Share

Bab 10

Aвтор: Lilia
"Dika."

Luis mengambil sepotong kue talas dan memanggil pengawal rahasianya.

Seketika, angin serasa menerpa dan Dika sudah muncul di hadapan Luis sambil mengepal memberi hormat. "Ya, Pangeran?"

"Sewaktu Putri pulang ke Kediaman Suharjo, Putra Bangsawan Aneksasi sedang dijodohkan dengan Wulan."

Dika mengangguk. "Benar. Ada apa, Pangeran?"

Dika merasa heran, bukankah dia sudah melaporkan semuanya kepada Pangeran sekembalinya dari sana?

"Dia nggak menangis?"

"Pangeran, Putri nggak menangis." Dika merasa bingung. Rasanya pertanyaan hari ini berbeda dari Pangeran yang biasanya.

"Periksa lagi. Jangan sampai ada yang terlewat. Aku ingin tahu seberapa dalam perasaan Putri terhadap Satya."

Sambil berkata, Luis mengembalikan kue talas yang dia makan ke dalam piring, lalu menatap piring tersebut dengan kesal.

Dika tidak pernah mempertanyakan perintah dari Luis, jadi dia langsung keluar dari ruang baca untuk melaksanakannya.

Malam pun tiba.

Mina datang ke ruang baca untuk menyampaikan pertanyaan d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Sudrajat Eviarzio
harusnya si Dika ngasih tau kalau yg bikin ramuan itu Anggi bukan Wulan
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 11

    Wanita ini .... Sepasang matanya begitu jernih, seakan-akan mampu mengacaukan hati siapa pun. Wajahnya begitu memesona dan alami.Jika bukan karena dia telah menyelidikinya dan memastikan bahwa wanita ini adalah Nona Anggi dari Keluarga Suharjo, mungkin Luis sudah curiga bahwa dia hanyalah mata-mata yang dipersiapkan dengan sangat hati-hati.Atau lebih buruk lagi ....Mungkinkah dia adalah orang yang dikirim oleh Keluarga Suharjo atau Satya untuk memata-matainya? Luis memang lumpuh, tetapi pada akhirnya, dia tetap seorang pria normal.Jika dia terus membiarkan dirinya digoda oleh Anggi, siapa yang bisa menjamin bahwa dia masih bisa menahan diri kelak?Anggi berdiri diam, memperhatikan Luis yang mendorong roda kursinya menuju kamar mandi. Sesaat, dia merasa ragu. Tampaknya, Luis masih belum percaya padanya.Empat puluh lima menit kemudian.Luis keluar dari ruang mandi dengan pakaian yang rapi."Pangeran ...." Di dekat meja bundar, Anggi berdiri dengan sikap hati-hati. Sepasang matanya y

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 12

    Tunjukkan dengan baik, jangan mengacaukannya?Anggi meletakkan cangkir teh kembali ke meja bundar di luar sekat tipis. Dalam hati, dia berpikir bahwa Luis masih belum benar-benar percaya padanya. Luis pasti mengira dia hanya berakting.Karena itulah, dia menyuruhnya untuk menunjukkannya dengan baik, seolah-olah memperingatkan Anggi agar tidak mengacaukan rencananya sendiri. Memikirkan hal itu, Anggi tersenyum tipis.Setelah memadamkan lampu, dia melepas lapisan pakaiannya dan naik ke tempat tidur. Dalam keheningan, dia bertanya dengan suara lembut, "Pangeran, malam ini ... apakah kita masih mau ... mengerang?"Volume suaranya sangat kecil saat mengucapkan kalimat terakhir. Wajahnya memerah karena malu. Luis menjawab dengan nada dingin, "Putri sepertinya ketagihan ya?"Anggi tertegun. Siapa yang ketagihan sama suara itu? Bukannya Luis sendiri yang ketagihan? Anggi langsung terdiam dan tidak mau membahasnya lebih lanjut.Kepercayaan bukan sesuatu yang bisa didapatkan dalam satu malam. Di

