Ken harus cepat memutuskan pilihan yang menurutnya sulit. Bukan hanya tentang berpacu dengan waktu yang sangat singkat, tetapi Ken juga harus bisa memikirkan tentang sisa mana miliknya. Dia berpikir untuk memberikan serangan terakhir kepada monster kelinci selagi masih terkena efek sengatan listrik. Itulah yang Ken pikirkan, tetapi melihat monster yang tampak semakin seram membuat Ken memilih untuk mengikuti kata hatinya kali ini.
‘Sebaiknya aku cepat melarikan diri ke tempat yang aman,’ pikir Ken yang langsung bergegas untuk melarikan diri.
“Roooaaarrr!” monster kelinci meraung semakin keras seolah menyatakan bila dia marah.
Monster kelinci itu mengendus dan mengerakkan telinganya untuk mencari Ken yang sudah kabur. Tidak lama telinga monster kelinci berhenti bergerak dan dia langsung berlari. Kecepatan berlari yang seperti kilat membuatnya mencapai tempat Ken dalam waktu singkat. Ken terkejut dengan monster kelinci yang masih bisa bergerak secepat kilat, tetapi dengan mengetahui hal itu Ken bisa memperkirakan pergerakan monster kelinci dalam rencananya.
Melihat monster kelinci yang datang dari arah yang sama dengan Ken lalui, membuat Ken yakin bila monster kelinci itu benar-benar marah kepadanya dan membuat Ken menjadi target utamanya. Karena saat Ken menuju tempat dia bersembunyi, Ken sempat bertemu dengan monster lain yang sedang memakan mayat monster yang berserakan di sekitar sana. Normalnya monster kelinci itu akan lebih memilih mangsa atau lawan yang lebih baik dari pada Ken, tetapi kali ini sudah berbeda cerita saat Ken menjadi target utama baginya.
Ken sebenarnya tidak ingin lagi melawan monster kelinci yang kelihatannya mulai pulih, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dia yang sudah menjadi target monster kelinci harus melawannya karena monster kelinci itu akan terus mengejarnya bila dia kabur. Ken yang sudah menutupi tubuhnya dengan daun penghilang aroma, berhasil membuat bingung monster kelinci bingung untuk menuman posisi Ken. Saat Ken hanya membuat sedikit suara saja, monster kelinci itu sudah bisa menemukan lokasi tempat Ken bersembunyi.
“Roooaaaarrrr!” monster kelinci kembali meraug dengan keras dan langsung menyerang Ken.
Wooosssttt! Blaaamp!
Tangan monster kelinci langsung menembus dinding tanah yang bagian tenggahnya sudah dibuat lembek oleh Ken. Ken tidak hanya kabur begitu saja dari kejaran monster kelinci, dia yang sudah mengira bila monster kelinci akan mengincarnya saat melihatnya marah. Membuat Ken mempersiapkan beberapa rencana untuk menjebaknya dan bisa menguras tenaga serta mana milik monster kelinci.
Ken yang sudah membuat dua lapis dinding tanah, berhasil mengunci tangan monster kelinci yang menyerangnya. Ken juga membuat kubangan lumpur disekitar tubuh monster kelinci yang dia beri jebakan listrik yang membuat monster kelinci tidak bisa bergerak dan langsung tengelam dalam lumpur hingga tersisa setengah bagian badan dan kepala saja. Ken bergegas membuat tanah di sekitarnya mengeras agar monster kelinci tidak bisa bergerak meski efek dari sengatan listrik sudah habis.
“Sekarang saatnya kamu pergi ke akhirat monster jelek,” teriak Ken sambil menusuk monster tersebut.
Jleb! Jleb! Jleb!
Ken menusuk monster kelinci sebanyak tiga kali hingga monster itu tidak bergerak lagi. Ken menjatuhkan diri di tanah karena lelah dan mulai kehabisan tenanganya. Kemudian dia bergegas meminum air danau untuk memulihkan dirinya. Setelah tubuhnya kembali pulih, Ken berdiri dan mencoba memastikan kematian monster kelinci agar dia bisa aman.
