Beranda / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 124. Pemeran utama yang tersakiti

Share

124. Pemeran utama yang tersakiti

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-12 22:50:09

Makky sudah sangat lelah ingin beristirahat tapi meskipun waktu sudah menunjukkan jam 1 dini hari orang-orang ini menolak untuk pergi tapi Makky juga tidak berdaya mengusir mereka bahkan jika Makky mau dirinya pun tidak kuasa untuk bangkit meninggalkan mereka karena suasana saat ini cukup genting. Laki-laki itu itu serba salah tidak ingin tinggal, tidak bisa mengusir tapi juga tidak dapat pergi.

Adik bodohnya itu sedang bicara demokrasi demi dirinya. Makky tidak tahu harus berterima kasih atau marah pada Bram, yang dilakukan Makky hanya duduk diam menunggu orang-orang ini mengambil keputusan untuk hal itu sedangkan dirinya hanya akan menerima hasilnya.

"Ayah aku sudah tidak tahan lagi, bawa Gege pulang malam ini juga," ujar Bram pada orang tuanya yang duduk berhadapan dengan keluarga Dahayu.

Ruangan itu penuh dengan orang-orang yang tidak bisa di usir oleh Makky, Bram datang dengan kedua orang tuanya, ada Dahayu dan kekasih parasitnya serta orang tua Dahayu yang diundang oleh Bram. S
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    128. Aku tidak bisa berhenti menangis

    Meskipun tertidur pulas di samping Laiba namun ketika merasakan gerakannya kecil Makky langsung membuka matanya, tangan yang sejak tadi digenggam olehnya bergerak ketika Makky mengangkat pandangannya bertemu dengan mata yang sedang menatapnya."Kamu sudah bangun?" seru Makky begitu bahagia melihat perempuan itu telah membuka matanya. Laiba tidak merespon nampaknya perempuan itu masih mencerna sesuatu, sorot matanya masih berkeliaran penuh kebingungan namun kemudian tiba-tiba mata itu membulat dengan emosi yang melonjak."Makky bagaimana dengan bayiku?" tanya Laiba dengan suara parau.Suara Makky tertahan tidak menyangka pertanyaan pertama Laiba adalah hal tersulit yang harus dijawabnya. Akan tetapi dengan diamnya Makky sudah memberikan jawaban untuk Laiba, perempuan itu tidak mendesak Makky untuk menjawab tapi air matanya sudah meluncur lebih dulu."Bahkan satu-satunya yang aku punya juga diambil," gumam Laiba sambil menutup matanya tapi air matanya tidak berhenti untuk meluncur memb

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    127. Zombie

    Dengan kepala tertunduk sangat rendah laki-laki itu sama sekali tidak bergerak di depan ruang operasi. Waktu berjalan sangat lambat untuk Makky, lampu itu masih menyala menandakan jika operasi masih berlangsung. Tubuh Makky penuh dengan darah milik Laiba tidak hanya pakaian bahkan wajah Makky juga tertinggal darah perempuan itu, perawat sudah memintanya untuk membersihkan diri terlebih dahulu namun Makky tidak bergeming jika belum memastikan operasi berjalan dengan lancar laki-laki itu tidak akan berkutik. Penampilan tuan muda ini sekarang seperti zombie yang kotor dengan darah dimana-mana.Ponsel di saku laki-laki itu terus berdering beberapa kali namun tidak dapat membangunkan Makky yang sedang mematung sampai seorang perawat yang lewat menyentuh tangan laki-laki. "Ponsel anda berbunyi," seru perawat itu pada Makky.Laki-laki itu sedikit terkejut kesadarannya seperti kembali pada kenyataan dan mendengar apa yang diucapkan oleh perawat itu bersamaan mendengar suara ponselnya yang ter

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    126. Gaun pengantin bersimbah darah

