Share

79. Aku matre

Author: Qima
last update Huling Na-update: 2025-07-04 23:20:53
Laiba tidak berharap jika Kara akan datang begitu awal, Laiba menyuruh asistennya untuk mengantarkan gadis itu keruangan barunya. Laiba memprihatinkan wajah Kara yang nampak berbeda saat pertama kali mereka bertemu.

"Antarkan Kara berkeliling juga," pinta Laiba pada asistennya. Perempuan itu mengangguk sebagai jawaban.

"Kara kembali ke sini satu jam lagi karena kita akan pergi," pesan Laiba pada Kara. Perempuan itu juga mengangguk penuh semangat.

Dua perempuan itu pergi dan kini Laiba sibuk sendiri dengan pekerjaannya, ponselnya berdering dan dengan ceroboh Laiba langsung mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera.

"Hallo," ucap Laiba namun pandangannya masih fokus pada kertas di depannya, tangannya yang lain sibuk membuat goresan demi goresan membuat sesuatu yang baru.

"Hallo," jawab pihak lain.

Tangan Laiba yang masih aktif bergerak spontan langsung berhenti mendengar suara orang dari ponselnya. Laiba menjauhkan ponselnya dari telinganya dan melihat nama di layarnya da
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    89. Saksi mata

    "Kamu?" Laiba menatap tajam kearah Dedalu. "Saat itu kamu masih bersama dengan Ayana bagaimana kamu memiliki pemikiran seperti itu. Apalagi saat itu kalian akan bertunangan?""Aku memang laki-laki bejat dan aku lebih suka kamu memaki aku daripada terus acuh," sahut Dedalu dengan cepat."Pergilah," ucap Laiba sambil berpaling dan menutup matanya, tiba-tiba kepalanya terasa berat memikirkan bagaimana bisa dirinya yang dulu begitu tergila-gila terhadap pria ini.Akan tetapi Laiba segera membuka matanya ketika jemari laki-laki itu memegang sisi wajahnya dan lagi-lagi mencuri sebuah ciuman darinya. Kejadian itu begitu cepat Laiba sampai lupa untuk menghindar bahkan setelah ciuman itu selesai."Bisakah kita bersama lagi? Aku berjanji tidak akan menyakitimu seperti dulu."Laiba membuang napas melalui mulutnya menatap mata laki-laki itu yang nampaknya begitu serius dengan ucapannya namun Laiba sulit untuk dibujuk."Aku tidak mau," jawab Laiba datar."Kenapa? Apakah aku tindak pantas untukmu a

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    88. Kehabisan energi

    Laiba meminta Namu untuk mengantarkan dirinya kembali ke butik lebih baik menunjukkan tempat kerjanya daripada memberitahukan namun tempat tinggalnya pada orang asing yang baru dikenalnya sehari, sepanjang perjalanan Laiba hanya mengiyakan ataupun menggeleng tiap kali laki-laki itu mengajukan pertanyaan. Senyuman merekah pria itu terus terpancar dari mereka keluar dari kediaman Baswara sampai mobil itu berhenti di depan butik."Kamu tahu Laiba aku sangat senang bisa mengenalmu," ucap Namu sambil menyetir menoleh sekilas pada Laiba menunjukkan senyumannya."Matamu tidak buta bahkan jika kamu tidak mengatakannya itu sudah terpampang nyata di wajahmu," sahut Laiba dalam hati namun mulutnya masih tertutup rapat hanya tersenyum tipis pada Namu.Mobil itu akhirnya berhenti didepan butik, Laiba segera bersiap untuk turun. "Terima kasih," ucap Laiba sambil melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya."Aku akan menghubungimu," sahut Namu.Laiba yang sudah akan keluar kembali lagi ke tempat dudukny

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    87. Masih menjadi yang terbaik

