Beranda / Romansa / Pelukan Terlarang / Bab 47 : Kesalahpahaman Kedua

Share

Bab 47 : Kesalahpahaman Kedua

Penulis: Nara Cahya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-21 13:10:44

Lampu kantor masih menyala redup, sisa kopi dingin tergeletak di meja. Hana merapikan kertas sambil berusaha menenangkan pikirannya. Senyum tipis dari momen lembur barusan masih tersisa, tapi hatinya mulai tergerus oleh suara-suara samar yang ia dengar sepanjang hari.

“Katanya Adrian sering makan siang bareng dengan salah satu staf marketing, kan?” bisikan itu terngiang di telinganya.

“Ya, si Rani itu. Mereka kelihatan akrab banget.”

“Akrab? Jangan-jangan lebih dari sekadar kerjaan.”

Hana menggigit bibir, menekan dada yang terasa sesak. Ia benci dirinya mudah terpengaruh, tapi kata-kata itu menusuk. Perlahan, ia menutup laptop, mencoba mengabaikan.

Adrian baru saja kembali dari pantry, membawa dua gelas air mineral. “Kamu haus? Aku bawain.”

Hana menoleh cepat, lalu mengangguk singkat. “Terima kasih.”

Adrian menaruh gelas di sampingnya. “Kamu kelihatan capek. Mau istirahat sebentar?”

“Aku baik-baik saja.” Suaranya terdengar datar, berlawanan dengan debar di dadanya.

Adrian menyipitkan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelukan Terlarang    Bab 52 : Ujian Kepercayaan

    Pagi itu, Hana berjalan ke kantor dengan langkah ragu. Kepalanya masih dipenuhi dengan catatan misterius di laci semalam: “Kamu sudah terlalu dekat.” Kata-kata itu berulang-ulang terngiang, membuat perutnya mual.Sesampainya di lobi, ia bisa merasakan tatapan orang-orang. Entah benar atau hanya perasaannya, tapi ia yakin beberapa pasang mata menelusuri gerak-geriknya. Ia menggenggam erat tas di bahu, berusaha menahan diri agar wajahnya tetap netral.Ketika ia masuk ke ruang kerja, Adrian sudah ada di sana. Lelaki itu tampak sibuk memeriksa dokumen, seolah tidak terpengaruh apa pun. Hana menghela napas pelan—ada rasa lega melihatnya, tapi juga muncul rasa lain: bisakah aku benar-benar percaya sepenuhnya pada dia, sementara gosip di luar makin menguat?---Siang itu, gosip mencapai puncaknya. Dua orang rekan kantor duduk tak jauh dari Hana. Suara mereka memang dikecilkan, tapi cukup jelas untuk terdengar.“Aku dengar laporan kemarin yang dikirim Hana sebenarnya hasil kerja Adrian. Dia c

  • Pelukan Terlarang    Bab 51 : Ancaman Kembali

    Hari itu kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Bisik-bisik terdengar di setiap sudut ruangan. Hana yang baru saja meletakkan tas di kursinya bisa merasakan atmosfer berbeda. Ada tatapan-tatapan aneh yang diarahkan kepadanya.Ia menegakkan punggung, berusaha terlihat biasa, meski perasaan tidak nyaman menjalari seluruh tubuh.Salah satu rekan kerja, Livia, sempat menghampirinya. “Han, kamu nggak apa-apa? Aku cuma… denger kabar-kabar nggak enak.”Hana mengernyit. “Kabar apa?”Livia ragu sebentar, lalu berbisik. “Katanya… ada yang bilang kamu dapet perlakuan khusus di proyek karena dekat sama Adrian. Aku tahu mungkin nggak bener, tapi gosipnya udah nyebar ke tim lain.”Darah Hana langsung terasa dingin. “Apa?” suaranya nyaris tak keluar.Livia buru-buru mengangkat tangan. “Hei, aku percaya sama kamu kok. Cuma aku pikir kamu harus tahu. Jangan kaget kalau ada yang nanyain.”Begitu Livia pergi, Hana duduk dengan tangan gemetar. Jadi ini maksud email semalam? Ancaman itu nyata—ada yang s

