Hana terpaku pada layar ponselnya. Nomor Radit tertera di sana, siap dipanggil, tapi jarinya ragu menyentuh tombol hijau. Jantungnya berdebar kencang, seolah menelepon Radit sama saja dengan membuka pintu ke dunia yang penuh bahaya.Pikirannya berperang sendiri. Kalau aku diam saja, Arga akan terus mengikatku, bisik satu suara. Tapi, kalau aku menghubungi Radit, Arga bisa tahu, dan semuanya akan berantakan, bantah suara yang lain.Dengan tarikan napas dalam, akhirnya Hana memberanikan diri menekan tombol panggil. Nada sambung terdengar sekali, lalu dua kali. Hingga akhirnya, sebuah suara menyapa dari ujung sana.Halo?Dengan suara tercekat, Hana berbisik, Ini… aku, Hana. Padahal, ia sedang berada di apartemen yang terkunci rapat.Hening sejenak. Kemudian, Radit menjawab dengan nada serius, Aku tahu. Aku sengaja memberikan kartuku kemarin. Aku melihat ada sesuatu di matamu. Kamu butuh pertolongan, kan?Hana menelan ludah. Aku… aku terjebak. Arga… dia… kalimatnya tertahan di tenggorokan
Last Updated : 2025-08-22 Read more