“Akhirnya dia mati juga, keberuntunganku selalu membantuku, tetapi aku tidak bisa bergantung pada keberuntungan yang tidak pasti ini.” ucap Ken sambil melihat monster kelinci yang tubuhnya sudah tidak bergerak lagi.
“Sebaiknya aku segera menyerap kemampuan monster ini dan kembali ke danau,” ucap Ken yang berjalan mendekat pada monster kelinci.
“Eh, kenapa tidak ada cahaya yang baisanya muncul pada mayat monster?” Ken langsung bingung saat akan menyerap kemampuan monster kelinci.
Ken ingat bila setiap mayat monster yang levelnya orange atau lebih tinggi bisa dia serap. Sedangkan monster kelinci itu berwarna orange gelap yang harusnya bisa dia serap kemampuannya, tetapi bila cahaya itu tidak muncul berarti monster itu belum mati. Ken langsung mengambil senjatanya dan berniat menusuk kepala monster kelinci.
Tiba-tiba tanah di sekitar tempat itu bergetar seperti terjadi gempa. Ken tidak membuang waktu lagi dan langsung menyerang kepala monster kelinci dengan senjata tulangnya. Saat senjata Ken hampir mengenai kepala monster kelinci, dengan cepat monster kelinci menoleh pada Ken dan mencoba untuk menggigit senjata Ken.
Kraaaggkk!
Senjata Ken lansung hancur saat digigit oleh monster kelinci. Tanpa berpikir panjang, Ken menggunakan sisa mana miliknya untuk menyerang monster kelinci yang masih terjebak dengan sihir terkuat yang dia pikirkan. Ken mencoba menfokuskan semua mananya pada tangannya sambil mencoba untuk menciptakan sihir yang sudah dia dapat gambarannya.
“Kenapa sihirnya tidak muncul?” tanya Ken saat tanganya tetap kosong setelah dia mencoba untuk menciptakan sihir heavy fire lance.
Krak! Kark! Krak!
“Sial, Monster kelinci itu sudah mulai membebaskan dirinya,” ucap Ken yang mulai panik saat melihat kekuatan dari monster kelinci yang berusaha membebaskan diri.
Tanah yang sudah dibuat keras oleh Ken mulai retak akibat kekuatan dari monster kelinci. Ken yang bingung dengan sihirnya yang tidak tercipta, langsung memikirkan cara untuk kabur dari tempat itu. Ken memang memiliki rencana cadangan saat monster kelinci itu bisa kabur dari jebakan yang dia siapkan, tetapi Ken menjadi ragu akan keberhasilan rencananya karena rencana yang dia susun selalu gagal untuk membunuh monster kelinci.
“Aku yakin sudah menusuk dada monster itu yang merupakan posisi dimana jantungnya berada dan memastikan bila dia sudah tidak bernafas lagi, namun dia masih bisa bangkit lagi dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.”
“Kalau dia bisa terus bangkit seperti ini, maka semua rencana yang sudah aku persiapkan untuk beberapa hari akan terpakai hanya untuk membunuhnya.”
“Sialan, Semua monster di sini memang di luar akal sehatku,” gumam Ken saat dia mencoba melarikan diri ketempat rencana selanjutnya.
Duuuaaarrr! Duuuuaaarrr! Duuuuaaarrr!
Ken mendengar suara ledakan keras yang berasal dari tempat monster kelinci, membuat ken bergegas untuk menuju tempat yang dia rencanakan. Ken yang sudah menggunakan sisa mana miliknya untuk pertahanan diri, kini hanya bergantung pada rencananya dan keberuntungan yang dia miliki saja. Hanya dua hal itu yang membuat Ken masih memiliki keinginan kuat untuk tetap berusaha mengalahkan monster kelinci.
Meski Ken sangat ingin mengalahkan monster kelinci itu, tetapi apa yang akan dia lakukan dan sedang dia rencanakan bukan seperti yang dia inginkan. Rencana yang Ken pikirkan saat itu adalah sebuah rencana yang bisa membuatnya bisa kabur dari monster kelinci. Ken juga merasa bila rencana yang sama seperti sebelumnya tidak akan berkerja untuk ketiga kalinya.
