Caesa beranjak dari dalam kamar tersebut, dengan membawa rasa kecewa dan marah yang bercampur jadi satu dalam benaknya. Orang tua mana yang tak kecewa saat tahu putranya sudah melakukan hubungan terlarang hingga membuahkan nyawa kecil. Naya menatap kepergian wanita paruh baya itu dengan wajah mendung. "Tidak apa-apa, jangan masukkan ke dalam hati ucapan Bunda yang menyakitkan mu. Bunda hanya kecewa, setelah itu dia akan memaafkan kesalahan kita berdua," ucap Argio berusaha menenangkan. Naya mendongak menatap Argio di sampingnya. "Aku takut orang tuamu membenciku," balas Naya tampak gelisah. Apalagi melihat sorot mata Caesa yang menyiratkan kemarahan padanya.Argio mengulas senyum lalu tangan kanannya mengusap punggung Naya lembut."Percayalah padaku, semuanya akan baik-baik saja. Yang patut disalahkan dalam masalah ini adalah aku."Naya menatap lekat wajah Argio. Pria itu tampak tenang seolah masalah yang tengah di hadapi sekarang tidak terlalu rumit. Cara bicara Argio terdengar lemb
"Tentu, pasti Naya menerimaku. Iya' kan Naya?" Argio menoleh menatap Naya di sampingnya.Wanita itu terdiam tidak menjawab pertanyaan Argio. Ia menatap semua orang yang memusatkan tatapan pada dirinya. Argio tampak tak sabaran menunggu jawaban yang keluar dari mulut Naya. Namun, raut wajah pria itu langsung berubah ketika Naya bangkit dari sofa lalu pergi begitu saja meninggalkan ketiganya yang menatap penuh keheranan pada Naya."Sepertinya Naya menolakmu," timpal Caesa tanpa memikirkan perasaan Argio. "Bun!" tegur Arga pada sang bunda.Raut wajah Argio yang berbinar-binar kini langsung berubah. Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya lalu menyusul Naya yang berlari menuju ke kamar di lantai dua. Naya menutup pintu kamar lalu menguncinya. Ia menyandarkan tubuhnya di belakang pintu dengan perasaan yang berkecamuk.Bukan, ia tidak menolak niat baik Argio hanya saja ia belum siap apalagi ibunya sangat membenci sosok Argio. Dan sekarang restu ibunya menjadi pembatas antara dirinya
"Naya!" Argio melangkah lebar mengejar Naya dan dengan cepat meraih pergelangan tangan wanita itu. Langkah Naya terhenti ketika Argio mencekal pergelangan tangannya."Aku tahu tidak mudah bagimu melupakan semua yang telah aku lakukan. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi meminta maaf atas luka yang pernah aku berikan," ucap Argio penuh menyesalan. Naya memejamkan matanya sejenak. Ia mengigit bibir bawahnya kelu. Argio menarik Naya hingga jarak mereka berdua semakin terkikis. Ia memegang dagu Naya lalu mengangkatnya agar menatap dirinya."Nay, mungkin aku tidak bisa mengubah masa lalu yang kita lewati menjadi manis, tapi aku berjanji akan membahagiakanmu di masa sekarang. Aku sangat-sangat menginginkanmu menjadi istriku bukan karna ada Levin diantara kita berdua. Tapi aku siap menunggumu selama apapun asalkan kamu menerima pernikahan yang aku tawarkan." Naya menundukkan kepalanya sambil meremas ujung bajunya. "Ini bukan hanya tentang penyesalan dan penderitaan yang kamu berikan, ta
Yang harusnya datang tepat waktu menghadiri pesta kini keduanya datang terlambat. Naya memasang wajah kesal ketika harus kembali di dandani para pelayan sedangkan Argio tampak puas setelah mendapatkan apa yang ia inginkan. Mobil yang keduanya tumpangi sudah sampai di sebuah mansion megah bak istana dengan arsitektur eropa. Mobil-mobil mewah berjejer rapi di parkiran khusus di area tempat acara yang berlangsung kini. Argio lebih dulu turun dari mobil sedan mewah lalu membuka pintu mobil untuk Naya. Perlakuan Argio tampak seperti pria manis yang romantis pada sang kekasih. Naya terdiam sejenak ketika pintu mobil terbuka dan Argio kembali menjulurkan sebelah tangannya. Ia mendongak menatap Argio yang tersenyum manis padanya. "Ayo cepat keluar, pesta sudah mulai," titah Argio. Mendengar itu Naya segera keluar dari mobil tanpa menyambut uluran tangan Argio. "Apa kamu masih marah?" Argio langsung bertanya seperti itu. Heran dengan sikap Naya yang tiba-tiba acuh. Wanita itu menghela na