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 13

    Bahkan Luis mulai meragukannya. Anggi begitu lembut dan tenang, seolah semua penderitaan dan ketidakrelaannya sebelum pernikahan hanyalah sebuah sandiwara. Sejak menikah, dia sangat patuh dan selalu menurut pada setiap ucapan Luis.Sampai ketika suatu hari, ibu kota dihujani salju pertama di musim dingin.Anggi duduk di tepi tempat tidur dan bersandar pada meja kecil di sampingnya sambil memperhatikan butiran salju yang turun dari langit.Saat itu, Mina masuk ke ruangan sambil membawa sekeranjang arang untuk menghangatkan ruangan. "Putri, Nona Wulan datang untuk menemui Anda."Wulan.Anggi menoleh dan menatap Mina dengan ekspresi yang langsung berubah. Wajahnya tampak pucat pasi. Jadi, bukan hanya Luis yang tahu bahwa dia adalah pengantin pengganti, bahkan Mina juga tahu?Mina melihat keterkejutan di wajahnya dan segera berkata, "Pangeran sudah memberi perintah. Mulai sekarang, Putri adalah satu-satunya nyonya di kediaman ini. Hamba tidak akan mengatakan apa pun di luar."Mina berhenti

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 14

    "Apa? Bukannya tadi dia lagi duduk sambil baca buku?" Wulan tampak tidak percaya.Apa-apaan sebenarnya Anggi ini?Sejak menikah ke kediaman Pangeran Selatan, tutur bicara dan kelakuannya jadi seperti orang yang berbeda. Kenapa rasanya … Anggi jadi bermusuhan dengannya?Benar juga! Anggi pasti menyimpan dendam karena dia menikahi pangeran yang cacat. Karena itulah, Anggi jadi sengaja bermusuhan dengannya!Mina tersenyum tipis. "Oh, Putri baru tidur, jadi hamba tidak berani mengganggunya.""Nggak berani mengganggunya?" Wajah Wulan langsung memerah. "Jangan-jangan, kamu yang bohong supaya Adik nggak menemuiku?" tanya Wulan dengan curiga dan nada menyalahkan.Di luar, Wulan terpaksa memanggil Anggi sebagai adik. Bagaimanapun juga, semua orang di luar percaya bahwa dirinyalah yang menikah dengan Pangeran Selatan!Namun, Mina hanya tersenyum tipis dengan ekspresi tak acuh. "Ini adalah Kediaman Pangeran Selatan, bukan tempat di mana sembarang orang bisa bertingkah sesuka hati. Nona, sebaiknya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 15

    Anggi sendiri yang tidak berkompeten karena tidak bisa mendapatkan kasih sayang Satya dan tidak bisa membantu keluarga Jenderal Musafir. Lalu, kenapa dia harus bersikap seolah dirinya yang paling dirugikan?"Nona ...." Fani mengingatkannya, "Apa kita benar-benar harus terus menunggu seperti ini? Jelas sekali dia sengaja nggak mau ketemu kita."Wulan memelototi Fani sekilas. Tentu saja dia tahu itu! Namun, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu? Dia dan Satya sudah menetapkan pertunangan dan sedang menunggu hari pernikahan.Di saat genting seperti ini, dia hanya bisa bersabar!Wulan menggenggam erat mantel bulunya sambil menggertakkan giginya. Kalau Anggi benar-benar tidak mau menemuinya hari ini, masih ada ayah dan kakak-kakaknya yang bisa membantunya mendapatkan keadilan!Sampai akhirnya, ketika waktu menunjukkan pukul empat sore, terdengar suara gerakan dari dalam ruangan. Pelayan yang bertugas di kamar pelayan pun segera melaporkan bahwa Anggi sudah bangun.Mina membawa Naira mas

