Share

Pembalasan Dendam Istri CEO
Pembalasan Dendam Istri CEO
Author: Daffa Alfa Risky

bab 1. Pak Sentosa

last update Last Updated: 2023-02-08 16:14:17

BAB I

[Mas, aku pengen makan mangga malam ini juga. Maklum, bawaan bayi]

[Kamu ke sini ya mas, aku kangen kamu]

[Kenapa belum dibalas juga sih mas]

Aku membuka handphone Mas Dimas yang sedari tadi berdering tiada henti, dan betapa terkejutnya aku mendapati SMS yang datang dari nomor kontak Pak Sentosa itu.

‘Mana mungkin pria bisa mengirim SMS seperti ini kepada suamiku? Lagipula kenapa tengah malam begini? Apa jangan-jangan Mas Dimas….’ pikirku sambil menatap nanar saat memandangi wajah suamiku yang sudah empat tahun ini berjuang bersamaku.

"Itu sms dari siapa sayang?" ujarnya, suaranya yang menanyakan tentang dering telpon tadi mengagetkanku. Ku lihat mata Mas Dimas masih terpejam, dan aku pun buru-buru untuk menutupnya.

"Tidak tahu mas, mungkin dari orang iseng" kataku berbohong.

Ku lihat Mas Dimas sudah terlelap kembali, aku pun segera membuka handphone Mas Dimas lagi dan mencatat nomor telepon Pak Sentosa di handphone ku.

Hatiku bergeming, takut dugaanku ini benar adanya. Namun cepat atau lambat apapun kenyataannya harus aku terima walaupun itu pahit. Pikiranku melayang kemana-mana, mata ini tak mampu menahan butiran bening air mata yang mengalir begitu saja. Aku mencoba untuk kuat dan bertahan demi janin yang kini sudah mulai tumbuh didalam rahimku.

****

"Mas, temenin aku pergi kontrol kehamilan dong. Aku kan sudah mau masuk tri semester kedua dan lagian obatku sudah habis semua." pintaku lirih kepada Mas Dimas yang hendak pergi ke kantor.

Kulihat mata Mas Dimas memperhatikan perut buncitku yang kini sudah mulai membesar. Ia terdiam sejenak lalu berkata sambil mengelus-elus perutku, "Maafin papa ya dek. Papa nggak bisa temenin mama sama kamu untuk kontrol kehamilan"

"Memangnya kenapa mas? Apa kamu udah nggak sayang lagi sama aku dan anak kita?!" ujarku sambil terisak, dadaku bergemuruh saat mengucapkan kata-kata yang sudah aku tahan sejak tadi malam.

"Maksud kamu apa Sein? Kamu dan juga calon anak kita tetap nomor satu dihidup mas." ucap Mas Dimas, wajahnya memerah karena ia menahan amarah yang ada didirinya.

‘Kalau begitu, siapa Pak Sentosa? Mengapa dia juga ngidam mangga? Dan mengapa juga ada kata-kata bawaan bayi? Kamu tidak mau menemaniku ke dokter pagi ini karena itu kan, Mas!’ batinku, aku ingin sekali mengucapkan semua itu sejak tadi, tapi masih saja aku tahan karena aku takut Mas Dimas akan marah, sedangkan aku sekarang sedang mengandung buah cinta kita yang sudah kita nanti-nantikan kehadirannya selama empat tahun lamanya.

"Jadi kenapa kamu nggak bisa nemenin aku mas?" ujarku sambil mencibir. Aku tahu Mas Dimas tidak akan membiarkan aku menjadi sedih seperti ini. Mas Dimas sangat mencintaiku dan juga menyayangiku sehingga Mas Dimas selalu memberi perhatiannya kepadaku.

"Aku ada meeting mendadak dengan klien pagi ini, aku harap kamu mengerti. Bagaimana jika kamu perginya dengan ibumu saja? Mas akan telepon ibumu ya" ucap Mas Dimas mencoba memberikan opsi kepadaku.

"Tapi aku cuma mau perginya sama kamu mas, lagian ini calon anak kita yang sudah kita tunggu-tunggu selama empat tahun kehadirannya. Dimana tanggung jawab kamu mas?" ujarku sambil menangis sesenggukan dihadapan Mas Dimas. Aku berharap Mas Dimas akan tersentuh karena selama ini Mas Dimas tidak pernah menolak permintaanku.

"Sudahlah Sein. Kenapa kamu terus memaksa, Mas? Mas sudah bilang nggak bisa ya nggak bisa, kamu ngerti nggak sih! Jngan terus-terusan menghukum mas dengan kata-katamu itu!" ujarnya dengan keras, hatiku merasa ngilu saat mendengar ucapan Mas Dimas yang memakiku. Aku tidak pernah membayangkan Mas Dimas akan kasar seperti ini, apalagi sekarang aku sedang hamil buah cinta kami yang sudah lama dinanti.

"Tapi mas…" ujarku sambil memegangi tangan Mas Dimas yang hendak keluar dari rumah.

Mas Dimas menyentakkan genggaman tanganku dan berlalu pergi meninggalkan aku yang berurai air mata menangisi sikap Mas Dimas yang sudah mulai kasar kepadaku.

***

"Aku tidak boleh lemah seperti ini! Aku harus bisa mandiri dan akan membuktikan pengkhianatanmu mas." Ujarku sambil segera bangkit dari posisiku yang semula berada di lantai.

Aku segera bangkit dan pergi ke kamar untuk mengambil tas kesayanganku, aku meraih handphoneku dan mencari kontak Ibuku.

"Halo, Seina. Kamu apa kabar sekarang sayang? Ibu kangen" ujarnya sambil terisak menahan rasa rindunya terhadapku yang sudah selama empat bulan ini tak pernah aku temui.