‘Hanya armor tipis ini yang bisa aku gunakan dengan sisa mana yang aku miliki, ini membuat aku harus bisa menghindari semua serangan monster sialan itu,’ pikir Ken dalam benaknya.
“Aku berharap rencana kali ini akan berhasil, jadi aku bisa kabur dari kejaran monster kelinci itu untuk sementara waktu,” ucap Ken setelah mencapai lokasi yang dia rencanakan.
Saat Ken melangkah semakin mendekat ke lokasi tujuannya, tiba-tiba monster kelinci sudah mencapai tempatnya berada. Ken terkejut dengan kemunculan monster kelinci yang sudah berada di hadapannya dengan kecepatan kilat yang Ken pikir semakin cepat. Armor tipis yang terbuat dari element angin merupakan harapan terakhir Ken untuk bisa menghalau serangan monster kelinci agar dia bisa mengaktifkan jebakan yang dia siapkan.
“Hiiiyaaaatttt …!” teriak Ken saat dia melancarkan serangan kepada monster kelinci.
Monster kelinci juga menlancarkan serangan dengan tinju dari dua tangan kanannya. Dalam hatinya Ken terus berharap dan meyakinkan dirinya bisa mengatasi pukulan tersebut. Pada saat pukulan mereka saling beradu, Ken terkejut dengan apa yang terjadi pada saat itu. Apakah yang terjadi pada saat mereka saling bertukar pukulan dan apa yang akan terjadi apda Ken selanjutnya? Nantikan pada cerita selanjutnya.
Warna rambut pirang yang berkilau seperti emas terurai hingga di bahunya, dan telihat sangat indah dengan wajah manis yang sangat cantik seperti boneka berbie. Bentuk tubuhnya juga aduhai yang membuat semua cowok membuka mulut mereka saat melihatnya berjalan. Kulitnya juga putih mulus yang terlihat sangat cerah terawat dengan baik, dan itu mmebuat semua cewek sangat ingin memiliki kulit sepertinya. Kedatangannya juga membuat suasana kelas menjadi hening karena semua siswa terus terpaku dan menatap kepadanya. “Perkenalkan nama saya Alice de Pendragon, mulai hari ini saya akan belajar di kelas ini.” Semua siswa langsung bersorak setelah mendengar perkenalannya, kecuali Ken yang tahu sosok tersebut sangat mirip dengan Garga. Namanya juga mirip dengan nama yang Ken berikan kepada Garga, hanya beda nama tengahnya saja, tetapi mengucapannya sama. Guru kemudian menjelaskan bila Alice merupakan siswa istimewa dan juga siswa pertukaran dari luar negeri yang akan belajar tentang budaya di Indo
Ken merasa tidak juga harus menggunakan kekuatannya untuk melawan Dion yang kekuatannya juga sudah menyatu sempurna. Ken merasa harus mencari tahu lebih dalam tentang metode yang Dion gunakan untuk menyatukan semua kekuatannya. Ken menggunakan skill overdrive yang membuat tubuhnya memiliki kekuatan dua kali lipat dan bergerak berdasarkan instingnya untuk bertarung menggunakan seluruh kekuatannya. Pergerakan Dion menjadi semakin cepat dan serangannya juga semakin kuat dari sebelumnya, Ken bisa merasakan perbedaannya dari tekanan yang Dion berikan. Beruntung Ken memiliki skill untuk mengimbangi kekuatan Dion dan langsung menggunakannya, jika tidak Ken akan terkena serangan Dion dan berakhir teluka. Ken kini juga kesulitan untuk menghindari serangan Dion dan hanya bisa bertahan, tetapi Dia masih bisa memberikan perlawanan dan serangan balasan dalam kondisinya yang semakin terdesak. Ken mulai kesal karena tidak segera menemukan metode yang Dion gunakan. “Ju*nc*k!” “Kugkk!” Ken bertriak
