Share

Pembalasan Dendam Istri CEO
Pembalasan Dendam Istri CEO
Penulis: Daffa Alfa Risky

bab 1. Pak Sentosa

BAB I

[Mas, aku pengen makan mangga malam ini juga. Maklum, bawaan bayi]

[Kamu ke sini ya mas, aku kangen kamu]

[Kenapa belum dibalas juga sih mas]

Aku membuka handphone Mas Dimas yang sedari tadi berdering tiada henti, dan betapa terkejutnya aku mendapati SMS yang datang dari nomor kontak Pak Sentosa itu.

‘Mana mungkin pria bisa mengirim SMS seperti ini kepada suamiku? Lagipula kenapa tengah malam begini? Apa jangan-jangan Mas Dimas….’ pikirku sambil menatap nanar saat memandangi wajah suamiku yang sudah empat tahun ini berjuang bersamaku.

"Itu sms dari siapa sayang?" ujarnya, suaranya yang menanyakan tentang dering telpon tadi mengagetkanku. Ku lihat mata Mas Dimas masih terpejam, dan aku pun buru-buru untuk menutupnya.

"Tidak tahu mas, mungkin dari orang iseng" kataku berbohong.

Ku lihat Mas Dimas sudah terlelap kembali, aku pun segera membuka handphone Mas Dimas lagi dan mencatat nomor telepon Pak Sentosa di handphone ku.

Hatiku bergeming, takut dugaanku ini benar adanya. Namun cepat atau lambat apapun kenyataannya harus aku terima walaupun itu pahit. Pikiranku melayang kemana-mana, mata ini tak mampu menahan butiran bening air mata yang mengalir begitu saja. Aku mencoba untuk kuat dan bertahan demi janin yang kini sudah mulai tumbuh didalam rahimku.

****

"Mas, temenin aku pergi kontrol kehamilan dong. Aku kan sudah mau masuk tri semester kedua dan lagian obatku sudah habis semua." pintaku lirih kepada Mas Dimas yang hendak pergi ke kantor.

Kulihat mata Mas Dimas memperhatikan perut buncitku yang kini sudah mulai membesar. Ia terdiam sejenak lalu berkata sambil mengelus-elus perutku, "Maafin papa ya dek. Papa nggak bisa temenin mama sama kamu untuk kontrol kehamilan"

"Memangnya kenapa mas? Apa kamu udah nggak sayang lagi sama aku dan anak kita?!" ujarku sambil terisak, dadaku bergemuruh saat mengucapkan kata-kata yang sudah aku tahan sejak tadi malam.

"Maksud kamu apa Sein? Kamu dan juga calon anak kita tetap nomor satu dihidup mas." ucap Mas Dimas, wajahnya memerah karena ia menahan amarah yang ada didirinya.

‘Kalau begitu, siapa Pak Sentosa? Mengapa dia juga ngidam mangga? Dan mengapa juga ada kata-kata bawaan bayi? Kamu tidak mau menemaniku ke dokter pagi ini karena itu kan, Mas!’ batinku, aku ingin sekali mengucapkan semua itu sejak tadi, tapi masih saja aku tahan karena aku takut Mas Dimas akan marah, sedangkan aku sekarang sedang mengandung buah cinta kita yang sudah kita nanti-nantikan kehadirannya selama empat tahun lamanya.

"Jadi kenapa kamu nggak bisa nemenin aku mas?" ujarku sambil mencibir. Aku tahu Mas Dimas tidak akan membiarkan aku menjadi sedih seperti ini. Mas Dimas sangat mencintaiku dan juga menyayangiku sehingga Mas Dimas selalu memberi perhatiannya kepadaku.

"Aku ada meeting mendadak dengan klien pagi ini, aku harap kamu mengerti. Bagaimana jika kamu perginya dengan ibumu saja? Mas akan telepon ibumu ya" ucap Mas Dimas mencoba memberikan opsi kepadaku.

"Tapi aku cuma mau perginya sama kamu mas, lagian ini calon anak kita yang sudah kita tunggu-tunggu selama empat tahun kehadirannya. Dimana tanggung jawab kamu mas?" ujarku sambil menangis sesenggukan dihadapan Mas Dimas. Aku berharap Mas Dimas akan tersentuh karena selama ini Mas Dimas tidak pernah menolak permintaanku.

