Home / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 80. Orang tua mantan kekasih

Share

80. Orang tua mantan kekasih

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-07-05 22:07:32

Laiba menatap tajam pada laki-laki yang menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil menyilangkan kedua tangannya bibirnya tersenyum lebar padanya. Namun Laiba segera tersenyum lagi ketika bicara pada ibu Dedalu.

"Tante masak banyak makanan hari ini," ucap wanita itu langsung menarik tangan Laiba pelan masuk ke dalam apartemen Dedalu.

Ini adalah kali pertamanya Laiba masuk ke dalam unit tetangganya ini dan tidak menyangka jika seperti ini caranya. Laiba tidak dapat lepas dari ibu Dedalu yang nampak begitu bahagia bertemu dengannya bahkan ayah Dedalu juga berusaha terus mengajaknya bicara.

"Sayangnya aku tidak membaca papan catur ataupun lainnya jika tidak kita bisa bermain bersama seperti dulu," ujar laki-laki itu.

"Aku punya," ujar Dedalu dari samping kemudian mengambil benda itu dan menaruhnya di atas meja.

"Kamu punya?" tanya ayah Dedalu terkejut dan putranya itu hanya tersenyum sangat lebar.

"Aku tidak tahu jika kamu sekarang suka memainkan ini?" tanya ayahnya lagi.

"Karena seseorang a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    118. Emosi yang tidak terkontrol

    Tanpa banyak basa-basi Laiba langsung melayangkan sebuah tamparan keras pada seorang perempuan cantik yang sedang duduk berbincang dengan calon suaminya. Suasana tenang itu menjadi tegang dalam seketika, banyak orang yang langsung menoleh ke meja mereka."Kamu gila?" umpat wanita yang berprofesi sebagai model itu dengan wajah memerah karena marah juga akibat tamparan yang baru saja diterimanya.Model itu ingin membalas tamparan Laiba namun Laiba dengan cepat mendorongnya hingga tersungkur di lantai."Kau?!" pekik wanita itu dengan emosi yang menyala-nyala."Atala Tanie Rahayu," ucap Laiba dengan lantang mengucapkan nama model itu."Laiba," panggil Dedalu pelan dari samping dengan wajah pucat pasi melihat adegan yang tepat di pelupuk matanya."Diam!" Laiba membentak Dedalu yang ingin ikut campur.Dedalu langsung menutup mulutnya rapat-rapat mendengar bentakan keras dari Laiba, ini adalah kali pertanyaannya Laiba menunjukkan emosi yang menyala-nyala. Yang lebih parahnya ini adalah temp

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    117. Selamat atas pernikahan mu

    Waktu seperti berhenti ketika seorang perawat memberikan Laiba sebuah tes kehamilan, otaknya seperti membeku sejenak memandang benda di depan matanya sampai perawat itu menegurnya barulah Laiba sadar kembali, menggunakan tangannya yang bergetar perempuan itu menerima alat tes kehamilan kemudian dengan langkah yang sangat pelan pergi ke kamar mandi. Di ruangan yang dingin itu Laiba tidak kunjung menggunakan alat itu malah termangu melihat pantulan dirinya sendiri di cermin.Kemarin Laiba merasa jika tubuhnya telah membaik setelah minum obat demam dan istirahat yang cukup hingga Zumi tidak terus mendesaknya untuk pergi berobat namun pagi ini Laiba merasakan kembali mual yang tidak kesudahan. "Sepertinya aku akan bermalam di rumah sakit lagi," ujar Laiba dengan tubuh yang tidak bertenaga.Laiba tidak mengatakan kepada siapapun tentang keluhan tubuhnya dalam beberapa hari ini dan langsung pergi sendiri ke rumah sakit. Satu hal lagi yang membuat Laiba membulatkan tekadnya untuk pergi ke ru

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    116. Bukan generasi sandwich

