Share

Bab 14

Author: Lilia
"Apa? Bukannya tadi dia lagi duduk sambil baca buku?" Wulan tampak tidak percaya.

Apa-apaan sebenarnya Anggi ini?

Sejak menikah ke kediaman Pangeran Selatan, tutur bicara dan kelakuannya jadi seperti orang yang berbeda. Kenapa rasanya … Anggi jadi bermusuhan dengannya?

Benar juga! Anggi pasti menyimpan dendam karena dia menikahi pangeran yang cacat. Karena itulah, Anggi jadi sengaja bermusuhan dengannya!

Mina tersenyum tipis. "Oh, Putri baru tidur, jadi hamba tidak berani mengganggunya."

"Nggak berani mengganggunya?" Wajah Wulan langsung memerah. "Jangan-jangan, kamu yang bohong supaya Adik nggak menemuiku?" tanya Wulan dengan curiga dan nada menyalahkan.

Di luar, Wulan terpaksa memanggil Anggi sebagai adik. Bagaimanapun juga, semua orang di luar percaya bahwa dirinyalah yang menikah dengan Pangeran Selatan!

Namun, Mina hanya tersenyum tipis dengan ekspresi tak acuh. "Ini adalah Kediaman Pangeran Selatan, bukan tempat di mana sembarang orang bisa bertingkah sesuka hati. Nona, sebaiknya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 15

    Anggi sendiri yang tidak berkompeten karena tidak bisa mendapatkan kasih sayang Satya dan tidak bisa membantu keluarga Jenderal Musafir. Lalu, kenapa dia harus bersikap seolah dirinya yang paling dirugikan?"Nona ...." Fani mengingatkannya, "Apa kita benar-benar harus terus menunggu seperti ini? Jelas sekali dia sengaja nggak mau ketemu kita."Wulan memelototi Fani sekilas. Tentu saja dia tahu itu! Namun, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu? Dia dan Satya sudah menetapkan pertunangan dan sedang menunggu hari pernikahan.Di saat genting seperti ini, dia hanya bisa bersabar!Wulan menggenggam erat mantel bulunya sambil menggertakkan giginya. Kalau Anggi benar-benar tidak mau menemuinya hari ini, masih ada ayah dan kakak-kakaknya yang bisa membantunya mendapatkan keadilan!Sampai akhirnya, ketika waktu menunjukkan pukul empat sore, terdengar suara gerakan dari dalam ruangan. Pelayan yang bertugas di kamar pelayan pun segera melaporkan bahwa Anggi sudah bangun.Mina membawa Naira mas

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 16

    "Anggi!" Wulan mulai panik. "Kamu ... kenapa kamu ngomong begini!"Melihat Wulan yang mulai cemas, Anggi langsung mengerti semuanya. Sejak awal, neneknya memang tidak pernah menyukainya. Bahkan ketika Anggi membuat dupa penenang, neneknya bahkan tidak mau melihatnya sedikit pun.Kemudian, Wulan mengklaim bahwa dialah yang membuat dupa tersebut. Saat dupa itu berhasil menyembuhkan insomnia neneknya, Wulan langsung menjadi pahlawan besar di Keluarga Suharjo.Setelah itu, semua obat luka yang dia buat, selalu diserahkan kepada Wulan. Kemudian, Wulan menyerahkannya kepada Ayah dan kakak-kakaknya.Wulan punya banyak kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran. Namun, dia tidak pernah melakukannya. Tujuannya sangat jelas."Nggak ada lagi yang bisa dibicarakan. Aku nggak akan kasih kamu obat ini!" Anggi berdiri dan hendak mengusir tamu.Wulan berkata dengan panik, "Kakak! Kakak, apa yang harus kulakukan agar kamu mau memberiku dupa penenang?"Jika dia tidak bisa mendapatkan dupa itu, Nenek pasti

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 17

    Langit semakin gelap dan salju terus turun tanpa henti. Wulan dan Fani akhirnya mendapatkan botol dupa penenang itu dan segera meninggalkan Kediaman Pangeran, lalu naik ke dalam kereta kuda mereka.Wajah mereka berdua pucat pasi karena kedinginan."Nona Anggi keterlaluan sekali!" Saking kesalnya, Fani meneteskan air mata.Wulan juga merasa kesal, tetapi merasa tidak berdaya. Dia hanya berkata pada Fani, "Apa boleh buat? Aku masih membutuhkannya.""Tapi, bukankah Nona selama ini yang paling baik padanya? Di rumah, hanya Nona yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak kecil, tapi dia malah nggak tahu diri! Orang seperti dia yang nggak tahu berterima kasih pada keluarga sendiri, cepat atau lambat akan dihukum langit!""Dihukum langit?" Wulan melihat Fani. "Langit terlalu sibuk untuk mengurus dia .... Kecuali seseorang sengaja mengatur semuanya."Sengaja mengatur semuanya? Fani kebingungan.Sorot mata Wulan yang lembut selama ini, berkilat penuh kekejaman. "Setelah pulang nanti, suruh

