Share

Bab 1040

Penulis: Lilia
Aska sangat heran melihat wajah Luis yang seperti baru saja menelan sesuatu yang sangat pahit. Dia bertanya, "Kenapa? Kamu ada pikiran lain?"

Luis buru-buru membalas sambil menggeleng. "Nggak ada, bukan apa-apa." Tentu saja dia tidak boleh menyerahkan Anggi kepada orang lain. Itu sama saja seperti membunuh dirinya sendiri.

"Nggak ada?" Aska tertawa tipis. Dia menyindir, "Ternyata, ucapan terima kasihmu begitu doang."

Luis terdiam sejenak. Dia memberi tahu, "Selain Gigi, apa pun yang kamu mau, aku bisa memberikannya padamu!"

Aska tersenyum samar. Dia membalas, "Kaisar, jangan menipu diri sendiri. Apa yang aku inginkan, kamu nggak akan mampu memberikannya."

"Aku bahkan bisa menyerahkan takhta ini padamu," ucap Luis tegas.

Aska membalas, "Kalau aku menginginkan takhta, hari itu aku nggak akan menyelamatkanmu. Aku cukup diam saja dan nggak perlu menolongmu. Begitu kamu mati, tentu akan ada surat wasiat pengalihan kekuasaan. Dengan begitu, aku akan punya segalanya. Kekaisaran dan wanita yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1126

    Setelah meninggalkan Kediaman Keluarga Rusli, hari sudah larut.Arya menghela napas panjang. Sembilan yang mengendarai kereta bertanya, "Tuan, kita kembali ke kediaman Jenderal Tantomo, atau ....""Kembali ke kediaman Jenderal Tantomo.""Baik."Lonceng kereta berdenting, derap kaki kuda terdengar. Arya mengernyit, pikirannya terus memutar ulang kata-kata yang dikatakan gurunya hari ini.Kenapa Aska tiba-tiba ikut campur urusan dirinya dan Zahra?Semakin dipikir, dia tiba-tiba teringat satu kemungkinan, mungkin gurunya sudah mengetahui perasaan Zahra terhadap dirinya. Oleh karena itu, dia berusaha mencari cara agar hal seperti itu tidak terjadi.Menyadari kemungkinan itu, Arya tak henti-hentinya meneguk teh dan air. Sampai akhirnya dia kembali ke kediaman Jenderal Tantomo dan melihat ayah, ibu, serta dua adik perempuannya sedang makan."Kak Arya sudah pulang." Adik kedua, Yara, bangkit sambil tersenyum manis. Gaun kuning pucat yang dikenakannya membuatnya tampak seperti kupu-kupu kecil

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1125

    Aska melanjutkan, "Simbol burung phoenix jantan dan betina yang membawa keberkahan .... Ini adalah pertanda keberuntungan besar, ramalan terbaik."Lagi-lagi pertanyaan tentang pemilihan pendamping, lagi-lagi hasil ramalan tentang jodoh. Mana mungkin Arya tidak tahu maksud Guru? Dia segera memberi salam hormat. "Guru ... maksud Guru adalah antara aku dan Putri Mahkota?""Iya."Jantung Arya berdegup kencang. Jadi, Zahra mungkin akan mempertimbangkan dirinya? Zahra mungkin akan memilih dirinya menjadi pendampingnya?Hanya membayangkan kemungkinan itu saja membuat Arya bersemangat.Namun, Aska kembali berkata, "Tapi sekarang, garis jodoh itu mulai menyimpang. Kalau dibiarkan begitu saja, meskipun kalian berjodoh, kalian mungkin akan menyia-nyiakan banyak waktu ....""Ini ...."Aska mengambil bidak-bidak di bangku kecil, menatanya kembali dalam susunan baru. "Suka tidak bisa hanya bergantung pada sedikit rasa sayang yang dia miliki padamu."Kalau begitu dia harus bagaimana?Arya akhirnya me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1124

