Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 40Handoko membiarkan Ali mengoceh dan menangis bersamaan. Dia tau Ali butuh waktu untuk menerima semua ini. Dia juga tau jika Ali masih terlalu muda untuk dihadapkan dengan situasi rumit seperti ini. Jangankan Ali yang umurnya masih muda. Kadang kita yang tua saja tidak bisa langsung menerima kenyataan yang bisa disebut dengan kejutan hidup.Handoko tau jika Ali anak yang baik dan bijak, tapi Handoko juga tau jika Ali butuh waktu. Usianya masih labil untuk berpikir jernih, jadi Handoko membiarkan Ali mengeluarkan semua uneg-unegnya. Handoko hanya diam mendengar racau Ali yang terus saja merendahkan diri sendiri. Dia menganggap dirinya tidak berharga, dia juga menganggap dirinya kotor. Padahal nyatanya, perbuatan Handoko dan Ainilah yang berdosa.~Aku melewati titik terhancurku sendirian. Tidak ada uluran tangan. Tidak ada rangkulan. Tidak ada dekapan. Tertinggal kebingungan dan tak memiliki tempat kepercayaan. Maka bila aku tidak lagi membutuhkan siap
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 41~Terkadang aku sudah menjadi sesabar yang aku bisa. Menjadi pengertian semaksimal mungkin. Bahkan aku menjadi seseorang yang bukan aku.**Semua orang tercengang mendengar kutukan Salma terhadap Rahman. Sebagian orang bertanya-tanya ada hubungan apa sebenarnya mereka dengan Rahman. Namun sebagian lainnya lagi memang sudah berasumsi jika Rahman adalah Ayah Salma dan Mia.Mereka sedikit terhenyak mendengar makian Salma terhadap Rahman. Tidak mudah sebenarnya mengeluarkan semua uneg-uneg dan pendapat. Apalagi yang melakukan itu hanya seorang anak kecil. Karena anak akan selalu dianggap 'kecil' oleh orangtua. Tidak ada pendapat apapun yang benar di benak mereka. Semua terdengar seperti kata-kata rendahan dan tidak berbobot.Namun tidak dengan ucapan Salma barusan. Semua yang mendengar itu pasti langsung paham kenapa Salma sampai membenci Ayahnya sendiri. Wajar jika Salma marah, karena Rahman sendiri yang membuang mereka. Tapi dia sendiri juga yang datan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 42~Sampai pada suatu waktu ada kejadian yang seolah membuatmu berkaca tentang sesuatu yang tidak pernah terduga. Tentang hal-hal sepele yang selalu kamu lakukan tapi berarti bagi orang lain. Yang akhirnya kembali untukmu, kamu merasakan sendiri bagaimana rasanya dihargai setelah menghargai banyak orang.**"Jaga ucapan kamu, Yudha," teriak Rahman yang mendengar semua ucapan Yudha terhadap dirinya. Padahal tadinya dia pulang ingin istirahat karena terlalu lelah setelah direndahkan oleh Salma. Hatinya terlalu hancur ketika kata 'bedebah' itu keluar dari mulut putrinya sendiri.Saat ini kepalanya penuh dengan beban pikiran. Apalagi saat ini dia sedang kalut karena dipecat oleh Handoko. Bagaimana caranya dia menjelaskan pada Maya kalau ternyata dirinya sudah jadi pengangguran lagi. Sebenarnya Maya tidak mempermasalahkan semua itu. Karena dari awal Maya sudah tau kalau Rahman tidak memiliki pekerjaan.Namun yang jadi masalah di sini adalah Yudha. Maya meng
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 43"Hampir setahun kami tinggal bersama. Gue udah muak, Al. Dia bukan laki-laki baik-baik. Sebenarnya Nyokap gue merebutnya dari wanita lain. Itu menyakitkan, dan sangat memalukan. Karena dari kabar yang gue dengar, laki-laki itu meninggalkan istri dan anak-anaknya di kampung. Gue sangat benci, Al. Benci sekali," ungkap Yudha lagi.Ali yang mendengar itu dengan cepat memegangi dadanya. Dia mengalihkan pandangannya ke luar. Tidak menyangka jika Yudha juga merasakan sakit itu. Andai saja Yudha tau jika anak-anak malang yang ditinggalkan oleh Rahman adalah dirinya.Andai Yudha tau gara-gara Ibunya, mereka semua menderita. Mungkin Yudha tidak akan lagi mau menemui Ali. Karena malu."Manusia memang egois, Yud. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya untuk bahagia. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain," seru Ali yang dibalas anggukan oleh Yudha. Dia setuju dengan pendapat Ali barusan. Karena dia merasakan hal itu sekarang."Jujur, Al. Sebenarnya