    Dahayu belum puas mengintrogasi Laiba, Laiba masih penasaran kenapa perempuan didepannya ini mau-maunya datang kemari padahal di hari pernikahannya Dahayu melihat dengan kepala matanya sendiri bagaimana Bram nampak begitu menyukai Laiba meskipun demikian terang-terangan sudah ditolaknya."Jika kamu tahu jika mereka ayah dan anak, kamu masih akan datang kemari?"Aku akan datang," jawab Laiba lirih, energinya sudah hampir habis setelah melayani 4 orang terlebih Una yang mengajaknya berdebat."Kenapa?" tanya Dahayu tidak percaya dengan jawaban Laiba."Kenapa harus kenapa? Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Bram kami hanya teman tidak perlu merasa takut pada keluarganya karena aku tidak melakukan kesalahan apapun? Aku hanya sedang bekerja," sahut Laiba dengan tidak senang mungkin juga terpengaruh oleh rasa lelahnya, tubuhnya tidak lelah namun perasannya yang lelah ketika banyak orang yang menganggap jika dirinya pernah memiliki hubungan dengan tuan muda itu.Melihat Laiba yang suda

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    86. Sesi interogasi

    Orang pertama yang diukur tubuhnya adalah Bas yang memiliki nama panjang Baswara laki-laki itu berdiri tegak dan Laiba mengucapkan kata maaf dan permisi sebelum menyentuh tubuh laki-laki itu. Laiba merasa jika Baswara adalah Bram versi tua namun menurut Laiba aura laki-laki ini jauh terpancar dari pada anak itu."Apakah pekerjaan yang kamu geluti melelahkan?" tanya Baswara membuka pembicaraan saat Laiba mengukur panjang lengannya."Semua pekerjaan melelahkan tuan," jawab Laiba pelan dan sopan."Diusia mu sudah waktunya menikah cari laki-laki yang mapan dan kamu hanya perlu menjadi istri dan ibu yang baik tidak perlu bekerja keras lagi."Laiba hanya tersenyum menanggapinya, jika itu orang lain mungkin Laiba akan mengutarakan isi otaknya jika tidak sependapat dengan pemikiran ini namun orang yang bicara adalah orang terpandang terlebih ayah dari orang-orang itu maka Laiba memilih untuk diam dan tersenyum melanjutkan pekerjaannya."Kebetulan Namu sedang mencari seorang istri, dia generas

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    85. Keluarga Baswara

    Asisten Laiba yang bernama Zumi membawa seorang wanita berpakaian formal ke ruang Laiba, Laiba tidak mengenal wanita itu akan tetapi wanita itu nampak sudah tidak asing dengan dirinya. Wanita memperkenalkan dirinya sebagai asisten Pak Bas dan datang karena pemerintah laki-laki itu barulah nama Bas di sebut Laiba mengerti, orang penting dan sibuk seperti itu tidak mungkin memiliki banyak waktu luang untuk datang sendiri lagi ke tempat ini seperti terakhir kali."Atas permintaan tuan besar saya datang untuk mengundang nona ke rumah besok malam secara langsung," ucap wanita itu dengan sangat sopan."Ada keperluan apa?""Tuan besar mengatakan sebelumnya sudah memberitahukan jika akan menggunakan jasa nona untuk acara penting tuan muda.""Aku ingat itu." Laiba mengingatnya jika pak Bas memang pernah mengatakan tentang itu ketika berkunjung beberapa waktu yang lalu."Saya akan datang secara pribadi.""Mobil jemputan akan datang jam 8 malam.""Terima kasih."Setelah berpamitan wanita itu per

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    84. Dua betina

    Laiba mencari keberadaan Makky di jendela kemudian beralih melihat parkiran, kebetulan ruang kerja Laiba memiliki kaca yang besar hampir separuh ruangannya jadi dapat dilihat dari luar jika tidak menutup tirai hanya saja kaca dari depan yang mengarah ke lain bawah juga parkiran tertutup tirai hanya ada kaca belakang yang berbatasan langsung dengan halaman yang tertutup di sana cukup gelap tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia."Kamu dimana?" tanya Laiba sambil menyipitkan matanya mencari keberadaan tuan muda itu sempat terbesit di otaknya berpikir apa jangan-jangan halaman belakang yang tidak tersentuh itu milik keluarga Makky dan laki-laki itu bersembunyi di dalam kegelapan.Namun dugaan Laiba yang kemana-mana segera terpatahkan dengan jawaban Makky yang nampak malas."Rumah," jawab Makky dengan tidak semangat."Lalu bagaimana kamu tahu aku membawa burung itu ke butik?""Insting hewani!""Kali ini aku tidak percaya!"Dulu Laiba selalu berpikir jika Makky menaruh pelacak pada tubuh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status