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 18

    "Putri!" Melihat darah yang mengalir, hati Luis langsung mencelos. Pada saat inilah, dia baru menyadari bahwa pembunuh ini bukan suruhan Dika.Luis merangkul Anggi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berbalik dengan cepat dan menghantam dua pembunuh hingga terpental jauh. "Kamu nggak apa-apa?"Anggi mengerutkan alis. Tangannya menekan luka di bahunya dan wajahnya pucat menahan sakit. "Sakit sekali ...."Luis mengernyitkan alisnya. "Kalau tahu sakit, kenapa masih nekat menerjang ke depan?""Aku ... aku cuma takut mereka akan melukaimu," jawab Anggi dengan suara lemah.Kalau si tokoh antagonis mati di sini, lalu siapa yang bisa dia jadikan sekutu untuk menghancurkan dunia bobrok yang dibuat oleh si penulis sialan dan menggulingkan pasangan protagonis menjijikkan itu?"Kamu ... kamu cuma takut mereka akan melukaiku?" tanya Luis."Ya."Luis membuka mulutnya, seketika suasana hatinya dipenuhi emosi yang bercampur aduk. Selain para pengawal bayangannya, Anggi adalah orang pertama ya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 19

    "Lalu kenapa dia masih belum sadar?"Faisal menjawab, "Pil penawar baru saja diminum. Sebelum jam 11 malam, dia pasti akan sadar."Mendengar jawaban Faisal yang yakin, entah mengapa Luis merasa lega. Sampai sekarang, dia masih merasa agak linglung. Mengapa Anggi, seorang Wanita yang begitu mencintai Putra Bangsawan Aneksasi, rela mengadang tebasan pedang demi dirinya?Memikirkan hal itu, Luis mengepalkan tangannya dengan erat. Dia merasa menyesal karena telah menguji Anggi di saat kritis seperti itu ….Setelah menyampaikan beberapa pesan yang harus diperhatikan, Faisal pun Kembali ke istana.Setelah Faisal pergi, Dika masuk ke ruangan dan berlutut di hadapan Luis. "Pangeran, hamba bersalah. Hamba mengira …."Luis mengulurkan tangannya untuk mencegah Dika melanjutkan perkataannya. Dia hanya berkata, "Selidiki, siapa yang punya nyali sebesar itu!" Berani-beraninya mereka menyerang istrinya."Baik, Pangeran."Begitu Dika pergi, Luis menyuruh semua pelayan di ruangan itu untuk bubar. Dia d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 20

    "Tidak ada, Pangeran.""Apa Putri pernah menyinggung seseorang?"Dika menjawab, "Di kalangan perempuan, yang bisa menjadi musuhnya kemungkinan besar hanya orang-orang di dalam rumah tangga. Lagi pula, bukankah sebelumnya Wulan datang menemui Putri dan dipermalukan olehnya?"Jari Luis mengetuk-ngetuk pegangan kursi rodanya, matanya tampak dingin. "Wulan ...."Bagaimanapun juga, Anggi adalah putri sulung Keluarga Suharjo. Namun, di keluarganya sendiri, Anggi tidak diperlakukan dengan baik. Bisa dibayangkan betapa sulit hidupnya selama ini."Awasi Keluarga Suharjo dengan ketat, terutama Wulan. Jangan biarkan satu petunjuk pun terlewatkan!""Baik!"....Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.15 malam.Melihat Anggi masih belum sadarkan diri, Luis merasa khawatir dan segera memerintahkan seseorang untuk memanggil Faisal.Faisal berkata, "Pangeran jangan cemas, demam Putri sudah turun. Tadi saya telah memeriksa nadinya dan menemukan bahwa semua kondisi vitalnya telah pulih seperti semula.""Lalu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 21