  • Pelukan Terlarang    Bab 50 : Rekonsiliasi Sementara

    Telepon dari kantor semalam masih membekas di benak Hana. Malam itu ia tidak tidur nyenyak. Kata-kata orang di seberang telepon mengingatkannya bahwa waktu sudah hampir habis, dan laporan proyek harus selesai.Pagi ini, Hana datang lebih awal ke kantor. Matanya sedikit sembab, tapi ia berusaha menata diri. Rambutnya dikuncir rapi, kemeja putih dipadu blazer biru tua yang memberi kesan profesional meski hatinya masih gentar.Begitu memasuki ruang tim, ia terkejut melihat Adrian sudah duduk di meja kerja. Lelaki itu biasanya datang tepat waktu, tidak lebih cepat. Kali ini ia tampak serius menatap layar laptop, tangannya mengetik cepat.Hana sempat ragu untuk mendekat. Namun, mengingat mereka satu tim dan laporan ini juga tanggung jawab Adrian, ia memberanikan diri.“Pagi,” sapanya pelan.Adrian mendongak. Ada kelelahan di wajahnya, tapi juga ketenangan. “Pagi. Kamu datang cepat.”“Ya… aku nggak bisa tidur,” jawab Hana jujur.Adrian hanya mengangguk, lalu menggeser kursi sedikit agar Han

  • Pelukan Terlarang    Bab 49 : Dukungan Teman

    Malam sudah larut. Lampu meja di kamar Hana menyala redup, hanya cukup untuk menerangi tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya. Di layar laptop, halaman laporan proyek masih kosong, hanya ada judul yang baru ia ketik setengah jam lalu. Kursor berkedip-kedip seakan mengejeknya, mengingatkan bahwa pekerjaan itu tak kunjung disentuh.Hana menutup wajah dengan kedua tangannya. “Kenapa aku nggak bisa fokus…” gumamnya lirih.Kepalanya penuh sesak. Bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga semua hal yang belakangan menekan hidupnya: rasa takut membuat kesalahan, perasaan bersalah karena terlalu sering menunda, dan kecemasan karena rekan-rekannya mungkin sudah mulai kehilangan kepercayaan.Suara notifikasi ponsel tiba-tiba berbunyi. Hana melirik layar, ada pesan dari Maya.> Maya: “Hei, kamu belum tidur? Aku lihat kamu masih online.”Hana terdiam beberapa detik, lalu membalas singkat.> Hana: “Belum. Lagi coba kerja, tapi nggak jalan.”Tidak butuh lama, layar ponselnya kembali meny

  • Pelukan Terlarang    Bab 48 : Pertengkaran Halus

    “Adrian!” Hana menegur keras, menutup laptop dengan keras sehingga terdengar denting kecil. “Kamu selalu menganggap aku bisa menerima semua begitu saja tanpa pertanyaan?” Adrian menoleh, alis terangkat. “Hana, apa maksudmu sekarang?” “Kamu selalu bilang jujur, tapi aku lihat sendiri… kamu nggak pernah transparan soal Rani!” Hana menepuk meja. “Aku nggak bisa main tebak-tebakan antara perasaan dan fakta!” Adrian menyipitkan mata. “Rani? Maksudmu gosip itu lagi?” “Gosip atau nggak, aku tetap dengar, Adrian!” Hana menatapnya tajam. “Aku nggak mau terus-terusan jadi orang yang menebak-nebak, yang selalu ragu dan merasa tersisih!” Adrian menghela napas panjang. “Hana… aku nggak pernah menyembunyikan apa pun. Aku nggak merasa perlu menjelaskan setiap hal yang menurutku sepele. Aku pikir kamu tahu aku profesional.” “Profesional atau nggak, aku tetap manusia, Adrian. Aku tetap punya hati!” Hana menunduk, suara mulai bergetar. “Bisik-bisik itu membuatku merasa… nggak aman. Dan kamu,

  • Pelukan Terlarang    Bab 47 : Kesalahpahaman Kedua

    Lampu kantor masih menyala redup, sisa kopi dingin tergeletak di meja. Hana merapikan kertas sambil berusaha menenangkan pikirannya. Senyum tipis dari momen lembur barusan masih tersisa, tapi hatinya mulai tergerus oleh suara-suara samar yang ia dengar sepanjang hari.“Katanya Adrian sering makan siang bareng dengan salah satu staf marketing, kan?” bisikan itu terngiang di telinganya.“Ya, si Rani itu. Mereka kelihatan akrab banget.”“Akrab? Jangan-jangan lebih dari sekadar kerjaan.”Hana menggigit bibir, menekan dada yang terasa sesak. Ia benci dirinya mudah terpengaruh, tapi kata-kata itu menusuk. Perlahan, ia menutup laptop, mencoba mengabaikan.Adrian baru saja kembali dari pantry, membawa dua gelas air mineral. “Kamu haus? Aku bawain.”Hana menoleh cepat, lalu mengangguk singkat. “Terima kasih.”Adrian menaruh gelas di sampingnya. “Kamu kelihatan capek. Mau istirahat sebentar?”“Aku baik-baik saja.” Suaranya terdengar datar, berlawanan dengan debar di dadanya.Adrian menyipitkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status