Share

Bab 103

Author: Lilia
Selain itu, angin juga bertiup cukup kencang. Jangan-jangan malam tahun baru nanti akan turun salju?

"Putri, kita nggak kembali ke Istana Harmoni?" tanya Mina saat melihat Anggi malah berjalan menyusuri jalan kecil di sisi lain menuju taman bunga plum.

Anggi berkata, "Masa aku harus membatalkan menikmati bunga plum hanya karena dia datang menggangguku?"

Kalau kembali sekarang, Permaisuri Dariani sedang beristirahat. Dia sendirian di Istana Harmoni, duduk ataupun berdiri rasanya akan tetap tak nyaman.

"Baik," Mina pun ikut masuk ke dalam Taman Asri bersamanya.

Sekitar setengah jam kemudian, salju pun mulai turun dari langit dengan lembut. Saat mereka berdua dalam perjalanan kembali ke Istana Harmoni, salju turun semakin lebat di tengah jalan.

Mina merasa bersalah, "Semuanya salah hamba, lupa membawa payung."

Anggi mendongak memandangi salju yang turun perlahan dari langit, lalu berkata dengan tenang, "Bukan salahmu, malah terasa menyenangkan."

Angin dan salju yang dingin, justru membuat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 104

    Di dalam aula utama, bisikan para pejabat benar-benar membuat tidak nyaman.Namun, Anggi tetap tenang dan percaya diri saat mendorong kursi roda Luis. Di bawah panduan para pelayan istana, mereka pun duduk di posisi sebelah kiri bagian depan. Itu adalah tempat duduk yang seharusnya milik Putra Mahkota.Namun sekarang, Negara Cakrabirawa tidak memiliki Putra Mahkota. Sebagai satu-satunya anak Kaisar, Dariani menempatkan Luis di posisi itu dan tak ada satu orang pun yang berani berkomentar.Bahkan di tahun-tahun sebelumnya saat Luis tak hadir dalam jamuan, tempat itu tetap dibiarkan kosong khusus untuknya.Pratama dan Dimas yang duduk di barisan tamu, memandangi Anggi yang perlahan mendorong Luis melewati mereka. Hati mereka terasa aneh dan tak bisa dijelaskan.Dulu, kalau ada banyak orang bergosip seperti ini, wajah Anggi pasti sudah merah padam dan malu tak karuan. Namun malam ini, dia melangkah tegap dan penuh percaya diri.Tak jauh dari sana, Burhan dan Satya menyaksikan semua itu de

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 105

    Tak lama kemudian, Kepala Kasim Istana, Wawan, mengumumkan bahwa jamuan malam tahun baru resmi dimulai. Para pelayan istana pun masuk beriringan sambil membawa aneka buah-buahan, hidangan, dan makanan lezat.Anggur manis dalam cawan berkilau. Aneka hidangan dari selatan hingga utara, semuanya tersedia.Alunan musik lembut mulai terdengar dan para penari cantik dari divisi hiburan istana mulai menari. Mereka mengenakan pakaian tari yang tipis meski di musim dingin dan menampilkan gerakan yang anggun.Dalam sekejap, Istana Kasih pun menjadi meriah luar biasa."Pangeran Selatan, Putri." Tiba-tiba seseorang datang memberi hormat sambil membawa anggur.Anggi mengangkat pandangan, ternyata itu Parlin."Paman." Luis mengangkat cawan anggurnya dengan santai. Biasanya dia enggan menyapa Parlin, tapi orang seperti itu ... siapa tahu suatu hari bisa berguna.Anggi juga menyapa dengan sopan.Parlin sempat tertegun melihat kecantikan Anggi. Hanya saja, meskipun dia dikenal sebagai pria mesum, dia t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 106