    Laiba pikir setelah meminum obat demam dan banyak istirahat tubuhnya akan membaik yang ada malah semakin buruk, meskipun seperti itu Laiba menolak pulang masih memaksakan diri untuk bekerja seharian membuat Zumi frustasi karena melihat wajah pucat atasannya dan keringat dingin dimana-mana."Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar Zumi dengan cemberut."Aku hanya butuh istirahat dan minum obat demam maka akan segera membaik," jawab Laiba dengan lirih, berjalan dengan pelan ke sofa.Namun ketika Laiba baru aja merebahkan tubuhnya, rasa mual mengganggunya sampai tidak dapat menahannya lagi, Laiba segera bangkit dan pergi ke kamar mandi. Zumi semakin panik melihat situasi ini dan ingin menghubungi Dedalu agar membujuk wanitanya ini pergi memeriksakan diri karena Zumi tidak lagi bisa membujuknya."Jangan," ujar Laiba pelan dari dalam kamar mandi menghentikan Zumi yang sedang menunggu panggilan itu terhubung."Tunanganmu perlu tahu kondisimu," jawab Zumi dengan frustasi karena Laiba bisa

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    115. Tertidur sambil duduk

    Sebuah manekin yang mengenakan gaun pengantin berwarna putih dengan begitu banyak bordiran rumit juga manik-manik membuat gaun besar nan lebar itu semakin berat."Sedikit berlebihan," gumam Laiba melihat hasil karyanya sendiri yang akan dikenalkan olehnya nanti ketika menikah dengan Dedalu. Gaunnya belum sepenuhnya selesai namun sudah terlihat kemewahannya."Tapi ini hanya sekali seumur hidup," imbuh Laiba menghibur dirinya sendiri. Membayangkan bagaimana lelahnya nanti ketika mengenakan gaun itu namun bersamaan nampak puas akan hasil kerja kerasnya.Sudah bertahun-tahun tak terhitung jumlahnya membuat gaun untuk pengantin lain dan kini menggunakan tangannya sendiri membuat gaun untuk dirinya sendiri, cukup puas karena membuat gaun seperti apa yang diinginkannya, meskipun rumit dan berat namun Laiba akan tetap mengenakan itu. "Waahhh ... sepetinya ini gaun terindah yang pernah aku lihat," ujar Kara yang sudah berdiri di belakang Laiba tanpa diketahuinya karena terlalu fokus pada gaun

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    114. Rahasia besar

    "Kenapa kamu datang?" tanya Makky."Ge," panggil Bram lagi karena bukan itu yang diharapkan keluar dari mulut Makky.Makky menoleh dengan menggunakan tatapannya yang menghipnotis membuat Bram tidak lagi bisa protes. Laki-laki besar itu dengan wajah cemberut yang kini memiliki beberapa luka di wajahnya mengambil undangan yang ada di balik jasnya yang kusut, Bram menyerahkan selembar undangan itu pada saudaranya hanya dengan sekali pandang Makky sudah dapat melihat apa isinya. Tangannya mencengkram kuat undangan itu tatapannya hanya tertuju pada satu nama di sana. Saat Makky terus menatap undangan itu laki-laki di sampingnya sudah tidak tahan lagi."Ini undangan milikmu yang aku ambil di meja kerjamu," ucap Bram dengan tatapan rumit bergantian melihat undangan di tangan Makky juga wajah saudaranya."Lalu?" sahut Makky tanpa mengalihkan pandangannya dari undangan di tangannya."Kamu mendapatkannya, kenapa hanya kamu sedangkan aku tidak mendapatkannya?""Mungkin milikmu belum sampai," ja

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    113. Bertikai setelah bergulat

    Bram datang dengan membawa undangan pernikahan Laiba di tangannya menuju tempat tinggal Makky dan Dahayu. Melihat mobil Makky yang terparkir di depan rumah menandakan jika sang pemiliknya ada di rumah. Bram sudah beberapa kali datang ke tempat ini ketika datang untuk kesekian kalinya Bram tidak lagi mengetuk pintu lagi ketika akan masuk, tidak perlu begitu banyak sopan santun tempat itu adalah kediaman keluarganya sendiri.Karena terbawa suasana hati yang buruk Bram langsung membuka pintu itu tanpa banyak berpikir, hanya saja Bram tidak pernah mengira jika hal pertama yang dilihatnya bukanlah saudaranya ataupun iparnya malah seorang laki-laki yang sedang telanjang bulat bermain gila di ruang tengah. Awalnya Bram berpikir jika itu saudaranya namun tidak mungkin Makky tidak cukup punya malu bercinta di tempat terbuka seperti ini meskipun di rumahnya sendiri tapi pintu tidak dikunci dan masih terlalu dini untuk melakukan hal itu di sini."Sejak kapan gege menjadi bodoh," umpat Bram samb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status