Share

Bab 5 kedatangan musuh

Author: Nurleni
last update Last Updated: 2023-12-16 18:37:05

"Tuan" keluh Leya yang saat ini tangannya di pelintir oleh Aldrich.

"Maafkan aku" kesal Aldrich yang langsung melepaskan tangan Leya.

Leya mengasuh kesakitan dia bahkan mengibas ibaskan tangannya karena kesakitan ulah Aldrich.

"Tuan setid....."

Dorr

"Tiarap" sahut Aldrich membawa Leya ke kolong ranjangnya.

Dug

Kepala Leya terbentur di ranjang yang ada di kamar itu, Leya di ibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga juga.

Leya memegang kepalanya yang terbentur cukup keras, ke kayu yang menopang ranjang itu.

"Sakit" tanya Aldrich yang langsung mengusap kepala Leya.

"Ish kenapa ada suara pistol di sini" geram Aldrich yang saat ini sudah sangat marah bahkan rahangnya mengeras jika mengingat musuh musuh Aldrich yang selalu saja mengincar dia.

"Tuan ada apa" tanya Leya ketakutan, tentu saja Leya bahkan belum pernah melihat seperti apa pistol tapi saat ini ada suara pistol yang terdengar di Villa itu.

Brakk

Leya terperanjat kaget saat mendengar suara pintu yang saat ini terbuka, Leya takut kalau ada orang jahat yang datang ke sana.

"Al" teriak nyaring Van membuat Aldrich menghela nafasnya.

"Kalian sedang apa" tanya Van saat melihat Aldrich tengah bersembunyi di kolong ranjang bersama dengan Leya.

Hahaha

Suara gelak tawa terdengar renyah oleh Aldrich, namun saat ini Aldrich mengambil satu gelas air dan langsung menguyur wajah Van dengan air itu.

Seketika tawa itu langsung hilang di gantikan dengan wajah bengis dari Van.

"Ada apa di luar" tanya Aldrich.

"Musuh mu datang ke sini, tapi aman anak buah mu sudah menangkap dia" sahut Van sambil mengelap wajahnya dengan tissue yang ada di atas meja.

"Syukurlah" gumam Aldrich.

Leya langsung berjalan akan keluar dari kamar itu, Namun tangannya di pegang erat oleh Aldrich yang melarang Leya untuk pergi dari sana.

"Tunggulah di sini" pinta Aldrich.

"Tidak bisa tuan, saya harus ke bawah" sahut Leya.

"CK baiklah" decak Aldrich.

**

Di sebuah ruangan yang gelap, terdengar suara ringisan kesakitan seseorang yang mampu mengganggu pendengaran semua orang yang ada di sana.

Tak

Tak

Derap langkah memecah keheningan, menyiratkan aura yang menyeramkan dengan keadaan ruangan yang gelap tanpa penerangan.

Salah satu anak buah Aldrich membuka jendela yang ada di ruangan itu, hingga menampakan wajah cecunguk yang saat ini di ikat dengan tali.

"Siapa yang menyuruhmu" suara dingin itu bertanya pada cecunguk yang saat ini hanya bisa memohon ampun.

Lakban yang tadinya menutupi mulutnya di tarik dengan sangat kencang.

"Katakan" ujarnya.

"Tuan tolong ampuni saya" ungkapnya memohon ampun pada laki laki iblis yang bahkan sudah tidak mengenal kata maaf itu.

"Siapa" suara berat menuntut orang itu untuk menjawab pertanyaannya.

"Tuan Granida" ungkapnya dengan lutut yang sudah bergetar hebat.

"Ampuni saya tuan, saya janji saya akan bilang pada tuan Granida kalau di sini tidak ada siapa pun" mohonnya membuat perjanjian dengan Aldrich.

"Baiklah lakukan saja" titah Aldrich mengkode anak buahnya untuk membukakan ikatan yang menjerat tangan dan kakinya.

Orang itu mengambil ponsel yang ada di saku celananya,

📞📞

"Tuan, di Villa ini tidak ada orang" sahutnya.

"Benarkah, lantas kemana Aldrich dan para anak buahnya" suara berat terdengar marah di sebrang sana.

"Benar tuan" ungkapnya.

"Baik pulanglah, sekarang ada hal yang harus kita lakukan" sahutnya.

📞📞

"Apa yang mau dia lakukan" tanya Aldrich.

"Tuan ingin melakukan transaksi racun di wilayah anda" sahutnya.

"Transaksi di wilayah aku" senyuman terbesit di bibir pria itu.

"Hahahah, baiklah aku tunggu kedatangannya" sahut Aldrich.

Dorr

Aldrich menembakan peluru pada orang itu, dengan seketika dia langsung terjungkal dan tewas di tempat.

