly."Gak ini untuk laki laki" sahut Aldrich."aku ikut" ucap Emly."Nona nginap saja di rumah aku" sahut Leya yang langsung menatap pada Emly.Senyuman manis tergambar di bibir tulus Leya, entah ada apa dengan Aldrich dia seolah terhipnotis oleh senyuman yang menyesatkan itu."Wah terima kasih, aku takut di sini sendiri" sahut Emly yang langsung memakai jaketnya."Dasar setan kecil" gumam Aldrich tersenyum tipis pada adiknya itu.Iblis jantan seperti aldrich itu tak gampang menunda rasa sayang, bahkan selama dia bersama dengan gadis simpanannya, tak pernah Aldrich sedikit pun mempunyai perasaan pada mereka.Namun saat ini layaknya pohon yang di terpa angin, hati sekeras baja itu langsung luluh saat melihat Leya."Terimakasih Leya, malam nanti pas kakak akan pulang, maka kakak harus menjemput aku di rumah Leya" sahut Emly."Ya bawel" geram Aldrich.Leya dan Emly berjalan lebih
Pagi ini Leya kembali bekerja, seperti biasa Leya berangkat bersama dengan Ririn dan Bu Ani, mereka berangkat pagi pagi sekali karena banyak yang harus mereka lakukan sekarang."Semalam tuan Al ke rumah kamu" tanya Ririn sambil mengutak atik ponselnya yang sejak tadi ada di tangannya."Ya, semalam Nona Emly di rumah aku" ujar Leya."Kamu dekat dengan mereka, aku heran kalau selanjutnya kamu pasti akan di jadikan pelayan kesayangan" sahut Ririn menampakkan wajah tak suka saat bicara seperti itu.Leya hanya diam tak pernah dia bayangkan kalau akan ada orang yang tak suka padanya, padahal Leya hanya melakukan pekerjaannya saja."Sudahlah, sekarang kamu Rin, bekerja di ruang tamu, Leya membereskan kamar tuan Al" titah Bu Ani yang menentukan pekerjaan untuk hari ini."Ya Bu" ucap Leya."Tidak, aku gak mau, sekarang aku yang membersihkan kamar tuan Al" ungkap Ririn yang memperlihatkan wajah kesalnya."Ya tak apa kak, aku yang akan membereskan rumah tamu" ujar Leya.Bu Ani mendekat pada Riri
Leya di bawa ke salah satu tempat, bahkan saat ini Leya hanya percaya saja pada orang yang tengah membawanya itu."Pak, apa tidak apa apa kalau Nona kita tinggalkan sendiri" tanya Leya yang merasa takut Emly akan marah padanya."Nona akan di jemput oleh supir yang lain" ujarnya."Oh baiklah" ucap Leya.Namun pada kenyataannya Leya di bawa ke sebuah mansion yang sangat besar,"Rumah siapa ini pak" tanya Leya menatap pada rumah besar itu."Ini rumah tuan Granida teman tuan Aldrich" jawabnya.Leya di bawa masuk ke dalam mansion yang mewah bahkan besarnya pun melebihi Villa Aldrich yang saat ini telah Leya naungi untuk bekerja."Ayo masuk saja" ucapnya.Leya ikut masuk ke dalam mansion bak istana itu, Leya tersenyum saat melihat keindahan di setiap sudut ruangan itu, bahkan dinding dindingnya dihiasi oleh lukisan yang lumayan mahal."Rumah ini besar sekali" gumam Leya."Selamat datang Nona Aldrich" sahut seorang laki laki dengan perawatan tinggi tegap tengah duduk di sofa mewah itu.Laki