"Sudahlah Sein. Kenapa kamu terus memaksa, Mas? Mas sudah bilang nggak bisa ya nggak bisa, kamu ngerti nggak sih! Jngan terus-terusan menghukum mas dengan kata-katamu itu!" ujarnya dengan keras, hatiku merasa ngilu saat mendengar ucapan Mas Dimas yang memakiku. Aku tidak pernah membayangkan Mas Dimas akan kasar seperti ini, apalagi sekarang aku sedang hamil buah cinta kami yang sudah lama dinanti.

"Tapi mas…" ujarku sambil memegangi tangan Mas Dimas yang hendak keluar dari rumah.

Mas Dimas menyentakkan genggaman tanganku dan berlalu pergi meninggalkan aku yang berurai air mata menangisi sikap Mas Dimas yang sudah mulai kasar kepadaku.

***

"Aku tidak boleh lemah seperti ini! Aku harus bisa mandiri dan akan membuktikan pengkhianatanmu mas." Ujarku sambil segera bangkit dari posisiku yang semula berada di lantai.

Aku segera bangkit dan pergi ke kamar untuk mengambil tas kesayanganku, aku meraih handphoneku dan mencari kontak Ibuku.

"Halo, Seina. Kamu apa kabar sekarang sayang? Ibu kangen" ujarnya sambil terisak menahan rasa rindunya terhadapku yang sudah selama empat bulan ini tak pernah aku temui.

"Baik Bu, Ibu apa kabar sekarang?" ucapku sambil menyeka air mataku yang menetes mendengar suara lembut dari orang yang melahirkanku itu.

"Baik sayang, kapan kamu ke sini?, Ibu sudah rindu sekali nak"

"Iya, Bu. Seina akan ke sana sekarang. Ibu dirumah saja kan tidak kemana-mana?” tanyaku lagi kepada Ibu.

"Ibu tidak kemana-mana, nak. Tapi bapak tadi pergi ngurut orang. Sedangkan adikmu sudah pergi kerja."

"Oke Bu, Seina akan ke sana sekarang" ujarku dan segera memutus panggilan telepon itu.

***

Aku mengemudikan mobil kesayanganku menuju ke rumah Ibuku. Mobil yang diberikan oleh Mas Dimas sebagai hadiah pernikahanku dan mobil yang menemani kemana-mana perjalananku.

Sambil menghilangkan rasa suntuk sebelum sampai dirumah Ibu, aku menghidupkan musik di dalam mobil, namun suara panggilan dari handphoneku menghentikan konsentrasi ku pada lagu tadi. Aku pun segera menggangkat panggilan itu.

[Seina, apa Mas Dimas lagi bersama kamu?]

Ternyata itu adalah panggilan dari sahabatnya Mas Dimas yang sekarang lagi menjalin hubungan kerja sama dalam pekerjaan.

[Hmm, emang kenapa?] ujarku sengaja berpura-pura seolah Mas Dimas sekarang lagi bersamaku.

[Lho kok gitu? Tolong bilangin sama dia, aku udah dari tadi nungguin dia di ruang kantornya dia dan kita ada acara meeting pagi ini]

Kalau Mas Dimas nggak ada dikantor, terus dimana dia sekarang? Dadaku kembali bergejolak memikirkan kemungkinan yang tidak-tidak tentang Mas Dimas.

[Ya, nanti aku kasih tahu Mas Dimas. Kamu tunggu aja di sana ya] ucapku terus berbohong soal Mas Dimas sekarang ada bersamaku dan sahabat Mas Dimas pun segera menutup teleponnya, seperti ia pun kesal dengan perlakuan Mas Dimas padanya.

Jika dia tidak mau menemaniku pergi ke dokter, dan dia juga tidak ada dikantor? Apa jangan-jangan Mas Dimas sekarang…

~~~•|•~~~

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu pada dasarnya tolol dan dungu tetap aja tolol dan dungu biarpun udah punya suami kaya. udah dikasih petunjuk ada sesuatu hal yg janggal,bukannya diklarifikasi malahan berdrama ria. siap2 aja otw menuju janda. apalagi bukan berasal dari keluarga kaya juga, jadi kamu bisa apa sekain menangis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status