Ken tidak menyangka bila kejadiannya akan menjadi sangat buruk, karena dia tetap menyimpan kekuatan Dewi yang dia ambil kembali dari Reka. Kini mana, aura, kekuatan kegelapan Garga dan kekuatan Dewi bercampur dalam tubuh Ken dan terus saling bertabrakan. Ken mencoba untuk mengendalikan aliran dari kekuatannya agar bisa berjalan selaras dan menyatu dengan baik. Dia ingat dengan apa yang terjadi pada Dion yang mana kekuatan kegelapan bersatu dengan aura dan kekuatan Dewi menyatu dengan mana.Hanya saja yang membuat Ken merasa aneh adalah keempat kekuatan itu terbagi menjadi dua yang berada pada sisi kanan dan kiri tubuh Dion. Ken yang mencoba mempelajari tentang hal itu saat bertarung dengan Dion akhirnya bisa mengetahui metode yang Dion gunakan. Hanya saja Ken menggunakan metode yang mirip, tetapi metode yeng Ken gunakan lebih sempurna dan bisa menyatukan semua kekuatan itu agar bisa mengalir selaras pada tubuhnya.Semua kekutan itu berjalan bersama mengalir ke seluruh tubuh Ken dan ki
Tubuh Ken tidak bisa bergerak karena tekanan kuat yang dipancarkan oleh Dion, dan perasaan takut saat melihat Dion seakan melihat Dewa kamatian yang akan mencabut nyawanya. Kekuatan Dion yang sudah terlepas seluruhnya di luar perkiraan dan akal sehat yang Ken miliki, dan tanpa Ken sadari Dion sudah ada dihadapannya dan menusuk jantungnya. Kecepatan Dion sudah melebihi apa yang bisa Ken hadapi, bahkan matanya masih belum berkedip dan Dia sudah tertusuk kedua kalinya oleh Dion.Dion benar-benar seperti terlahir kembali, dan dia bisa merasakan sensasi yang sama seperti yang dia rasakan saat dia baru menjadi Dewa. Kini Dion juga sudah berhasil menyingkirkan Ken yang merupakan penghalang utamanya untuk menjadi penguasa mutlak. Meski begitu Dion tidak terbawa suasana dan memastikan Ken benar-benar mati ditangannya sendiri.Melihat Ken yang tidak bisa bereaksi akan serangannya dan hanya menatapnya dengan wajah yang tampak terguncang hingga matanya bergetar, membuat Dion benar-benar puas. Dia
Melihat Garga yang sudah tidak bisa bereaksi dengan semua serangannya yang sudah menargetkan Ken, membuat Dion yakin jika dia benar-benar berhasil. “Duuuaarrrrr!”“Sialan! dia kab--, craassssttttt!” Dion terkejut saat Ken berhasil menebas dirinya.Dion yang sebelumnya penuh percaya diri bila berhasil menyerang Ken jadi terkejut karena keberadaan Ken lenyap sebelum semua sarangan mengenai dirinya. Kini dia juga terkejut karena Ken yang tiba-tiba bisa muncul kembali tanpa luka yang bahkan berhasil menyerangnya. Dion benar-benar tidak tahu trik apa yang Ken gunakan, namun dia merasa bila Ken berpindah ke sebuah dimensi untuk menghindari semua serangannya.Berkat perhitungannya yang matang, Ken berhasil berpidah ke celah antar dimensi pada detik-detik semua serangan Dion akan mengenainya. Ken akan benar-benar mati jika dia tidak berpindah dalam celah ruang dan waktu pada saat itu, namun Ken juga harus kehilangan tempatnya bersembunyi. Karena dia yang berpindah saat ada Dion di dekatanya a
Ken seakan dipaksa harus memilih untuk terus maju, karena Dion juga berhasil merusak diemnsi yang merupakan efek dari setu senjatanya. Sejata itu juga langsung patah saat dimensinya berhasil Dion hancurkan, dan membuat Ken terlempar keluar. Ken memang tidak memiliki waktu lagi, karena Dion benar-benar berniat untuk menyingkirkannya.[Garga, buat dia sibuk saat aku menyiapkan sesuatu untuk melawannya.] ujar Ken dan dia juga memberi beberapa informasi kepada Garga lewat telepati.Dion tersenyum saat dia mendengar perintah Ken yang dia kirim lewat telepati kepada Garga, dengan itu dia tidak perlu lagi membaca maksud dari isyarat yang Ken gunakan. Berkat itu Dion tidak perlu memperdulikan Garga, dan langsung menuju tempat yang akan Ken tuju. Dengan penuh percaya diri Dion melesat dan menunggu kedatangan Ken, namun dia tidak melihat adanya Ken yang datang kearahnya dan Garga juga tidak mengejarnya.Dion terhenti sejenak dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi, karen