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 16

    "Anggi!" Wulan mulai panik. "Kamu ... kenapa kamu ngomong begini!"Melihat Wulan yang mulai cemas, Anggi langsung mengerti semuanya. Sejak awal, neneknya memang tidak pernah menyukainya. Bahkan ketika Anggi membuat dupa penenang, neneknya bahkan tidak mau melihatnya sedikit pun.Kemudian, Wulan mengklaim bahwa dialah yang membuat dupa tersebut. Saat dupa itu berhasil menyembuhkan insomnia neneknya, Wulan langsung menjadi pahlawan besar di Keluarga Suharjo.Setelah itu, semua obat luka yang dia buat, selalu diserahkan kepada Wulan. Kemudian, Wulan menyerahkannya kepada Ayah dan kakak-kakaknya.Wulan punya banyak kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran. Namun, dia tidak pernah melakukannya. Tujuannya sangat jelas."Nggak ada lagi yang bisa dibicarakan. Aku nggak akan kasih kamu obat ini!" Anggi berdiri dan hendak mengusir tamu.Wulan berkata dengan panik, "Kakak! Kakak, apa yang harus kulakukan agar kamu mau memberiku dupa penenang?"Jika dia tidak bisa mendapatkan dupa itu, Nenek pasti

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 17

    Langit semakin gelap dan salju terus turun tanpa henti. Wulan dan Fani akhirnya mendapatkan botol dupa penenang itu dan segera meninggalkan Kediaman Pangeran, lalu naik ke dalam kereta kuda mereka.Wajah mereka berdua pucat pasi karena kedinginan."Nona Anggi keterlaluan sekali!" Saking kesalnya, Fani meneteskan air mata.Wulan juga merasa kesal, tetapi merasa tidak berdaya. Dia hanya berkata pada Fani, "Apa boleh buat? Aku masih membutuhkannya.""Tapi, bukankah Nona selama ini yang paling baik padanya? Di rumah, hanya Nona yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak kecil, tapi dia malah nggak tahu diri! Orang seperti dia yang nggak tahu berterima kasih pada keluarga sendiri, cepat atau lambat akan dihukum langit!""Dihukum langit?" Wulan melihat Fani. "Langit terlalu sibuk untuk mengurus dia .... Kecuali seseorang sengaja mengatur semuanya."Sengaja mengatur semuanya? Fani kebingungan.Sorot mata Wulan yang lembut selama ini, berkilat penuh kekejaman. "Setelah pulang nanti, suruh

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 18

    "Putri!" Melihat darah yang mengalir, hati Luis langsung mencelos. Pada saat inilah, dia baru menyadari bahwa pembunuh ini bukan suruhan Dika.Luis merangkul Anggi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berbalik dengan cepat dan menghantam dua pembunuh hingga terpental jauh. "Kamu nggak apa-apa?"Anggi mengerutkan alis. Tangannya menekan luka di bahunya dan wajahnya pucat menahan sakit. "Sakit sekali ...."Luis mengernyitkan alisnya. "Kalau tahu sakit, kenapa masih nekat menerjang ke depan?""Aku ... aku cuma takut mereka akan melukaimu," jawab Anggi dengan suara lemah.Kalau si tokoh antagonis mati di sini, lalu siapa yang bisa dia jadikan sekutu untuk menghancurkan dunia bobrok yang dibuat oleh si penulis sialan dan menggulingkan pasangan protagonis menjijikkan itu?"Kamu ... kamu cuma takut mereka akan melukaiku?" tanya Luis."Ya."Luis membuka mulutnya, seketika suasana hatinya dipenuhi emosi yang bercampur aduk. Selain para pengawal bayangannya, Anggi adalah orang pertama ya

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 190

    "Meong ... meong ...." Pir di pelukan Satya mengeong pelan dua kali. Satya segera menyodorkan kue kering di atas meja, tetapi kucing itu hanya mencium aromanya dan tidak menunjukkan minat untuk makan.Satya berkata, "Pir, kamu harus terus berusaha. Anggi sangat menyayangimu. Selama dia belum memberi keturunan untuk laki-laki itu, dia masih bisa menjadi majikanmu."Sambil berbicara, pandangan Satya terus tertuju ke arah Balai Pengobatan Afiat.Saat dia sedang mengawasi, terdengar suara langkah kaki. Pandi mendorong pintu dan masuk. "Tuan."Satya mengernyit. "Kenapa kamu di sini? Bukankah aku menyuruhmu memanggil dia?"Pandi menjawab, "Jangan panik, Tuan. Hamba sudah menyuruh seorang pengemis menyampaikan pesan. Kalau hamba yang pergi, sekalipun Nona Anggi ingin datang, dia pasti nggak berani, 'kan?"Kalau dipikir-pikir, itu memang masuk akal."Tuan, lihat." Pandi menunjuk ke arah pintu Balai Pengobatan Afiat. Seorang pengemis kecil benar-benar melangkah masuk.Tak lama kemudian, pengemi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 189