    Jarak butik Peony dan rumah Dahayu tidak terlalu jauh atau dekat hanya saja kamar Makky lurus ke ruang kerja Laiba, dengan bantuan teropong Makky bisa melihat dengan jelas aktifitas perempuan itu, jaraknya sangat ideal untuk mengintai sedangkan target tidak tahu menahu akan hal itu. Ini adalah rahasia besar antara Makky dan Timira, burung itu sesekali berkunjung ketika siang hari saat Makky ada di tempat sedangkan tuan rumah menyediakan makanan di jendela, membicarakan perempuan itu sambil mengintip beraktivitas target mereka.Dari teropong itu Makky tidak menemukan keberadaan Laiba, dua ruangan itu kosong namun lampu masih menyala. "Dia tidak lembur juga tidak tidur di sofa lalu dimana, apakah dikamar mandi?"Makky menurunkan Timira yang sudah tidak lagi bersuara membuat Makky mengerutkan keningnya. "Kamu bisa diam juga," seru Makky pada Timira.Makky mengambil ponselnya namun tidak langsung membuat panggilan, awalnya ingin memarahi Laiba karena tidak mengurus hewan peliharaan dengan

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    125. Transaksi ayah dan anak

    Baswara mengambil napas panjang sambil menatap orang tua Dahayu kemudian bicara dengan pelan penuh karisma. "Maaf tuan Janardana, kita semua seorang pebisnis. Kehidupan pun tidak luput dari transaksi dan sepertinya aku harus bertransaksi dengan putraku sendiri." "Tuan Baswara aku bisa memberikan sahamku." Ayah Dahayu masih berusaha untuk bertransaksi dengan ayah Bram. "Sepertinya kita sudah tidak bisa mengambil kesepakatan. Aku sudah punya banyak saham sedangkan anak nakal itu jika berulah lagi bisa membuatku naik darah setiap saat bisa-bisa aku mati dengan cepat karenanya." Setelah mengatakan beberapa patah kata sebagai basa-basi Baswara membawa pergi istrinya tapi sebelum benar-benar pergi Baswara berpesan pada Makky. "Temui aku besok pagi setelah meeting." "Baik," jawab Makky dengan cepat. Meskipun besok Makky diharuskan menghadap orang itu tapi sekarang Makky sudah bisa menebak hukuman apa yang akan diterimanya keesokan hari. "Ge ayo pulang sekarang." Bram menarik tangan

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    124. Pemeran utama yang tersakiti

    Makky sudah sangat lelah ingin beristirahat tapi meskipun waktu sudah menunjukkan jam 1 dini hari orang-orang ini menolak untuk pergi tapi Makky juga tidak berdaya mengusir mereka bahkan jika Makky mau dirinya pun tidak kuasa untuk bangkit meninggalkan mereka karena suasana saat ini cukup genting. Laki-laki itu itu serba salah tidak ingin tinggal, tidak bisa mengusir tapi juga tidak dapat pergi.Adik bodohnya itu sedang bicara demokrasi demi dirinya. Makky tidak tahu harus berterima kasih atau marah pada Bram, yang dilakukan Makky hanya duduk diam menunggu orang-orang ini mengambil keputusan untuk hal itu sedangkan dirinya hanya akan menerima hasilnya."Ayah aku sudah tidak tahan lagi, bawa Gege pulang malam ini juga," ujar Bram pada orang tuanya yang duduk berhadapan dengan keluarga Dahayu.Ruangan itu penuh dengan orang-orang yang tidak bisa di usir oleh Makky, Bram datang dengan kedua orang tuanya, ada Dahayu dan kekasih parasitnya serta orang tua Dahayu yang diundang oleh Bram. S

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    123. Gaun pengantin bersimbah darah

    Perempuan yang berbalut gaun pengantin itu tidak kunjung beranjak dari duduknya, hanya menetap kosong untuk waktu yang lama kearah pintu dimana laki-laki itu pernah berdiri, Laiba bisa mengeluarkan air mata karena rasa mual tapi di saat seperti ini air matanya seperti mengalami kemarau panjang tidak ada air mata sedikitpun yang keluar dari matanya. Jika wanita normal ketika di situasi ini pastilah sudah menangis tersedu-sedu tapi Laiba hanya duduk termangu tanpa melakukan apapun.Suasana yang hening dan dingin itu berjalan begitu lambat, padahal pundak Laiba yang terbuka telah kedinginan, bulu halusnya telah berdiri tapi perempuan itu masih menolak untuk bergerak. Kepala Laiba menunduk matanya tertutup perlahan bibirnya tersenyum tipis, senyuman kecil menjadi senyuman lebar dan suara keluar dari bibir itu. Tawa kecil menjadi tawa terbahak-bahak karena tawa yang begitu keras itu membuat Timira yang telah tertidur pulas sampai terbangun melihat majikan seperti orang gila dalam balutan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status