Tangan kanan Berry terputus dan terlempar begitu saja.Darah membanjiri lantai di bawahnya.Pemandangan ini membuat ngeri ratusan mafia Serigala Hitam yang berada di ruangan itu.“Aaaaarghhhh….!!!” Kembali Berry berteriak.Jika saja bar ini tak terletak di bawah tanah, teriakannya itu pasti sudah didengar oleh orang-orang di luar bar.“Aku sudah melakukan apa yang kau minta. Sekarang saatnya kau penuhi janjimu. Lupakan apa yang telah dilakukan anak-anak buahku padamu,” kata Bimo, menatap Morgan.Katana yang dipegangnya itu masih mengucurkan darah. Bimo lantas mengeluarkan sapu tangan untuk membersikannya.“Oke. Untuk kali ini, akan kuanggap tak pernah terjadi apa pun,” kata Morgan.“Tapi kalau sampai suatu hari nanti kalian macam-macam lagi, tak akan ada lagi ampunan dariku. Kalian akan hancur sampai menjadi debu,” lanjutnya.Bimo dan Morgan saling menatap satu sama lain, seperti dua jenderal bertemu di medan perang.Lalu Morgan tersenyum miring, dan berjalan dengan santainya.Para ma
Di kediaman Keluarga Wistara…Menjelang makan malam, empat anggota Keluarga Wistara berkumpul di teras belakang.Mereka adalah Henry, Robert, Joseph dan Melisa.“Aku tak mengerti. Bagaimana bisa proposal kita ditolak begitu cepat? Tidakkah mereka mempelajarinya terlebih dulu?” keluh Henry.Mereka tengah membahas proposal tender yang mereka ajukan ke Charta Group. Tadi siang, tiba-tiba saja, mereka dikabari pihak Charta Group bahwa proposal mereka ditolak.Dan tak ada penjelasan mendetail tentang penolakan tersebut. Itulah yang membuat Henry geram.Saking geramnya, dia sampai meminta Joseph yang tengah bertugas untuk pulang. Rapat keluarga jauh lebih penting ketimbang tugasnya sebagai aparat kepolisian.“Aku curiga ada sesuatu di balik ini semua, Pa. Proposal yang kubuat itu sudah sangat oke. Mestinya Wistara Group terpilih sebagai salah satu perusahaan yang boleh ikut serta dalam lelang proyek prestisius yang akan dilangsungkan Charta Group,” kata Robert.Memang Robertlah yang menyusu
Agnes terkejut dengan kemunculan Morgan.Bukankah tadi Morgan pergi untuk urusan pekerjaan? Apakah dia sudah selesai bekerja secepat ini?Melisa lebih terkejut lagi. Dan seiring terus mendekatnya Morgan, dia memosisikan dirinya di hadapan Agnes, sebagai perisai.“Apa yang baru saja kau lakukan di depan sana, Sialan?! Kau berulah lagi di area pribadi orang, hah?!” serang Robert, maju untuk mengadang Morgan.Berbeda dengannya, Joseph justru mundur. Dia lantas masuk ke dalam rumah.Sepuluh tamparan dari Morgan tempo hari masih membuatnya trauma. Dan dia ingat, dia masih utang 90 tamparan lagi.Morgan tidak ada urusan dengan Robert. Dia datang untuk bicara dengan istrinya.Tapi, tanpa menyingkirkan Robert, dia tak akan bisa melakukannya.Lalu harusah dia mematahkan tangan Robert seperti dia mematahkan tangan s
Sekitar jam delapan malam, di kediaman Keluarga Wistara…Orang-orang berkumpul di meja makan. Hidangan-hidangan mewah tersaji di hadapan mereka.Tapi belum seorang pun boleh menyantapnya. Mereka tengah menunggu kedatangan Arman Wiryaguna, tamu kehormatan mereka.Tadi Joseph telah menghubungi Arman via chat untuk memberitahukan soal Agnes yang telah pulih.Awalnya tak ada respons dari Arman, tapi setelah Joseph mengirimkan juga foto dan video yang menunjukkan sosok Agnes saat ini, barulah respons itu datang.Arman sempat bertanya apakah sosok itu sungguh-sungguh Agnes atau bukan, sebab bahkan sejauh yang dia ingat Agnes tak pernah terlihat secantik dan semenawan itu.Arman juga sempat mengancam akan memutus total hubungannya dengan Keluarga Wistara jika foto dan video itu hasil editan, sebelum akhirnya dia percaya dan bersedia datang memenuhi undangan Keluarga Wistara.Bagi Keluarga Wistara, khususnya Henry dan Joseph, kedatangan Arman malam ini sungguh penting.Henry membutuhkan Arman