    "Kamu benar." Hal ini juga berlaku untuk wanita yang dia cintai. Tanpa kekuatan, bagaimana bisa dia melindungi wanita itu?Luis samar-samar merasa bahwa Anggi tidak merasa aman, jadi dia memeluk gadis itu lebih erat. "Kamu nggak perlu takut. Selama ada aku, aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi padamu.""Ya."Melawan takdir! Jalan ini sejak awal bukan jalan yang biasa, jadi dia harus mengerahkan segala kemampuan untuk memperjuangkannya. Apa pun hasilnya nanti, setidaknya dia tidak hanya duduk menunggu kematian.Hanya dengan melihat Wulan dan Satya benar-benar tidak bisa bangkit kembali, Anggi baru bisa benar-benar merasa tenang.Dari ucapan Anggi, Luis bisa menangkap satu hal. Anggi masih sangat berwaspada terhadap Wulan dan Satya.Bukan hanya Anggi, bahkan Luis sendiri pun tidak bisa merasa tenang terhadap Keluarga Pangeran Aneksasi.Dia memeluk Anggi erat sepanjang malam, tanpa sepatah kata pun.Keesokan harinya, Anggi keluar dari kediaman. Dia tahu betul apa yang menjadi tujuan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 188

    Sudah sejauh itu ....Sudut bibir Luis melengkung sedikit. "Yang kamu katakan benar. Aku yang sudah membebanimu."Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya, tetapi dia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Dia ingin menguasai Anggi sepenuhnya. Dia takut jika dirinya berkedip sedikit saja, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Keinginan untuk memiliki itu bisa membuatnya gila kapan saja.Mungkin karena selama empat tahun terakhir ini, dia sudah terbiasa melihat tatapan orang-orang yang penuh kepentingan. Para gadis bangsawan yang dulu memujanya, semua menghindarinya setelah dia jatuh.Hanya Anggi yang berbeda. Saat menikah dengannya, memang Anggi tidak rela. Namun, setelah itu, meskipun hanya pura-pura, Anggi melakukannya dengan cara yang membuat Luis merasa nyaman.Empat tahun lalu, Anggi menyelamatkan nyawanya. Empat tahun kemudian, dia menyembuhkan cederanya, memulihkan kakinya, seakan-akan dia adalah dewi yang dikirim dari langit untuk menyelamatkannya.Malam itu, yang t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 187

    Bahkan, Luis berkata, "Lihat saja, Satya itu pria berengsek yang gampang kasihan sama perempuan mana pun!""Beri tahu Pangeran, aku sudah tahu," kata Anggi sambil tersenyum pada Torus.Torus berdeham pelan, lalu membungkuk sopan, "Pangeran masih menitipkan satu kalimat lagi untuk disampaikan kepada Putri."Anggi menatap Torus, kira-kira pesan apa lagi?Torus tersenyum. "Pangeran bilang, Satya punya hati yang besar. Setiap gadis ingin dia lindungi. Tapi, Pangeran berbeda. Pangeran hanya peduli pada Putri seorang.""Ah ...." Bibir Anggi bergerak sedikit. Dia sungguh tak menyangka Luis bisa mengatakan hal semacam itu."Pangeran mengingatkan, dia berbeda dari Satya dan hanya peduli pada Putri seorang," ulang Torus, lalu pergi.Di samping, Mina menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Ketika Anggi menoleh, Mina pura-pura sibuk, mengambil kain dan mulai mengelap meja, sambil berkata, "Pangeran benar-benar baik pada Putri.""Memang baik, tapi sepertinya dia nggak terlalu percaya pa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 186

    "Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 185

    Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 184

    Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 183

    "Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 182

    Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status