Sungguh Aldrich tidak menerima permintaan maaf apa lagi dari orang yang sudah main main dengannya.

"Kirimkan mayat laki laki itu pada Granida, aku mau melihat bagaimana reaksi dia saat tau kalau anak buahnya itu sudah tewas" titah Aldrich dengan senyuman yang menyeringai.

Saat ini ada beberapa warga yang datang ke sana, Aldrich langsung paham pada apa yang akan di lakukan oleh warga itu.

"Cepat kemas dia" titah Aldrich.

Dengan cepat Aldrich keluar dari sana dengan di dampingi beberapa orang anak buahnya, Aldrich akan menyambut warga yang datang.

"Selamat datang bapak bapak" sahut Aldrich yang langsung menyalami bapak bapak yang datang itu.

"Tuan, mohon maaf tadi kami mendengar ada suara tembakan, ada apa ya" tanya bapak bapak itu mengintimidasi Aldrich.

"Tidak ada pak" jawab Aldrich.

"Tapi orang itu menanyakan anda" sahut bapak itu.

"Oh ya itu tadi ada yang datang ke sini, tapi sudah pulang lagi, kalau bapak tidak percaya silahkan mau di lihat lihat" sahut Aldrich dengan senyuman ramahnya.

"Tidak perlu tuan" ujarnya yang langsung pergi dari sana meninggalkan Aldrich yang saat ini masih memandang mereka.

"Tidak akan mampir dulu pak" tanya Aldrich setengah berteriak.

"Tidak perlu tuan, kami ada urusan" sahutnya.

Aldrich hanya bisa mengigit bibir bawahnya saja, dia yakin kalau mereka mencurigai Aldrich dengan datangnya anak buah Granida.

"Semuanya kacau" gumam Aldrich.

Leya dan Ririn menatap pada warga yang baru saja pulang itu.

"Kamu merasa gak, kalau tuan Al itu bukan orang sembarangan" tanya Ririn.

"Ya aku merasa, dia layaknya seorang psikopati" jawab Leya mempunyai pemikiran yang sama seperti Ririn.

"Apa jika kita melakukan kesalahan, kita akan di bunuh" tanya Ririn menatap datar.

"Mungkin, makanya jangan buat kesalahan" sahut Leya.

"Siapa yang suka membuat kesalahan bukannya kamu ya" tanya Ririn dengan tawa kecil.

"Ada apa".

"Hah" Leya dan Ririn terkejut saat mendengar suara laki laki yang ada di belakang mereka.

Mereka hanya menunduk saat melihat kalau laki laki yang ada di sana adalah Van.

"Sedang apa" tanya Van.

"Kami sedang mencari barang" ujar Ririn yang langsung pergi dari sana mencari cari barang padahal itu adalah sebuah kebohongan besar.

"Permisi tuan" ujar Leya yang akan pergi juga.

"Tunggu" sahut Van yang mampu menghentikan langkah kaki wanita berusia dua puluh tahunan itu.

"Ya tuan" tanya Leya.

"Duduklah" pinta Van yang langsung di turuti oleh Leya dan duduk di kursi meja makan bersebrangan dengan Van.

"Aku mau tanya boleh" tanya Van yang di Jawab anggukan kepala oleh Leya.

"Kenapa memakai hijab" tanya Van.

Leya mengernyitkan dahinya dia bingung harus menjawab apa karena alasan Leya memakai hijab tentu saja karena ingin menutup aurat.

"Tuan, alasannya adalah saya ingin menutup aurat" jawab Leya.

"Apa itu aurat" tanya Van.

"Tubuh yang tidak boleh terlihat oleh lawan jenis" jawab Leya.

"Kau tau, dulu mendiang istri ku dulu mau memakai hijab, tapi sayang sebelum keinginan itu terwujud dia malah di ambil tuhan" Van menceritakan itu dengan wajah yang sendu, mungkin Van mengingat mending istrinya.

"Yang sabar tuan, aku yakin Tuhan menyiapkan yang terbaik untuk anda" ujar Leya mencoba menguatkan Van.

Terlihat dari raut wajahnya Van sepertinya memiliki beban hidup yang pahit, bahkan saat ini mata Van sudah berembun karena merasa kehilangan yang sangat mendalam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelayan Kesayangan Tuan Mafia   Bab 85 Tamat