"Agnes, jaga bicaramu! Jangan membuatku malu!" hardik Henry, yang kini juga berdiri. Kalau saja tak ada Arman bersama mereka, dia sudah menghampiri putrinya itu dan menamparnya. "Aku sudah muak, Papa! Aku sudah muak dijadikan alat oleh kalian! Aku sudah muak dipaksa berkorban untuk kepentingan kalian! Ini hidupku! Aku yang memutuskan apa yang kuinginkan!" bantah Agnes. Pembangkangan Agnes ini sungguh mengejutkan Keluarga Wistara. Terlebih lagi, dia berani mengutarakan protesnya kepada Henry langsung, di hadapan semua orang. Agnes tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia adalah anak pemalu yang lebih memilih memendam ketidaknyamanannya ketimbang mengungkapkannya. Apa yang terjadi padanya, sampai-sampai dia memberontak seterang-terangan ini? "Agnes, aku minta kau menghormati tamu kehormatan kita. Dia menyempatkan diri ke sini, memenuhi undangan kita. Perbaiki sikapmu!" tegas Henry. Wajahnya memerah karena amarah. Rasa-rasanya dia tak pernah semarah ini sebelumnya kepada putrinya it
“Sekarang apa yang mau kau katakan, hah? Kau minta maaf pun sudah terlambat. Kau telah menghina ayahku di hadapan Keluarga Wistara. Sekarang kau akan menghadapi konsekuensinya! Cuih!”Pria berbadan besar itu meneriakkannya lantas meludahi wanita itu. Dia tampak tak sedikit pun peduli pada orang-orang di bar yang menyaksikan apa yang dilakukannya itu.Malahan, kini dia menendang wanita itu di punggungnya, sehingga wanita itu mengaduh dan tersungkur untuk kedua kalinya.“Bangsat! Orang seperti dia harus diberi pelajaran!” kata Kris, hendak bangkit dari kursinya.Tetapi Morgan menahannya. “Biar aku saja,” katanya.Kris kembali merapatkan pantatnya di kursi, mengamati Morgan yang berjalan dengan penuh wibawa ke arah keributan terjadi.Meski dia tak mengatakan apa pun, dengan sendirinya orang-orang menyingkir memberinya jalan.Saat ini aura mengerikan memang menyeruak dari tubuhnya.“Hey kau! Tidakkah memalukan orang dengan badan besar sepertimu menganiaya seorang wanita?” seru Morgan.Si
Terlemparnya ketiga pria itu disusul terlemparnya beberapa pria lain.Sebab mereka semua berbadan besar, setiap kali mereka menghantam apa pun saat terlempar itu kerusakan yang ditimbulkan lumayan signifikan.Bar yang semula tertata rapi itu kini begitu berantakan. Para pengunjung bar masih mengamati kekacauan di hadapan mereka ini dengan tegang.“Bagaimana cara kita keluar dari sini?”“Aku takut.”“Di mana para satpam bar? Kenapa kekacauan seperti ini dibiarkan?”“Agaknya ini situasi luar biasa. Pintu depan sampai dijaga ketat.”“Kita tak bisa ke mana-mana.”Begitulah orang-orang itu berujar. Mereka melihat pria-pria berbadan besar terlempar itu mulai bangkit dan kembali menerjang Morgan.Morgan sendiri, bertahan di pusat lingkaran pengepungan, meladeni setiap orang yang menyerangnya dengan serangan, dan sejauh ini, terbukti dia unggul.Pria-pria berbadan besar yang dihantam dan dilemparnya itu terlihat menderita luka-luka di berbagai titik, sedangkan Morgan sendiri masih bersih.Bah
Joni Si Besi benar-benar tak percaya pada apa yang dilihatnya.Kakak angkatnya, yakni Berry Si Serigala, berlutut di hadapan pria yang sedang membuatnya kesakitan.Dan bukan hanya itu, kakak angkatnya pun memelas meminta pria ini memaafkan dirinya, seolah-olah dia telah melakukan kesalahan yang teramat fatal.Ada apa sebenarnya ini?“Berry Si Serigala, aku lihat kau masih belum menyambungkan tangan kananmu. Kau datang ke sini atas permintaan orang ini?” celetuk Morgan.Nada bicaranya angkuh, menunjukkan kalau dia berada di atas si pemimpin Serigala Hitam itu.Tentu saja, situasi ini membuat bingung Joni. Apa yang dlihatnya ini sungguh di luar nalar.“Abang, apa yang Abang lakukan? Kenapa Abang malah berlutut di hadapan orang ini? Dia sudah berani-beraninya menyakiti adik angkatmu ini, Bang! Seharusnya Abang hajar dia!” cerocos Joni.Tak ada respons dari Berry. Dia masih berlutut dan membungkuk. Justru Morgan yang merespons, lagi-lagi dengan memelintir tangan Joni sampai pria itu kini