INICIAR SESIÓNSudah jelas Aska sering menyiapkan semua ini. Dia juga sering melepaskan Bola Heksagram, lalu menahan semua penderitaannya.Air mata Anggi terus mengalir. Sura dan Puspa kewalahan.Anggi menyeka air matanya, lalu melihat ke arah dipan di dekat sana sambil memerintah, "Puspa, kamu bereskan dipan itu. Sura, angkat Kaisar ke sana."Kondisi Luis tidak terlalu parah, jadi seharusnya Aska yang berbaring di tempat tidur.Sura dan Puspa mengangguk, lalu segera menjalankan perintah Anggi.Kemudian, Anggi pergi ke kamar mandi. Melihat wajah Aska yang pucat pasi dan rambutnya yang putih, hati Anggi terasa sakit. Dia merasa seperti ada yang meremas jantungnya.Jika Anggi tidak menarik napas dalam-dalam, mungkin saja dia bisa mati karena sesak napas.Pati melihat reaksi Anggi. Dia pun bergeser ke samping dengan mata memerah.Anggi bertanya, "Apa dia sering melepaskan Bola Heksagram?""Iya," sahut Pati.Anggi menimpali, "Kenapa dia begitu bodoh? Jelas-jelas sudah kalah."Setelah kalah, Aska tidak pe
Pati dan Sura segera menghampiri Anggi. Mereka baru tenang setelah melihat Puspa memapahnya.Di udara, Aska melihat Anggi sekilas. Dia tidak sempat memikirkan hal lain lagi. Aska langsung menulis simbol dan melafalkan mantra.Mantra itu memancarkan cahaya emas yang menyilaukan, lalu petir menyambar Luis. Huek! Luis memuntahkan darah hitam, bahkan terlihat cacing merah kecil yang sudah gosong.Aska berusaha memfokuskan pikirannya untuk membentuk segel tangan dan melafalkan mantra kembali. Luis berada pada posisi yang sama dengan Aska.Aska mengendalikan petir untuk menyambar sekali lagi. Petir menyambar mereka berdua hingga muncul percikan api.Luis memuntahkan darah hitam lagi, lalu tubuhnya mulai jatuh. Aska mengabaikan sakit pada seluruh tubuhnya dan terbang ke arah Luis. Dia memeluk Luis sebelum perlahan turun.Angin berembus kencang dan lapisan awan hitam perlahan buyar. Matahari terlihat dan cahaya yang terang menerangi bumi, seolah-olah semua yang terjadi tadi hanya ilusi.Sura d
Aska mencibir di dalam hati, apa lagi yang dia harapkan?Aska memandang Luis dengan sinis dan berujar, "Kamu benar-benar nggak berguna! Masa kamu mau mati?"Luis menanggapi, "Siapa yang mau mati? Tapi, aku pasti mati."Sebelum mati, Darias tersenyum puas. Luis tahu dia pasti mati. Satu-satunya cara untuk hidup adalah Gilang membawa ahli untuk menghilangkan kutukan dari Negeri Riskan.Namun, Gilang baru meninggalkan ibu kota kurang dari satu bulan. Biarpun sangat lancar, dia juga tidak mungkin kembali dalam waktu satu bulan.Yang dikhawatirkan Luis hanya Anggi dan kedua anaknya.Aska menatap Luis dengan ekspresi arogan seraya mengingatkan, "Ke depannya kamu harus lebih sungkan padaku! Jangan suka cemburuan. Kamu mempersulit Gigi dan membuatnya malu!"Luis tertawa, lalu merentangkan tangannya dan menimpali, "Aku juga nggak punya kesempatan untuk berbuat seperti itu lagi. Kalau roh bisa berkeliaran, aku nggak akan cemburu biarpun melihat kalian ...."Luis tidak bisa melontarkan kata "berm
Saat melewati gerbang Kediaman Rusli, Luis tiba-tiba merasa langit tampak redup. Di atas, awan gelap bergulung menutupi langit, seolah menandakan bahwa badai akan datang.Sura berjalan mengikuti Luis. Melihat Luis tengah memandang langit, dia pun ikut mendongak.Sungguh mengejutkan. Saat Kediaman Kinanta dan Wawan terbakar, fajar telah menyingsing. Sesudah mereka mati-matian keluar dari ruang bawah tanah, jalanan sudah ramai. Kedai-kedai pun telah dibuka. Mengapa langit masih gelap? Seakan-akan malam kembali tiba.Luis dan Sura berjalan menyusuri koridor dan melewati bukit batu. Setelah beberapa lama, akhirnya mereka tiba di halaman terbuka aula utama Kediaman Rusli.Dari kejauhan, Luis melihat Aska mengenakan jubah Tao ungu. Pria itu berdiri dengan kedua tangan terlipat di balik punggung, menatap lurus ke arah Luis, seolah-olah dia telah menunggunya sejak awal.Area sekeliling sudah dipasang formasi sihir, lengkap dengan lilin abadi dan meja altar. Jimat-jimat telah diletakkan di bawa
Sura, Reza, Rafi, bahkan Dika dan beberapa pengawal bayangan buru-buru mendekat. Manusia hidup bertarung melawan mayat parasit yang dahulunya adalah manusia.Dalam pertarungan mengerikan itu, Luis akhirnya tidak mampu bertahan lagi. Dia hampir mati di tangan mayat parasit.Darias menerjang maju, mencengkeram leher Luis sambil membuka sebuah botol dan berkata, "Lantas kenapa kalau kamu seorang kaisar yang agung? Pasti seru sekali melihat perutmu meledak menjelang kematian!"Sambil mengatakan itu, Darias berusaha menuangkan isi botol ke mulut Luis.Luis menatapnya dengan dingin. Dengan mengerahkan segenap kekuatan terakhirnya, dia langsung merobek jantung Darias dari dadanya. Pada saat bersamaan, Darias juga mati-matian menebarkan isi botolnya ke tubuh Luis."Hahaha! Kamu juga mati!" seru Darias dengan mata terbelalak. Detik berikutnya, dia ambruk ke lantai."Kaisar, Kaisar ...." Semua orang bergerak mendekat sambil menatap Luis dengan raut ngeri.Meski Darias sudah mati, para mayat para
Saat mereka mengejar mereka lebih jauh ke dalam, samar-samar terdengarlah suara pertarungan. Tak lama, mereka melihat Reza, Rafi, dan puluhan pengawal lainnya sedang bertarung melawan Darias dan beberapa orang bertopeng.Orang-orang bertopeng itu bergerak begitu lincah, seolah tidak merasakan sakit atau memiliki rasa takut. Seisi ruangan dipenuhi bau amis darah yang memualkan. Luis bahkan hampir muntah."Dika, kamu lindungi Kaisar di sini," pesan Sura sebelum memimpin para pengawal bayangan menyerbu maju.Dika ingin bertukar posisi dengan Sura, tetapi sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Sura sudah pergi dan terjun langsung ke dalam pertarungan.Di tengah panasnya pertarungan, Darias meniup sebuah peluit. Suaranya melengking memekakkan gendang telinga. Segera setelahnya, terdengar suara raungan mengerikan seperti lolongan setan. Semua orang terguncang horor mendengar suara itu.Luis berkata dengan cepat pada Dika, "Pergilah, minta bala bantuan!""Tapi ...," ucap Dika ragu-ragu."Ngga