    Pada saat bersamaan.Aska keluar dari istana, lalu menuju Kediaman Keluarga Rusli untuk menerima emas yang dikirimkan Anggi.Melihat begitu banyak emas, Pati langsung ternganga. "Kenapa ... kenapa sebanyak ini lagi?"Aska berkata, "Untuk ulang tahun Zahra, aku akan memberinya kuda emas terbang. Jadi untuk ulang tahun Zenna, tentu saja aku harus kasih hadiah juga." Meski saat dia berjanji membuat kuda terbang untuk Zahra, Zenna bahkan belum lahir.Namun, mereka semua adalah anak-anak Anggi. Dia tidak mungkin pilih kasih.Mengenai Ishaq .... Emas dan perhiasan biasa tidak akan digubris olehnya. Nanti cukup biarkan Ishaq memilih apa pun yang dia inginkan dari benda-benda bagus milik Aska."Gimana kalau kita kasih Putri Harmoni babi emas?" tanya Pati.Aska mengangguk. "Baik. Kamu awasi sendiri. Nggak boleh ada kesalahan sedikit pun.""Baik, Tuan. Hamba mengerti." Pati memberi hormat, lalu memerintahkan orang-orang untuk mengangkat emas itu ke gudang."Pati."Baru saja kembali setelah menye

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1123

    "Baik, Permaisuri. Tapi hamba baru saja melihat Titiek. Putri Mahkota juga ada di dalam istana hari ini.""Zahra ...."Anggi malah tidak tahu akan hal ini. Zahra bolak-balik tinggal di kediaman Putri Mahkota memang cukup melelahkan. "Kalau begitu sampaikan padanya, bahwa semuanya di Istana Emas sudah kembali seperti sediakala. Biarkan dia tinggal di mana pun dia mau.""Baik."Satu jam kemudian.Langit mulai gelap.Luis pulang dalam keadaan berdebu. Dia hanya menyapa Anggi sejenak, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah keluar dan melihat tidak ada siapa pun di dalam ruangan, dia langsung mengangkat Anggi. "Aku dengar dari Torus, kamu suruh orang mengirim lima atau enam peti emas batangan ke Kak Aska?"Anggi mengangguk. "Iya. Kak Aska yang memintanya sendiri. Menurutmu dia butuh untuk apa?""Siapa yang peduli dia mau buat apa? Selama dia butuh, kita harus usahakan." Benda yang paling tidak mereka butuhkan adalah emas.Anggi memukul pelan dada Luis. "Kamu ini kenapa k

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1122

    "Begitu saja sudah sangat baik."Aska tersenyum sambil mengangguk. Melihat Keswan yang begitu bersemangat, hatinya pun ikut tenang. Sejak Keswan kembali, Aska sudah membacakan sebuah ramalan untuknya. Si tua bangka yang tidak bisa mati ini masih bisa hidup 10 tahun lagi.Keswan juga berdiri. Ketika menatap Aska, dalam hati dia berkata, 'Bocah ini pasti memanggilku 'tua bangka yang tidak mati-mati' dalam hatinya.'Akan tetapi, Keswan tidak mengatakannya. Kalau dikatakan dengan terus terang malah jadi tidak seru.Aska berjalan keluar dari Paviliun Rembulan, langsung menuju Istana Abadi."Kak Aska, kenapa kamu datang? Tumben sekali," tanya Anggi. Aska memang sangat jarang datang sendiri ke Istana Abadi mencarinya.Aska berkata, "Ada satu hal yang aku ingin minta tolong.""Baik!"Bagi Anggi, bisa membantu Aska adalah sebuah anugerah besar. Dia sangat bahagia mendengarnya.Melihat Anggi tersenyum sebahagia itu, Aska pun ikut senang. Hanya saja, begitu mengingat perasaan Zahra terhadap dirin

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1121

    Aska tersenyum. Jika dia masih tidak bisa melihat semua ini dengan jelas, berarti dia sia-sia telah hidup selama dua kehidupan."Siapa yang bilang kakek ini masih sangat muda?" Suara Keswan bergema lantang.Zahra menoleh dan melihat Keswan yang berambut putih berjalan masuk. Meski tetap berwibawa dan berjiwa seperti pertapa, tubuhnya sudah menunjukkan usia senja. Akan tetapi, Aska berbeda. Rambut putihnya, wajahnya yang tegas dan tampan bagaikan dewa yang turun ke dunia.Aska tersenyum. "Keswan memang masih muda, langkahnya masih lincah."Keswan tertawa pelan, lalu memberi salam pada Zahra dan duduk di hadapan Aska. Sekilas, dia melihat papan catur dan Buku Klasik Pegunungan dan Samudra yang tergeletak di atas meja. "Bagaimana ini? Sudah benar-benar mantap mau pergi jauh?"Aska mengangguk. Begitu Luis dan Anggi pergi, dia juga akan pergi."Jadi, Biro Falak ini benar-benar kamu serahkan pada Ishaq?" tanya Keswan.Aska menatapnya sambil tersenyum. "Bukankah masih ada Tuan Keswan?""Hah!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status