Beranda / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 64. Rekam jejak teknologi

Share

64. Rekam jejak teknologi

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 06:04:00
"Bagaimana menurutmu, apakah bangus?" tanya Laiba sambil menatap Makky melalui pantulan kaca.

"Lalu bagaimana menurutmu, apakah aku tampan?" Makky malah mengajukan pertanyaan lainnya dengan suara lirih.

"Kamu bangus mengenakan apapun bahkan tanpa pakaian," jawab Laiba lugas yang membuat Makky mengangkat kedua alisnya sambil melirik Laiba yang tepat ada di sampingnya.

"Sebagai binatang purba kamu cukup baik dari setelah pabrik," imbuhnya tanpa perasaan bersalah sedikitpun. "Apakah ada yang kurang nyaman?" Laiba langsung mengganti topik. Makky hanya menggeleng pelan.

"Baguslah aku dapat tidur dengan tenang sekarang?" ujar Laiba sambil menuju sofa itu dan merebahkan tubuhnya begitu saja dalam hitungan detik wanita itu sudah jatuh dalam mimpi dengan sangat mudahnya.

Makky melirik pada kopi di atas meja yang masih sedikit mengepul dan kembali menggelengkan kepalanya bahkan kafein tidak dapat membuat mata wanita itu untuk terus terjaga. Melihat Laiba yang sudah tertidur pulas membu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    65. Tidak laku

    Kara terdiam sejauh ini dirinya sudah sangat berhati-hati ketika melakukan live streaming untuk tidak menggunakan kehidupannya sebagai konsumsi publik tapi bagaimana wanita di depannya mengetahui hal-hal yang menyesakkan hatinya."Apa maumu?" tanya Kara dengan tidak senang."Bukankah aku sudah mengatakannya sejak awal.""Bagaimana jika aku tidak mau? Apakah kamu akan menggunakan itu untuk mengancam aku? Menyebarkan di medis sosial?"Laiba hanya tersenyum mengejek gadis yang besar tubuhnya saja di hadapannya yang sebenarnya belum tahu banyak hal di dunia ini, bagaimana kehidupannya sejak kecil yang perih membuatnya selalu waspada terhadap orang-orang baru di sekelilingnya. Di usianya yang baru dua tahun yang belum tahu apapun melihat secara langsung pertengkaran yang tiada henti dari kedua orang tuanya juga ibunya yang suka main tangan membuatnya trauma sejak kecil sampai siksaan itu sedikit mereda karena ibunya ketahuan berselingkuh sampai hamil. Pasangan itu akhirnya berpisah dan ten

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    64. Rekam jejak teknologi

    "Bagaimana menurutmu, apakah bangus?" tanya Laiba sambil menatap Makky melalui pantulan kaca. "Lalu bagaimana menurutmu, apakah aku tampan?" Makky malah mengajukan pertanyaan lainnya dengan suara lirih. "Kamu bangus mengenakan apapun bahkan tanpa pakaian," jawab Laiba lugas yang membuat Makky mengangkat kedua alisnya sambil melirik Laiba yang tepat ada di sampingnya. "Sebagai binatang purba kamu cukup baik dari setelah pabrik," imbuhnya tanpa perasaan bersalah sedikitpun. "Apakah ada yang kurang nyaman?" Laiba langsung mengganti topik. Makky hanya menggeleng pelan. "Baguslah aku dapat tidur dengan tenang sekarang?" ujar Laiba sambil menuju sofa itu dan merebahkan tubuhnya begitu saja dalam hitungan detik wanita itu sudah jatuh dalam mimpi dengan sangat mudahnya. Makky melirik pada kopi di atas meja yang masih sedikit mengepul dan kembali menggelengkan kepalanya bahkan kafein tidak dapat membuat mata wanita itu untuk terus terjaga. Melihat Laiba yang sudah tertidur pulas membu