    Anggi hampir mengucapkan sesuatu. Namun, sebelum sempat berbicara, Luis sudah lebih dulu berkata, "Pikirkan baik-baik, sebaiknya kamu jangan berani bohongi aku!""Hamba tidak berani, hamba tidak berhubungan baik sama Wulan."Tidak berhubungan baik, artinya mereka bermusuhan."Baik, aku mengerti." Sebelumnya, dia berniat mencari kesempatan untuk membunuh semua anggota Keluarga Suharjo, termasuk Anggi. Namun saat ini, dia memutuskan bahwa terlepas dari apakah Anggi pernah menyelamatkannya atau tidak, dia akan membiarkan Anggi hidup.Luis mendorong kursi rodanya keluar dan memanggil Mina untuk masuk dan melayaninya. Anggi menatap ke arah kepergiannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Luis mengatakan bahwa dia mengerti.Namun, apa yang sebenarnya dia pahami?Setelah masuk ke ruangan, Mina berkata kepada Anggi, "Putri, tabib mengatakan bahwa Anda terluka, jadi sebaiknya makan makanan yang lebih hambar. Hamba telah menyiapkan bubur sayuran dengan daging tanpa lemak serta sup biji teratai.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 22

    Malam hari, salju turun lagi dengan lebatnya. Butiran salju jatuh berhamburan, menutupi ranting-ranting pohon.Anggi berbaring di ranjang sambil berpikir dalam hati, 'Setelah kejadian ini, Luis seharusnya akan percaya padaku, bukan?'Saat dia masih merenung, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Sepertinya Luis datang. Dia segera menutup matanya dan berpura-pura tidur.Tak lama kemudian, embusan angin dingin menyelinap masuk ke ruangan, diikuti suara roda kursi yang berhenti di samping tempat tidurnya. Setelah terdengar suara yang gemerisik sejenak, seorang pria naik ke atas ranjang."Putri." Suaranya dingin dan tenang.Anggi terkejut. Kenapa Luis memanggilnya? Apakah dia harus membuka mata?"Saat salju ini reda, ikutlah bersamaku ke istana untuk menemui Ayahanda dan Ibunda."Luis benar-benar sedang bicara padanya! Anggi tidak bisa lagi berpura-pura tidur. Dia membuka matanya dengan agak canggung. "Saya akan mengikuti perintah Pangeran."Anggi terlihat begitu patuh. Tatapan matanya yang

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 178

    "Benar, kali ini berbeda dari biasanya. Dia berpakaian mewah, membawa banyak pelayan dan penjaga. Jelas sekali, dia datang dengan persiapan," ujar Mina dengan tenang.Anggi mengernyit, lalu bangkit dengan anggun. "Aku penasaran, apa yang ingin dia lakukan hari ini."Begitu Anggi keluar, semua orang langsung menyambutnya dengan hangat, memanggilnya dengan hormat, "Salam sejahtera, Putri!"Sekilas, Anggi langsung melihat Wulan, yang saat itu menatapnya dengan tatapan cerah dan bibir menyunggingkan senyuman tipis. Alis yang sedikit terangkat pun membuatnya terlihat angkuh.Anggi membisikkan beberapa instruksi kepada Mina, lalu kembali masuk ke ruangan.Mina merapikan ekspresinya, lalu berjalan ke depan Wulan. Dia membungkuk sedikit dan berkata, "Silakan masuk, Putri."Anggi secara langsung mengizinkan Wulan memotong antrean. Siapa yang berani protes? Namun, hari itu tanggal 7. Waktu pengobatan gratis sangat berharga dan antreannya sangat panjang.Dengan senyuman di wajah, Wulan memutar me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 177

    "Tapi, Fani sekarang bahkan nggak bisa bicara lagi ....""Nggak apa-apa, yang penting dia masih hidup."Wulan pun berpura-pura menunjukkan empati yang dalam. "Benar, untung dia masih hidup."Sunaryo terdiam sejenak, lalu menatap Wulan dan bertanya dengan serius, "Kali ini setelah kamu berhasil lolos, sebenarnya kamu bisa saja pergi mencari Satya, 'kan?" Dia sedang menguji.Mendengar pertanyaan itu, hati Wulan tetap goyah. Namun, dia mengenal Satya dengan baik dan tahu Burhan pasti tidak akan mengizinkan Satya menikahi wanita yang sudah ternodai.Dia menggeleng pelan. "Nggak. Seumur hidupku ini, aku hanya akan ikut denganmu.""Aku?" Mata Sunaryo langsung berbinar. Takdir Wulan itu bisa membantunya mencapai semua ambisinya dengan cepat! Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya peluang datang juga!"Hanya kamu," jawab Wulan dengan mantap."Kamu tahu kenapa aku selalu menahan diri dan nggak berani melangkah lebih jauh, padahal aku begitu mencintaimu?""Aku ... nggak tahu.""Selain karena