    Dimas melirik ke arah Luis dan Anggi. Keduanya tampak harmonis dan serasi. Pria itu mengenakan topeng perak, berjubah hitam pekat, dab duduk dengan tenang dengan sudut bibir yang menyunggingkan senyuman.Pangeran Selatan, Luis.Jika saja dia tidak mengalami luka parah di wajah, jika saja dia tidak menjadi cacat ....Anggi benar-benar bisa dikatakan mendapat keuntungan di balik musibah.Mendapat keuntungan di balik musibah ....Alis Dimas tiba-tiba berkerut. Kalau Luis tidak mengalami cacat, mungkinkah giliran Anggi yang dinikahkan dengannya?Kini, Anggi tidak menunjukkan sedikit pun perasaan kekeluargaan terhadap Keluarga Suharjo. Kalau tidak, waktu dia datang ke kediaman pangeran itu, Anggi takkan bersikap setega dan sekeras itu.Dia mengepalkan tangan dan pamit meninggalkan tempat. Saat melewati Parlin, pria itu dengan seenaknya memanggilnya, "Adik ipar ...."Kepalan tangan Dimas mengencang beberapa kali, tapi akhirnya dia memilih untuk menahan diri.Hari ini malam tahun baru. Hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 107

    "Anggi?" Luis mulai terlihat cemas.Begitu menoleh, dia mendapati gadis itu sedang menatapnya dengan pandangan kosong dan terpana. Dia menghela napas seolah kehabisan kesabaran, lalu mengisyaratkan lewat tatapan mata. 'Itu calon ayah mertua, eh bukan, maksudku Jenderal Pratama masih menunggu'.Anggi menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Yang saya benci adalah perlakuan mereka yang nggak adil. Mereka nggak pernah benar-benar menyayangi saya. Bukan karena mereka mengirim saya menggantikan calon pengantin ke kediaman pangeran."Meskipun dia tidak tahu pasti apa yang ada di dalam hati Luis, Anggi merasa perlu menjelaskan. Dia tak ingin Luis salah paham. Mendengar ucapan itu, Luis tak bisa menahan senyum di sudut bibirnya, "Kamu ... benaran?"Sepasang mata yang biasanya penuh kegelapan itu, kali ini masih setajam biasa. Namun, saat menatap Anggi, ada sedikit kelembutan yang menguar.Anggi mengangguk pelan, "Mm." Apa yang dia katakan memang berasal dari lubuk hatinya. Luis memang orang y

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 108

    Torus selalu bisa membaca pikiran Luis. Dia segera menutup pintu kereta.Sementara itu, Dika langsung mengambil kendali cambuk. Saat dia mengayunkannya, ujung cambuk nyaris mengenai Pratama. Pratama terkejut sampai wajahnya pucat pasi dan buru-buru menyingkir ke samping.Tapak kaki kuda berdentum, roda kereta berputar, dan lonceng hias berdenting semakin lama semakin menjauh.Pratama memandangi kereta yang makin lama makin kecil dalam pandangan. Tiba-tiba, bulu kuduknya meremang. Ketika pintu kereta ditutup, dia sempat melihat sorot mata Anggi. Dingin bagaikan es, membawa aura yang mencekam.Tepat seperti yang dikatakan Dimas, Anggi yang sekarang sudah bukan lagi gadis lemah lembut yang dulu mudah dipermainkan di Keluarga Suharjo.Dia ....Pratama merasakan sesak yang begitu menekan di dadanya.Dulu dia memang tidak terlalu baik pada Anggi, tapi apakah Anggi pernah kekurangan apa pun di Keluarga Suharjo?Di dalam kereta, Luis menggenggam tangan gadis itu dan bertanya lembut, "Pertanyaa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 109

    Mungkin ini satu-satunya hal yang baik yang diberikan langit untuknya.Malam tahun baru, sebagian besar rakyat jelata masih belum beristirahat. Di sepanjang jalan yang mereka lewati, masih banyak pedagang kaki lima, kedai arak pun belum menutup toko. Suara kembang api sesekali meledak di langit malam, membuat seluruh ibu kota tampak begitu hidup dan meriah.Anggi menyibak tirai kereta, memandangi hiruk-pikuk kota. Meski salju menumpuk cukup tebal, orang-orang tetap bersemangat menyambut malam pergantian tahun.Saat mereka kembali ke kediaman Pangeran Selatan, waktu sudah menunjukkan tengah malam.Kembang api meledak semakin sering dan terang. Luis meminta Anggi menemaninya duduk di depan gerbang utama istana mereka.Tak lama kemudian, Torus bersama beberapa pelayan datang membawa banyak kembang api dan petasan. Saat dinyalakan, seluruh langit di atas kediaman Pangeran Selatan seolah mekar oleh cahaya.Banyak orang berhenti untuk menyaksikan pesta kembang api.Para pelayan dan dayang di