Semua orang terkejut saat melihat Murka terkena sebuah serangan yang tidak meraka sadari sama sekali, bahkan Ken juga tidak tahu akan serangan tersebut. Serangan itu seperti leser yang sangat cepat mencapai targetnya, bahkan tubuh Murka yang kuat bisa berlubang. Lebih parahnya lagi, Reka yang berusaha dia lindungi juga mengalami luka yang cukup parah.Perasaan Ken yang tidak nyaman saat meninggalkan Dion meski dalam keadaan sekarat, kini membuat sebuah malapetaka bagi semuanya. Emosinya langsung memuncak saat melihat sahabatnya yang terkapar bersimbah darah dengan kondisi tubuh penuh lubang. Murka juga tidak bergerak sama sekali, Ken bergegas mendekat dan merasakan tubuh Murka sudah dingin. Jantung Ken seakan terhenti sebentar setelah mengerti kondisi sahabatnya, namun perasaanya seakan masih tidak bisa terima dan langsung meminta bantuan Garga.“Murka bertahanlah, Garga cepat sembuhkan dia!” teriak Ken yang panik.Garga mendekat pada Murka, namun setelah melihat kondisi Murka, dia ti
Ken dan Garga tidak tahu apa yang sudah Dion lakukan, hingga dia bisa merebut kekuatan dan tubuh Dewi Aria, dan lagi gempa yang terjadi membuat Ken merasa hal buruk akan terjadi. Kekutan yang terus diserap oleh tubuh Dion juga membuat Ken penasaran dengan asalnya, dia merasakan campuran dari aura dan mana. Kondisi mereka berdua juga tidak menguntungkan, karena tidak bisa bergerak dan akan buruk jika Dion menyerang. Akan tetapi, Dion tidak menyerang keduanya dan hanya tertawa saja, mengetahui Dion yang melewatkan kesempatan itu membuat Ken berpikir bila Dion juga dalam kondisi yang sama.Jika apa yang Ken pikirkan memang benar maka dia masih memiliki kesempatan untuk kembali merubah keadaan, namun jika tidak maka situasinya akan buruk bagi mereka. Belum lagi firasat buruk Ken tentang kekuatan yang terus Dion serap dalam tubuhnya, yang membuat Ken berpikir bila Dion bergantung kepada kekuatan itu. Ken juga mencoba untuk terus menggerakkan anggota tubuhnya meski itu sulit dan hanya melak
Ken bisa mendengar jika suara yang keluar dari mulut Dewi Aria bukan suara wanita, melainkan suara pria yang sangat dia kenal. Bahkan ekspresi wajah dan gaya dari sikap sombongnya juga sama persis meski tubuhnya merupakan wanita. Hanya saja Ken tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana cara hal itu bisa terjadi.Pikiran Ken juga dibuat bingung dengan siapa yang saat itu berada dalam tubuh Dewi Aria, apakah Dewi Aria sendiri atau Dion. Karena yang Ken ketahui sebelumya adalah Dion yang sudah tidak sadarkan diri dan sekarat, sedangkan Dewi Aria yang panik dalam keadaan putus asa. Semua itu berubah saat kemunculan Dewi Aria dari portal, tetapi yang paling mungkin adalah Dewi Aria mencoba untuk menyerap kembali kekuatannya dari tubuh Dion.Hanya saja Ken merasa janggal dengan suara dan gaya yang Dewi Aria pelihatkan kepadanya, dan cara bertarungnya juga terasa berbeda. Bila semua itu hanya sekedar efek dari dia menyerap kekuatan Dion, Ken merasa efeknya terlalu tumpang t