Keterkejutan Naya tidak sampai di situ setelah mendengar pernyataan Bella, kini seorang wanita yang ia kenali muncul tiba-tiba dengan tatapan sinisnya. Tatapan yang 5 tahun lalu selalu wanita itu perlihatkan saat menatap dirinya. "Chelsea?" gumam Naya menatap wanita tersebut. Chelsea semakin melebarkan senyumannya dan sorot mata yang tersirat akan kebencian masih sama seperti 5 tahun lalu. Bagi Chelsea, Naya merupakan biang dari kegagalan hubungannya dengan Argio dan sekarang ia tidak akan membiarkan wanita itu bisa hidup bahagia dengan pria yang masih bertahta dihatinya. "Lihatlah Chelsea, bukankah perempuan ini sangat menjijikkan?" hina Bella pada Naya dengan tatapan merendahkan. "Tanpa kamu katakan pun dia sudah terlihat sangat menjijikkan dan kotor," balas Chelsea."Si paling tersakiti."Naya menatap keduanya yang kini tertawa. Chelsea dan Bella tampak kompak karna mereka berdua memiliki tujuan yang sama yaitu menghancurkan hubungan Argio dan Naya. Sangat tidak adil wanita bia
Ibu Ani menghentikan aktivitasnya menyiram bunga di halaman rumah ketika melihat sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan pagar rumahnya. Raut wajah wanita paruh baya itu langsung berubah marah ketika melihat siapa yang yang turun dari mobil. Ia mendengus kasar.Argio tampak mengembangkan senyuman ramahnya ketika turun dari mobil, sangat berbeda dengan reaksi bu Ani yang tak menyukai kedatangannya. Ia melangkah menghampiri wanita paruh baya itu. "Untuk apa kamu datang ke sini? Di mana Naya dan Levin?" sentak bu Ani menatap ke arah mobil mencari-cari putri dan cucunya.Argio tak langsung menjawab, ia mengulurkan tangannya hendak bersalaman, namun ibu Ani menepis kasar tangannya. "Tidak usah pura-pura baik di depan ku apalagi berlagak sopan seperti ini! Di mana kamu menyembunyikan Naya dan Levin!" Ucapan bernada kasar kembali keluar dari mulut ibu Ani. Argio menghela napas pelan berusaha sabar menghadapi sikap bu Ani."Ibu tenang saja, Naya dan Levin baik-baik saja.""Lalu, untuk ap
Argio membuang napas panjang ketika berdiri di depan cermin dan melihat pantulan dirinya. Ia membenarkan pakaian yang ia kenakan termasuk merapikan rambutnya yang baru saja dikeringkan. Pagi ini sekitar pukul 06:00 pagi, ia kembali pergi ke Surabaya untuk menjalankan persyaratan yang bu Ani minta.Pria itu mengambil ponsel dan dompetnya di atas meja dekat kasur lalu melangkah keluar dari kamar. Ia akan sarapan terlebih dahulu setelah itu berangkat ke Surabaya. Ia memutuskan pergi ke sana tanpa ditemani siapapun. Namun, langkah Argio terhenti diujung anak tangga ketika melihat sosok Naya tengah sibuk menata makanan di atas meja.Dengan ragu Argio melangkah menghampiri Naya."Rajin sekali calon istri," celetuk Argio dengan nada bercanda.Naya langsung menoleh ke arah Argio yang berdiri di sampingnya. Ia terdiam sejenak memperhatikan penampilan Argio. Pria itu menggunakan pakaian santai."Hari ini tidak kerja?" tanya Naya.Argio menggeleng sambil menarik kursi lalu duduk di sana."Hari ini
Naya meletakkan air putih dingin dengan beberapa potong kue yang baru saja ia beli di meja. "Minum dulu," titah Naya yang kini duduk di kursi kayu jati.Argio tersenyum. Ia mengambil air putih yang diberikan lalu meminumnya sampai tandas. Naya menatap lekat Argio yang tampak kehausan. Jujur, ia tidak menyangka pria itu akan melakukan pekerjaan seperti ini. "Kalau tidak bisa jangan dipaksa," ucap Naya menatap lurus ke arah bibit-bibit bunga yang akan ditanam Argio.Pria itu menundukkan kepalanya sejenak dengan seulas senyum tipis."Kamu kira aku tidak bisa menanam bunga? Aku melakukan ini demi mendapatkan apa yang aku inginkan."Naya kembali menatap Argio dengan dada yang bergemuruh. Tangan Argio terulur menyentuh tangan Naya lalu menggenggamnya. Tatapan pria itu sangat dalam menatap sang pujaan."Apa yang ibumu minta tak sebanding yang aku dapatkan. Seharusnya ibumu memberikan persyaratan yang lebih berat lagi untuk mendapatkan putrinya yang tidak bisa diukur oleh harga dan tenaga."