    Sinta terpojok karena cerita dari Granida itu, bayangkan saja Sinta membenci Aldrich selama bertahun-tahun hanya karena Sinta salah menyangka pada Aldrich.Sinta marah pada Shasya yang melakukan itu tapi sayangnya Shasya sudah meninggal sebelum Sinta membalaskan dendamnya."Tante dengar kan?" tanya Leya.Leya begitu emosi karena selama ini dendam tantenya itu sangat tidak beralasan, bagaimana mungkin Sinta membenci tanpa mencari dahulu buktinya."Tante sudah meracuni suamiku, mungkin Tante harusnya di hukum sekarang!" tegas Leya."Beraninya kau!" geram Sinta.Van pasang badan untuk Leya, dia langsung menelpon polisi agar segera menangkap Sinta. Walaupun Sinta meraung-raung meminta maaf tapi tetap saja tidak ada yang mau memaafkan kesalahannya.Beberapa menit kemudian akhirnya polisi datang dan menangkap Sinta, Van merasa cukup puas karena Sinta akhirnya bisa merasakan rasanya menderita sama seperti Aldrich yang sudah dia racuni.Kalau saja Granida tidak tau kejadian itu mungkin saja S

  • Pelayan Kesayangan Tuan Mafia   Bab 84

    Leya sejak tadi kesal pada Sinta karena tantenya itu memberikan obat pada minuman Aldrich tanpa sepengetahuan darinya, Leya bertanya sejak tadi tapi sayangnya Sinta tidak mau mengaku. Emly juga malah membela Sinta dari pada Leya, untuk sekarang Leya sudah sangat marah pada Sinta dan ingin segera membongkar kejahatan Sinta.Sayangnya, Leya tidak punya bukti yang bisa membenarkan ucapan dirinya, sejak tadi hanya helaan nafas yang Leya lakukan. Sinta juga bersandiwara dengan menangis dan mengadukan pada Emly, hingga membuat Emly memaki-maki Leya dengan perkataan kasar."Leya, Tante itu sayang pada Aldrich. Mana mungkin Tante mau mencelakai Aldrich!" sahut Sinta.Leya diam, tangannya mengambil gelas yang berisi air minum untuk Aldrich. Walaupun Aldrich masih belum sadarkan diri, tetap saja Dokter menyarankan untuk Leya memberikan Aldrich minum walaupun hanya satu sendok saja.Leya membuang air minum itu ke kamar mandi yang ada di ruangan itu, Sinta kesal melihat tingkah Leya yang sekarang

  • Pelayan Kesayangan Tuan Mafia   Bab 83

    "Kau ingin merampokku? Sial!" Van membentak bahkan sampai mengebrak meja karena mendengar dari Tasya kalau dia punya bukti tentang kejahatan Sinta. Tapi sayangnya Tasya meminta uang sebanyak satu milyar untuk informasi itu, Van tak akan mungkin memberikan uang sebanyak itu pada Tasya, apa lagi Van tau kalau Tasya pernah membuat salah pada istrinya Rayandra."Baiklah, aku akan kasih tau tapi kasih aku uang seratus juta." Tasya masih menawarkan harga yang harus Van bayar, tapi karena penasaran Van langsung mengambil ponselnya dan mentransfer uang itu pada Tasya."Sudah, baiklah apa yang kamu punya?" tanya Van.Tasya semakin mendekat pada Van dan membicarakan semuanya yang dia lihat tentang Sinta, saat Sinta memasukan obat kedalam minuman dan makanan Aldrich, Tasya juga mengetahui hal itu.Bukan itu saja, Tasya juga punya botol obat yang Sinta berikan pada Aldrich.Hanya dengan obat itu Van berharap kalau dia bisa segera membantu Aldrich untuk sembuh, Van langsung menemui Dokter dan memi

  • Pelayan Kesayangan Tuan Mafia   Bab 82

    "Dokter, bagaimana keadaan Clara?" tanya Granida yang semakin panik."Hanya luka saja, tuan. Tapi selamat tuan karena anda akan menjadi seorang Ayah." Dokter itu berucap dengan menyodorkan tangannya berniat memberikan selamat pada Granida.Dan sekarang Granida hanya diam saja, mungkin dia syok karena mendengar kalau dia akan menjadi seorang Ayah. Untungnya Van langsung menggerakan tangan Granida untuk segera menjabat tangan dokter itu."Terimakasih Dokter," ucap Granida yang masih tak percaya."Sama-sama, Tuan. Baiklah kalau begitu saya akan ke ruangan saya, kalau ada yang bisa saya bantu panggil saja saya." Dokter itu langsung pergi dari sana.Van menepuk pundak Granida yang masih tidak percaya kalau dia akan punya anak dari Clara. "Kau kenapa? Harusnya kau bahagia, Granida. Karena kau akan menjadi seorang Ayah," ucap Van."Tapi bagaimana mungkin? Kami hanya melakukannya sekali saja." Granida langsung mendudukkan tubuhnya karena tidak percaya pada apa yang sekarang terjadi."Bisa saj

  • Pelayan Kesayangan Tuan Mafia   Bab 81 pernikahan Granida dan Clara

    Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci

  • Pelayan Kesayangan Tuan Mafia   Bab 80

    Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status