Share

BAB 7 : Pilihan yang sulit

Jantung Ken berdetak sangat kencang dan nafasnya menjadi tidak beraturan. Pikirannya juga kacau karena perasaan ragu yang dia alami saat itu, hal itu akibat pikiran dan hati yang tidak selaras. Hati Ken merasa bila saat itu dia tidak ingin melawan monster tersebut, sedangkan pikirannya sudah membuat rencana dengan cepat untuk bisa mengalahkan monster itu. Tubuhnya juga sudah bergerak menyiapkan semua yang dia butuhkan untuk bertarung.

Ken akhirnya memutuskan untuk mengikuti apa yang dia pikirkan, meski hatinya sedikit tidak tenang dengan apa yang dia lakukan. Demi menggapai tujuanya untuk bisa membalas perbuatan Dewi Aria kepadanya, Ken merasa tidak bisa melepaskan kesempatan untuk mendapatkan exp tinggi yang ada di hadapannya, meski itu beresiko tinggi. Ken berpikir bila kali ini pasti akan berbeda dari pertarungan sebelumnya, karena dia sudah melakukan persiapan yang matang untuk melawan monster kelinci itu.

“Dengan semua ini harusnya aku bisa melawan monster itu dan bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk,” ucap Ken setelah memastikan senjata dan air danau yang dia bawa.

“Kali ini aku sudah bisa menggunakan sihir dan memiliki beberapa kemampuan yang berguna, aku harus yakin bisa megalahkan monster itu,” ucap Ken untuk menguatkan hatinya yang saat itu sedikit ragu saat akan melawan monster kelinci tersebut.

Dalam suasana yang sudah semakin gelap, Ken masih bisa melihat dengan jelas berkat kemampuan monster yang dia ambil. Dia juga berhasil mempelajari sihir pertahanan menggunakan element tanah dan menciptakan armor pada tubuhnya. Stats Ken saat itu sudah melebihi dua ratus point, dan Ken melihat stats milik monster kelinci itu sedikit lebih tinggi darinya. Setelah menganalisa skill yang dimiliki monster tersebut, Ken mulai bergerak.

Pertama Ken membuat tanah di sekitarnya menjadi berlumpur, kemudian dia menyiapkan sebuah jebakan dengan element listrik. Menggunakan tiga sihir itu saja sudah mengurangi seratus point mana miliknya, dan sihir armor yang paling banyak menghabiskan mana. Meski begitu Ken tetap menggunakan armor tanah karena merupakan sihir pertahanan yang baik baginya, tetapi dia tetap berhati-hati dalam menggunakan sihir, karena dia tidak bisa mengetahui dengan pasti berapa banyak mana yang dia butuhkan untuk mengeluarkan sihir.

“Semua persiapan sudah selesai, aku berharap monster itu akan terjebak dalam lumpur,” ucap Ken setelah menyelesaikan semua jebakannya.

“Kini saatnya memancing dia.” Ken kembali ketempat yang dia sudah tandai dan langsung menyiapkan sihir api untuk memberikan serangan kejutan pada monster itu.

“Fireball!”

Ken melemparkan sebuah bola api kepada monster kelinci yang masih menikmati makannya, tetapi fireball itu perlahan mengecil hingga menjadi sangat kecil saat mencapai tubuh monster kelinci. Hal itu di luar apa yang Ken pikirkan, dia gagal untuk memberikan serangan kejutan kepada monster tersebut. Ken merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap behasil memancing monster tersebut dan monster itu juga telihat kesal karena waktu makannya diganggu.

“Roooaarrr!”

“Bagus, dia sudah terpancing,” ucap Ken sambil menyiapkan sihir untuk mengantisipasi bila jebakannya tidak berhasil.

“Wooosssttt!” monster kelinci itu berlari menuju Ken dengan sangat cepat hingga bisa berlari di atas kubangan lumpur tanpa ada masalah.

“Sialan! Dinding tanah!” teriak Ken yang kesal dan langsung mengaktifkan sihirnya.

Baaammmmm!

Monster kelinci itu berhenti saat tinjunya menghantam dinding tanah yang Ken ciptakan. Tanpa melihat monster yang berada di balik dinding, Ken langsung menciptakan kubangan lumpur untuk mengunci kaki monster kelinci. Ken yang tidak mendengar teriakan dari monster kelinci mencoba untuk melihat kondisinya, dan ternyata monster kelinci itu terkena efek dari jebakan listrik yang Ken pasang bersama kubangan lumpur.

“Ini kesempatanku,” Ken menarik senjatanya dan langsung menusuk monster kelinci.

Jlep!

Ken berhasil menusuk monster kelinci dan kemudian dia mundur beberapa langkah untuk kembali menyerang monster kelinci. Ken menggunakan sihirnya untuk membuat kubangan lumpur menjadi keras kembali saat kedua kaki monster kelinci telah terbenam dalam tanah. Saat melihat monster kelinci belum mati, Ken segera mempersiapan sihir api yang besar kemudian dia padatkan hingga menjadi sebuah peluru kecil.

“Inilah akhir riwayatmu,” ucap Ken saat akan melepaskan sihirnya kepada monster kelinci.

“Duuaaarrr!” peluru api yang Ken lepaskan langsung meledak.

Ken langsung melompat mundur agar tidak terkena imbas dari ledakan yang terjadi. Ken senang saat dia berhasil mengalahkan monster kelinci, tetapi dia tetap waspada agar tidak membuat kesalahan lagi. Ken yang tidak bisa memastikan monster kelinci itu masih hidup atau sudah mati membuatnya tetap waspada dan tidak berani mendekat.