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 110

    "Dia pingsan?""Mm. Mungkin karena kedinginan sampai nggak sadarkan diri."Anggi menghela napas, "Dia memang cukup gigih."Luis menoleh padanya, "Anggi, kamu mulai merasa iba?""Nggak, aku ...." Anggi menatap Luis dengan sorot serius. Setelah terdiam lama, barulah dia berkata, "Pangeran, hatiku ini bukan hati yang lembut."Anggi hanya ingin memberi Luis sedikit peringatan agar bersiap. Karena ke depannya, dia mungkin akan benar-benar menjadi kejam.Luis terdiam.Dulu, dia selalu merasa bahwa hidupnya adalah yang paling pahit. Rasa kecewa dan ketidakadilan telah membuat dirinya berubah menjadi sedikit lebih dingin dan kejam. Namun, kini dia tersenyum, "Kebetulan sekali, aku juga sama sepertimu."Anggi menatapnya dan mereka saling menatap dalam diam cukup lama. "Pangeran ...." Pria ini benar-benar selalu terus memakluminya.Untuk sesaat, Anggi merasa ujung hidungnya terasa panas. Kenapa Luis bisa sebaik ini?Di kehidupan sebelumnya, pria ini yang mengurus jasadnya dan satu-satunya orang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 111

    Anggi tersenyum memahami maksudnya. Saat hendak beranjak pergi, Luis menahannya. "Tunggu sebentar.""Eh?"Luis berkata, "Tunggu sekitar 15 menit."Kenapa harus menunggu 15 menit?Sampai ketika daun telinga dan wajah Luis memerah, serta pandangannya jatuh ke arah selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, Anggi baru menyadari sesuatu.Wajahnya langsung merah padam. Setelah sekian lama mereka sering berinteraksi, hubungan antara mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk saling terbuka. Anggi berjalan melewati partisi dan duduk di meja bagian luar.Sampai Luis akhirnya berkata, "Gigi, panggil Dika masuk."Anggi menanggapinya, lalu membuka pintu dan langsung berpapasan dengan Torus dan Dika."Pangeran memanggilmu masuk," katanya pada Dika.Dika mengepalkan tangan memberi hormat, "Baik." Kemudian, dia masuk bersama Anggi ke ruang utama.Dengan bantuan Dika, Luis berdiri. Rasa sakit langsung membuat keringat dingin mengucur di keningnya, tapi dia menggertakkan gigi dan tetap bertahan.Dika

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 186

    "Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 185

    Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 184

    Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 183

    "Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 182

    Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 181

    Anggi memandang ke arah suara itu, lalu melihat seekor kucing mujair berdiri di atas dinding batu. Sinar matahari membuat bulunya terlihat sangat mencolok."Kucing ini ...." Dika tiba-tiba melompat turun dari pohon, membuat Anggi terkejut hingga melompat kecil.Pantas saja, kadang-kadang Dika tak kelihatan. Ternyata dia suka bersembunyi di sudut mana pun di halaman.Semua orang kini memandang ke arah Dika. Dika perlahan berkata, "Kucing ini sangat mirip dengan kucing di Kediaman Pangeran Aneksasi, kucing Satya."Kucing Satya?"Kenapa bisa ada di sini?" tanya Luis dengan alis berkerut.Tepat saat itu, penjaga pintu datang melapor, mengatakan bahwa Satya ingin bertemu. Luis terkekeh-kekeh, lalu mengizinkannya masuk. Dia memang penasaran, apa yang diinginkan Satya kali ini.Saat menoleh ke arah Anggi, Luis melihat ekspresinya biasa-biasa saja, tak menunjukkan tanda-tanda senang sedikit pun. Bahkan saat bertatapan, Anggi malah bertanya, "Kenapa Pangeran menatapku seperti itu?"Luis berdeha