"Astaghfirullah," ucap Ali tiba-tiba karena terkejut saat melihat pasangan yang sedang berciuman di luar. Tanpa mempedulikan orang yang berlalu lalang di depan mereka."Haha … Lo lucu banget sumpah. Polos banget," ejek Yudha lagi sambil terus tertawa. Dia bahkan sudah lupa dengan semua masalahnya tadi. "Jahat banget kamu, Yud. Ternoda mata perawan aku kan," keluh Ali yang kembali membuat Yudha memegangi perutnya. Sakit karena tertawa terlalu lama."Lo lihat ini," ucap Yudha lagi sambil menyuruh Ali menunggu.Tit Tit Tit!Yudha membunyikan klakson mobilnya dengan keras sehingga membuat kedua pasangan yang sedang berciuman tersebut terlonjak kaget. Setelah itu Yudha kembali terpingkal karena melihat ekspresi mereka. Laki-laki itu menghampiri mobil mereka lalu memukul kaca mobil dengan keras menggunakan tangannya. Ali panik, dia sangat kesal dengan kelakuan Yudha yang sangat jahil."Gas, Yud. Gas, aku nggak mau ada masalah lagi sama orang lain," ucap Ali panik. Yudha sambil terus tertaw
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 44POV Ali~Hanya ada satu jalan menuju kebahagiaan, yaitu berhenti mengkhawatirkan hal-hal yang berada di luar kendali kita."Ali, kamu dimana?" tanya Ibu ketika sambungan telepon terhubung. Saat ini aku masih ada di masjid bersama Yudha. Kami memutuskan untuk tidur di sini malam ini. Karena Yudha tidak bisa berhenti menangis sejak tadi. Jadi aku langsung menyuruhnya untuk tidur saja di sini."Ali di tempat yang aman kok, Bu," jawabku dengan suara sedikit serak. Jujur, aku juga kembali menangis ketika mengingat bahwa aku adalah anak di luar nikah. Entah mengapa, rasanya lebih ke rasa kecewa. Bukan membenci, aku tidak berhak untuk itu. Aku hanya kecewa, kecewa pada diriku sendiri. Kecewa pada keadaan, yang membuatku menjadi seperti seonggok daging tidak berharga."Ali, tolong pulang. Ibu tidak bisa tidur, kamu sayang Ibu kan?" tanya Ibu lagi di seberang. Aku kembali menekan dada yang terasa ngilu, maafkan Ali, Bu."Ali akan pulang, Bu. Tapi besok ya? I
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 45POV Ali"Ayah," ucapku pelan. Tubuhnya bergetar, dia membalas pelukanku erat. Sangat erat. Om Handoko menangis."Kamu anakku, Ali. Apapun yang dikatakan oleh orang jikapun kamu tidak bernasab padaku. Aku adalah ayahmu, dan kamu akan selamanya menjadi anakku. Selamanya, anakku," ucap Om Handoko dengan suara bergetar.Om handoko tidak mau melepaskan aku dalam pelukannya, sampai akhirnya pandanganku tertuju pada seseorang yang baru saja turun dari mobil. Laki-laki yang selama ini aku panggil Ayah, melihat kami dengan tatapan penuh kebencian. Laki-laki yang sudah membuat kami terpisah selama ini.Aku mengurai pelukan, kembali melihat ke arah Ayah. Om Handoko yang melihatku termenung ke satu arah. Juga melihat ke arah yang sama. Dia berdecak kesal saat melihat Ayah sedang berjalan menuju ke arah kami. Entah ada hal apa yang ingin dia sampaikan lagi, padahal jelas kemarin itu Om Handoko sudah memecatnya dari kantor ini."Jadi kalian sudah tau semuanya? Ba
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 46"Apa maksud kamu, Rahman? Kamu mau mengancamku?" tanya Handoko pada Rahman saat mereka sudah di dalam ruangan Handoko.Rahman tersenyum tipis, kemudian duduk dengan santai di sofa. Dia bahkan menaikkan kedua kakinya di atas meja. Semakin membuat Handoko geram, namun dia tidak mau bertindak gegabah lagi. Itu sama saja dengan bunuh diri."Permintaanku tidak muluk-muluk, Handoko. Aku hanya ingin kembali bekerja di sini. Dan juga ingin naik jabatan," jawab Rahman santai. Dia merebahkan badannya pada sandaran sofa, memejamkan matanya sebentar. Kemudian kembali melihat ke arah Handoko sambil tersenyum mengejek."Kamu benar-benar licik, Rahman. Seharusnya aku sadar dari dulu. Tapi kamu terlalu pintar bersandiwara," gumam Handoko membalas tatapan Rahman tajam. Dia sangat menyayangkan sifat Rahman yang sangat egois. Andai dia tau sifat sahabatnya dari d