"Baik Bu, Ibu apa kabar sekarang?" ucapku sambil menyeka air mataku yang menetes mendengar suara lembut dari orang yang melahirkanku itu.

"Baik sayang, kapan kamu ke sini?, Ibu sudah rindu sekali nak"

"Iya, Bu. Seina akan ke sana sekarang. Ibu dirumah saja kan tidak kemana-mana?” tanyaku lagi kepada Ibu.

"Ibu tidak kemana-mana, nak. Tapi bapak tadi pergi ngurut orang. Sedangkan adikmu sudah pergi kerja."

"Oke Bu, Seina akan ke sana sekarang" ujarku dan segera memutus panggilan telepon itu.

***

Aku mengemudikan mobil kesayanganku menuju ke rumah Ibuku. Mobil yang diberikan oleh Mas Dimas sebagai hadiah pernikahanku dan mobil yang menemani kemana-mana perjalananku.

Sambil menghilangkan rasa suntuk sebelum sampai dirumah Ibu, aku menghidupkan musik di dalam mobil, namun suara panggilan dari handphoneku menghentikan konsentrasi ku pada lagu tadi. Aku pun segera menggangkat panggilan itu.

[Seina, apa Mas Dimas lagi bersama kamu?]

Ternyata itu adalah panggilan dari sahabatnya Mas Dimas yang sekarang lagi menjalin hubungan kerja sama dalam pekerjaan.

[Hmm, emang kenapa?] ujarku sengaja berpura-pura seolah Mas Dimas sekarang lagi bersamaku.

[Lho kok gitu? Tolong bilangin sama dia, aku udah dari tadi nungguin dia di ruang kantornya dia dan kita ada acara meeting pagi ini]

Kalau Mas Dimas nggak ada dikantor, terus dimana dia sekarang? Dadaku kembali bergejolak memikirkan kemungkinan yang tidak-tidak tentang Mas Dimas.

[Ya, nanti aku kasih tahu Mas Dimas. Kamu tunggu aja di sana ya] ucapku terus berbohong soal Mas Dimas sekarang ada bersamaku dan sahabat Mas Dimas pun segera menutup teleponnya, seperti ia pun kesal dengan perlakuan Mas Dimas padanya.

Jika dia tidak mau menemaniku pergi ke dokter, dan dia juga tidak ada dikantor? Apa jangan-jangan Mas Dimas sekarang…

~~~•|•~~~

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu pada dasarnya tolol dan dungu tetap aja tolol dan dungu biarpun udah punya suami kaya. udah dikasih petunjuk ada sesuatu hal yg janggal,bukannya diklarifikasi malahan berdrama ria. siap2 aja otw menuju janda. apalagi bukan berasal dari keluarga kaya juga, jadi kamu bisa apa sekain menangis
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Istri CEO   Akhir yang bahagia

    "Tidak Seina. Tidak akan saya beritahu sebelum kamu...aku langsung menutup bibir mas William dengan satu telunjuk. Malu bercampur gelisah menyelinap dan berbaur diotak kanan dan kiriku saat ini. Jujur. aku sangat penasaran dengan kelanjutan kisah Zein dan Gery yang seakan dibuat menggantung oleh bosnya ini. "No mas. No sebelum kamu jawab semua kebingunganku dengan kisahnya Gery. Pokoknya aku nggak mau. titik.." ucapku sambil merajuk dan memanyunkan bibir depanku. Mas William malah tertawa kecil melihat tingkahku yang malah kekanakan. "Seina. Seina. Kamu lucu sekali kalau ngambek begini. Oke. saya akan kasih tahu." kali ini aku sedikit mengendurkan bibirku. Tak kusadari malahan mas William mencuri start duluan dengan melumat bibir atasku. Sehingga membuat jantungku berdebar. 'What. Mas Will kamu bener-bener keterlaluan' gumamku membatin. "Kamu rasain ini mas" aku meremas perut mas William sehingga ia meringis kesakitan. "Aampun sayang. Ampun." "Makanya mas. Kamu jangan bikin

  • Pembalasan Dendam Istri CEO   Jebakan Zein

    "Jadi begitu rencananya. Begitu mobil iring-iringan mempelai prianya sampe pertigaan langsung kalian Pepet. Habisi langsung detik itu juga" Tugas Roki sang bandit jalanan. Dengan kumis sedikit terangkat dan senyum menyungging. "Oke bos. Siap kami laksanakan". Ucap ketiga teman sang mantan narapidana. Meski sering keluar masuk hotel Borneo sama sekali tidak membuat keempat orang yang bak saudara itu seakan tidak pernah jera dalam berbuat onar dan kejahatan. Dengan iming-iming yang dijanjikan Zein. Keempat manusia itu mulai menjalankan aksinya. Dengan mengendarai mobil Jeep berwarna hitam mereka menuju lokasi yang dimaksud oleh Roki. Mereka menggunakan dua mobil untuk melancarkan aksinya. ** "Mas Will. Kenapa Gery lama sekali ya. Aku deg-degan banget mas. Jujur aku juga takut banget jangan-jangan sesuatu yang buruk telah menimpanya saat ini." Aku kembali menghampiri mas William yang sedari tadi sibuk menemui tamu dari kolegaya. Sedangkan aku tadi sempat menemui Lusi yang masih bera

  • Pembalasan Dendam Istri CEO   Bab. menyamar

    "Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se

  • Pembalasan Dendam Istri CEO   Bab. Hari Bahagia

    "Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj

  • Pembalasan Dendam Istri CEO   Bab.Salah paham

    "Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu

  • Pembalasan Dendam Istri CEO   Bab. Mangga Muda

    "Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status