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 180

    Di bawah tatapan penuh harap Anggi, Luis berjalan beberapa langkah. Dia menoleh ke belakang. Ketika melihat Anggi yang terpaku, dia tersenyum dan memanggil, "Gigi? Gigi?"Luis memanggil dua kali, tetapi Anggi tidak menjawab. Sebaliknya, matanya mulai berkabut, seolah-olah akan menangis kapan saja."A ... aku ...." Luis panik dan langsung melangkah cepat mendekatinya, memeluknya erat. "Kenapa? Kamu marah karena aku merahasiakan ini darimu? Maaf, aku cuma ingin memberimu kejutan. Aku bukan sengaja ingin menyembunyikannya."Anggi membalas pelukannya. "Pangeran, aku nggak marah. Aku senang."Dia bilang dia senang? Sampai menangis hanya karena senang untuk dirinya?Luis sama sekali tidak menyangka. Dia melepaskan pelukan, menatap gadis yang matanya merah itu. Seketika, dia tidak tahu harus berkata apa."Pangeran, bisa jalan beberapa langkah lagi nggak?" tanya Anggi, mendongak menatap pria tinggi itu."Baik." Luis melepaskan Anggi dan kembali berjalan beberapa langkah. Tatapan Anggi beralih

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 179

    "Aku sudah pergi, terus kembali lagi.""Kenapa? Ada urusan?""Wulan datang mencariku," ucap Anggi, menatap langsung ke arah Luis, "Pangeran, menurutmu apa mungkin Wulan dan Satya akan kembali menjalin hubungan lama mereka?""Gigi ...." Luis menatap gadis di depannya, merasa agak cemburu karena melihat Anggi begitu peduli pada mantan tunangannya itu. "Apa kamu begitu keberatan kalau mereka bersama kembali?"Anggi mengangguk. "Aku nggak bisa membiarkan dia bersama Satya. Apa Irwan dan Junaidi masih mengawasi Satya?"Luis bertanya balik, "Apa yang ingin kamu ketahui?" Di seluruh ibu kota, tidak ada satu pun informasi yang tidak bisa dia selidiki.Anggi membalas, "Aku hanya ingin tahu, apa Wulan dan Satya masih diam-diam berhubungan atau nggak.""Hanya itu?""Ya, hanya itu." Apa lagi yang bisa dia lakukan?Dua orang itu adalah tokoh kunci. Jika mereka benar-benar bersatu, bangkit kembali bukan hal yang mustahil!Luis tidak tahu kekhawatiran Anggi yang sesungguhnya. Dia hanya mengira bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 178

    "Benar, kali ini berbeda dari biasanya. Dia berpakaian mewah, membawa banyak pelayan dan penjaga. Jelas sekali, dia datang dengan persiapan," ujar Mina dengan tenang.Anggi mengernyit, lalu bangkit dengan anggun. "Aku penasaran, apa yang ingin dia lakukan hari ini."Begitu Anggi keluar, semua orang langsung menyambutnya dengan hangat, memanggilnya dengan hormat, "Salam sejahtera, Putri!"Sekilas, Anggi langsung melihat Wulan, yang saat itu menatapnya dengan tatapan cerah dan bibir menyunggingkan senyuman tipis. Alis yang sedikit terangkat pun membuatnya terlihat angkuh.Anggi membisikkan beberapa instruksi kepada Mina, lalu kembali masuk ke ruangan.Mina merapikan ekspresinya, lalu berjalan ke depan Wulan. Dia membungkuk sedikit dan berkata, "Silakan masuk, Putri."Anggi secara langsung mengizinkan Wulan memotong antrean. Siapa yang berani protes? Namun, hari itu tanggal 7. Waktu pengobatan gratis sangat berharga dan antreannya sangat panjang.Dengan senyuman di wajah, Wulan memutar me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status