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    63. Orang gilanya aku

    Gegemu tidak keberatan?""Sama sekali tidak, jika bukan karena aku mengenal gege dan sering bersamanya mungkin aku mengira jika mereka sudah berhubungan sejak lama. Tapi meskipun begitu aku tetap tidak tahu apakah gege bahagia atau tidak aku sama sekali tidak dapat mengartikan wajahnya yang selalu datar di kondisi apapun.""Lalu bagaimana denganmu?""Ada apa denganku?""Bukankah kamu juga akan mengikuti jejak gegemu? Menikah dengan wanita pilihan keluargamu.""Aku sama sekali tidak senang sedikitpun aku tidak dapat membayangkan menghabiskan hidupku dengan wanita yang tidak aku cintai belum menikah saja sudah bertengkar bertemu bagaimana dengan nanti?""Itulah yang dirasakan gegemu.""Tapi?" Bram terdiam sejenak, "Gege tidak mengatakan apapun bahkan menyetujuinya tanpa protes?""Apakah dia punya pilihan yang dipikirkan hanya kebahagiaan semua orang kecuali dirinya sendiri.""Benarkah begitu?" Bram nampak terkejut dengan ini."Tidak. Aku salah. Orang seperti Makky yang nampak dingin pad

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    62. Balas dendam padaku

    Laki-laki itu tidak mengatakan apapun hanya masuk dan duduk di sofa panjang menaruh barang yang di bawanya membuka satu bungkusan untuk dirinya sendiri, Laiba juga bangkit dan duduk di depan laki-laki itu namun duduk di lantai. Ketika membuka bungkusan itu ternyata nasi goreng dengan porsi besar sudah jelas jika laki-laki itu membelinya di pinggir jalan Laiba tidak mempermasalahkan di mana membeli tapi hanya melihat porsinya saja Laiba sudah membayangkan bagaimana caranya untuk menghabiskannya."Bagaimana caranya aku menghabiskan ini?" Protes Laiba dalam diam sambil memperhatikan makanan di depannya.Di saat Laiba masih berpikir bagaimana cara untuk menghabiskan makanannya laki-laki di depannya sudah mengambil suapan besar mengunyah dalam hitungan detik dan mengambil suapan besar lagi. Bukankah Laiba yang belum makan tapi mengapa laki-laki ini yang seperti belum makan sebulan saat Laiba memperhatikan Makky pandangannya jatuh pada sesuatu yang baru. Barang logam mulia itu melingkar di

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    61. Pohon Dedalu

    Sebagian besar karyawan sudah pergi namun Laiba masih berkutat dengan gaun berwarna pink putih itu memasang payet dengan tangannya sendiri, suara telpon berdering dari ruang kerjanya. Ruang kerja Laiba bersebalahan langsung dengan ruang produksi pribadinya meskipun kedua ruangan itu sama-sama memiliki fungsi untuk berkerja wanita itu namun kayaknya seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua dapur, dapur bersih dan dapur kotor.Laiba akan menggunakan ruang kerjanya untuk bekerja sebagai pimpinan butik ini dan menggunakan ruang produksi untuk membuat gaun dengan tangannya sendiri tanpa campur tangan bawahannya seperti saat ini Laiba sedang membuat gaun pengantin untuk Dahayu meskipun tahu jika pernikahan ini bukanlah pernikahan yang di impikan layaknya para calon pengantin pada umumnya namun sebagai teman Makky Laiba tidak ingin kehilangan muka karena tidak membuat sesuatu yang indah untuk pernikahan mereka.Bukan karena Dahayu menjadi seorang klien yang mudah untuk dihadapi akan tetapi

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    60. Bermalam di pantai

    "Kamu tidak suka anak-anak?" "Tidak.""Kenapa?"Aku tidak pernah mendapatkan perlakuan baik waktu kecil kenapa aku harus baik pada anak kecil sekarang. Tiap kali berinteraksi dengan mereka aku hanya akan membuat mereka menangis jadi aku lebih sering menghindar berurusan dengan anak-anak yang sulit di tebak itu.""Lalu bagaimana nanti jika kamu memiliki anak sendiri.""Aku belum pernah memikirkannya."Perlahan matahari mulai tenggelam masih banyak orang di sekitar mereka sepertinya mereka juga masih enggan untuk meninggalkan tempat ini, Laiba langsung duduk di atas pantai sedikit mengubur telapak kakinya menikmati setiap hembusan air laut menimpa wajahnya rambutnya yang panjang sudah menjadi kusut dan Laiba mengikatnya dengan asal."Malam ini aku bebas, ingin belajar mengemudi?" tawar Makky tanpa mengalihkan pandangannya pada langit berwarna jingga itu."Tempat ini terlalu ramai aku takut," jawab Laiba jujur."Bukankah ada aku yang akan membimbing?""Tetap saja keberuntunganku cukup b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status