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 176

    "Ada apa?" tanya Sunaryo.Wulan menggeleng. Di benaknya, perasaan terhadap Satya hampir tak tersisa sedikit pun. Dia masih mengingat jelas hari dia menikah dan masuk ke Kediaman Pangeran Pradipta.Anggi mengobrol dengan Parlin, menyiratkan bahwa dia dan Satya punya hubungan yang tak biasa. Tak lama setelah itu, Satya memberikan uang dalam jumlah besar kepada Parlin agar memperlakukannya dengan baik.Hah, memperlakukannya dengan baik? Tidak peduli bagaimana dia menjelaskan, tak pernah cukup untuk menghapus kecurigaan Parlin.Jadi, di hari kedua setelah pernikahan, dia dipaksa melayani Parlin dan dua tamunya. Kini jika diingat kembali, semuanya terasa menjijikkan.Untungnya, Parlin sekarat sekarang.Wulan memandang Sunaryo. "Apa kamu ... jijik padaku?"Sunaryo merapikan helaian rambut di dahinya. "Bagaimana mungkin?"Dengan berani, Wulan memeluk pinggang pria itu. "Benarkah?""Benar.""Kalau begitu, kita ....""Jangan terburu-buru, pria tua itu belum mati."Wulan terlihat agak kecewa. Pa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 175

    Reputasi? Dengan pasangan selingkuh keji ini di Kediaman Pangeran, Parlin sudah tidak memiliki harga diri. Reputasi apa lagi yang tersisa?Meski begitu, Parlin masih tidak mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi. Dia menatap Sunaryo dan bertanya, "Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"Selama ini, Parlin tidak mengerti mengapa putra satu-satunya bertindak sekejam ini padanya.Sunaryo terdiam sejenak. Melihat ini, Wulan langsung waswas. Khawatir Sunaryo akan menyesal, dia segera berkata, "Jangan tanya lagi. Dia malu karena kamu begitu bermuka tembok.""Benarkah?" tanya Parlin lagi. Mungkin karena kondisinya terlalu lemah, dia tidak sanggup menopang dirinya terlalu lama dan kembali ambruk ke tempat tidur. "Benarkah begitu?"Kali ini, Sunaryo tidak hanya diam. Dia mengangguk dan berkata, "Ya.""Kenapa?" tanya Parlin."Karena kamu terlalu bejat, karena kamu membunuh ibundaku. Kalau bukan karena kamu, ibundaku nggak mungkin bunuh diri!" balas Sunaryo.Parlin berkata, "Dia bunuh diri ka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 174

    Setelah melihat Luis mengangguk, Dika berkata pada Torus, "Kamu tahu kalau Putri juga merawat kaki Pangeran, 'kan?""Semua orang di Kediaman Pangeran juga tahu." Torus berpikir sejenak, lalu melanjutkan, "Semua orang di ibu kota tahu kalau Putri merawat kaki Pangeran, tapi orang-orang di Balai Pengobatan Kekaisaran saja nggak berdaya. Apa ... apa jangan-jangan Putri juga sudah membuat kemajuan dengan perawatan kaki Pangeran?""Akhirnya kamu mengerti," ucap Dika.Torus merasa dirinya dianaktirikan. Bagaimana dia bisa jadi orang terakhir yang mengetahui hal sebesar itu?Luis tiba-tiba berdiri. Sambil menumpukan kedua tangannya di meja, dia berkata pada kedua bawahannya, "Hari ini aku juga baru sadar bisa berjalan dua hingga tiga langkah tanpa kruk."Sambil bicara, Luis berjalan beberapa langkah mengitari meja.Dika dan Torus membungkuk dalam-dalam sambil berkata, "Selamat, Pangeran. Selamat, Pangeran!""Putri belum mengetahui hal ini, jadi tutup mulut kalian," pesan Luis."Siap, Pangeran