Roooaaarr! Woosssst!

Monster kelinci itu berteriak sambil melompat untuk menyerang Ken. Ken yang sudah bersiap masih terkejut dengan serangan mendadak yang monster kelinci lancarkan. Meski begitu, Ken yang sudah menggunakan armor dari tanah, dengan cepat mencoba untuk bertahan dengan kedua tangannya.

Baaammmm!

Ken berhasil menahan pukulan dari monster kelinci dengan kedua tangannnya, tetapi armor yang terbuat dari tanah hancur dan dia masih tetap terpelanting. Monster kelinci kembali melancarkan serangan kedua saat Ken masih belum bisa berdiri. Beruntung Ken msih bisa menghindari serangan keduanya, tetapi tidak dengan serangan ketiga.

Ken langsung memuntahkan darah segar saat dia terkena pukulan langsung oleh monster kelinci. Pada saat itu Ken kemampuan refleknya bekerja dan melakukan serangan balik hingga membuat monster kelinci yang fokus menyerang terlempar sampai menghantam batu. Ken merasa jika organ dalamnya seperti hancur dan tulangnya banyak yang patah hanya karena terkena satu pukulan saja.

“Sial, ini sakit sekali, aku harus cepat meminum air danau.” Ken langsung meminum air danau dan rasa sakit dalam tubuhnya perlahan menghilang.

‘Aku harus memikirkan sebuah rencana untuk mengalahkan monster kelinci itu,’ pikir Ken saat melihat monster kelinci itu kembali berdiri.

Ken melihat monster itu sudah sangat kelelahan, tetapi serangannya masih kuat hingga bisa membuat Ken terluka parah. Bila Ken tidak memiliki air danau maka tamatlah riwayat Ken saat itu. Ken kembali membentuk armor tanah pada tubuhnya saat melihat monster kelinci akan kembali menyerangnya. Ken tetap di tempat dan bersiap untuk menghadapi serangan dari monster kelinci.

“Fire armor!” teriak Ken yang lalu mengakatifkan sebuah sihir api yang menyelimuti tubuhnya.

‘Panas api ini bisa terasa meski aku sudah menggunakan armor tanah,’pikir Ken setelah mengatifkan sihir fire armornya.

“Roooaarrrr!” Ken terkejut saat monster kelinci yang tubuhnya terbakar tetap melancarkan pukulan dan berhasil memberikan satu seragan pada Ken.

Ken dengan cepat melepaskan armor tanahnya untuk menahan serangan monster kelinci. Ken akhirnya berhasil menghindari serangan monster kelinci berkat armor api yang memperlambat pukulannya dan armor tanah yang dia lepas untuk menahannya. Kepala Ken mulai pusing hanya untuk bertahan melawan monster kelinci, dia bahkan kesulitan untuk melakukan serangan balik seperti sebelumnya. Ken juga tidak mau menggunakan fire armor lagi, karena sihir itu hanya sekali pakai dan menggunakan banyak mana, selain itu Ken juga bisa terkena efek panasnya.

Ken menggunakan element lain untuk menggunakan armor yang melindungi tubuhnya. Saat dia menggunakan air dan petir untuk melapisi armor tanahnya, kedua element itu sepertinya terserap ke dalam armor tanahnya. Hanya tersisa satu element angin saja yang belum Ken gunakan, tetapi dia ragu untuk menggunakan element tersebut, karena dia tidak pernah tahu tentang armor yang menggunakan element angin.

“Sialan, meski sudah melakukan persiapan yang matang, tetapi aku masih kesulitan untuk megalahkan monster yang sudah kelelahan dan penuh luka ini,” gumam Ken yang kesal karena dia terus disudutkan oleh monster kelinci.

Ken juga harus berpikir sambil terus menghindari serangan monster. Dia berpikir untuk kabur dari monster itu dan mencari monster lain di sekitar agar mengalihkan perhatiannya, tetapi hari yang sudah malam membuatnya tidak bisa menemukan monster lain. Serangan monster kelinci juga terasa semakin cepat saat dia terus menyerang Ken. Hingga Ken dikejutkan dengan pergerakan monster kelinci yang tiba-tiba secepat kilat dan berhasil menghantam Ken hingga tersungkur di tanah.

“Braagggkkk! Aaaaaakkkh!”

Armor yang melindungi tubuhnya juga hancur saat Ken menghantam tanah. Monster kelinci kembali melakukan serangan dan tidak memeberikan celah pada Ken. Ken saat itu bisa langsung berdiri lagi meski terkena serangan telak dan dia langsung mengindari serangan tersebut, lalu berlari secepat mungkin. meski dia heran dengan kondisi tubuhnya yang masih baik-baik saja, tetapi Ken tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Dia harus segera memikirkan cara untuk mengalahkan monster kelinci atau kabur darinya.

Bzzzzztttt!

“Grooowwll” monster kelinci itu tiba-tiba berteriak karena terkena ledakan listrik yang disebabkan oleh armor Ken yang saat itu dia injak.

Monster kelinci menjadi tidak bisa bergerak karena terkena efek dari ledakan listrik. Ken yang melihat kejadian itu kembali dilanda kebingunggan, dia kembali diberi pilihan sulit. Ken melihat kesempatan untuk membunuh monster kelinci, tetapi bila dia gagal saat itu, maka dia juga akan kehilangan kesempatannya untuk kabur. Apakah keputusan yang akan diambil oleh Ken kali ini akan membuat hasil yang baik untuknya?

Nantikan dicerita selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status