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 173

    "Aku hampir nggak bisa bernapas," ucap Anggi dengan lirih.Luis terkekeh-kekeh, lalu menempelkan dahinya ke dahi gadis itu. Sambil bertatapan, dia berkata, "Nggak akan, aku akan hati-hati supaya nggak membahayakan Gigi." Siapa yang akan mati hanya karena berciuman?"Aku sudah mencicipinya, rasanya manis, manis sekali. Suapi aku dengan cara seperti ini lagi, oke?" pinta Luis dengan penuh harap.Luis ingin perlahan-lahan menggantikan posisi Satya di hati Anggi. Mungkin obsesinya dalam hidup ini bukanlah tahta, tetapi cinta tulus dari gadis di depannya.Anggi tidak menjawab. Namun, ketika Luis membawakan ceri baru, gadis itu membuka mulutnya dan menatapnya dengan sorot menggoda, menunggu Luis mengambil buah itu lagi.Luis melepas topengnya sambil tersenyum. Masih ada beberapa bekas luka di wajah pria yang berada tepat di depan Anggi. Namun, mata, hidung mancung, dan kontur wajahnya sangat sempurna.Anggi tahu, wajah pria ini akhirnya akan pulih 80% hingga 90% dari keadaan semula.Wajah Lu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 172

    Anggi membuka mulutnya, tetapi tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Setelah beberapa saat, dia berujar, "Aku mana berani mengontrol Pangeran?""Harus berani. Kalau nggak, hari-hari mendatang akan sangat membosankan," bujuk Luis.Anggi menatap pria itu. Apa dia serius? Bagaimana Luis bisa sebaik itu, begitu memanjakannya?Bak sedang sakit, jantung Anggi berdetak kencang. Begitu kencang hingga rasanya seperti hendak melompat keluar dari dadanya."Ya?" desak Luis.Anggi menjawab dengan wajah tersipu, "Aku hanya ingin melayani Pangeran dengan baik. Aku nggak berani melewati batas.""Baiklah, baiklah," kata Luis. Dia merasa mungkin sebaiknya dia tidak mendesak. Akan lebih baik jika Gigi melakukannya secara alami.Pada akhir bulan Maret, Luis pulang dari pengadilan dengan membawa hadiah.Melihat sekeranjang ceri merah yang tumbuh dua-tiga butir dalam satu tangkai, Anggi berucap kaget, "Nggak terasa, ceri-ceri ini sudah masak.""Ya, ceri merah ini segar, lembut, enak, dan manis. Kupikir

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 171

    "Baik. Biar aku antar, Pangeran," ujar Jelita sambil mengantar Parlin ke pintu.Jelita berdiri di dekat pagar. Setelah melihat Parlin sudah pergi jauh, dia baru menghela napas lega. Begitu berbalik, dia melihat Sunaryo berdiri di dalam kamar."Kapan Putra Bangsawan datang?" tanya Jelita sambil berjalan mendekat. Matanya bersinar lembut. Dia ingin menyerbu ke pelukan Sunaryo, tetapi akhirnya menahan diri.Sunaryo menarik Jelita ke dalam dekapannya dan berkata, "Waktu kamu mengantar dia dengan penuh cinta.""Siapa yang penuh cinta?" bantah Jelita."Aku sampai cemburu," ujar Sunaryo."Omong kosong, aku hanya berpura-pura," kata Jelita.Sunaryo bertanya sambil melingkarkan lengannya di pinggang gadis cantik itu, "Apa Jelita juga berpura-pura di depanku sekarang?" Air mata Jelita berjatuhan di pipinya saat dia menjawab, "Aku sudah berkorban banyak demi Putra Bangsawan, tetapi Putra Bangsawan masih nggak memercayaiku.""Aduh, jangan menangis, jangan menangis. Aku percaya padamu," bujuk Suna

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 170

    Fani terbelalak tidak percaya. Sejurus kemudian, dia menopang dirinya dan bersujud pada gadis di atas ranjang. Mulutnya mengeluarkan suara tidak jelas, bersumpah setia pada tuan barunya.Gadis itu tersenyum ramah dan berkata, "Jangan bicara lagi, aku nggak mengerti satu kata pun. Aku akan minta Riki membuatkanmu obat. Minumlah nanti, lalu oleskan ini di lidahmu."Si gadis memberikan sebotol obat pada Fani dan menambahkan, "Kamu harus sembuh."Fani bersujud lagi. Ya, dia harus sembuh! Dengan tuan sebaik ini, dia pasti segera sembuh dan melayaninya dengan baik.Saat botol obat itu sampai di tangannya, Fani mendapatinya sangat familier. Bukannya ini salep yang dijual di Balai Pengobatan Afiat?Tangan Fani yang memegang botol obat itu bergetar. Dia merasa sedih dan diperlakukan dengan tidak adil.Ketika mendengar perintah Pratama untuk memotong lidah Fani dan menjualnya, dia langsung pingsan, bahkan sebelum sempat memohon ampun. Dia terbangun di Balai Lelang, dengan rasa sakit yang menyiks

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status