แชร์

Bab 193

ผู้เขียน: Lilia
Hanya karena satu kalimat itu, Satya langsung kembali percaya diri, "Benar, benar! Dia itu cuma orang cacat!" Selama Anggi bukan orang bodoh, dia pasti tahu harus berdiri di pihak siapa!

Dengan membantu Satya mencapai tujuannya, hanya Satya yang bisa memberikan masa depan dan kebahagiaan untuk Anggi kelak.

Pandi berkata, "Benar. Tapi hari ini, cara Nona Anggi bisa keluar dari situasi rumit itu rasanya terlalu kebetulan. Luis itu bukan orang bodoh. Bisa jadi anak buahnya berada di tengah keramaian. Bagaimana kalau Pangeran Selatan menyulitkan Nona Anggi?"

Bagaimana?

Satya sendiri juga tidak tahu jawabannya.

"Semuanya sudah ditakdirkan. Dia nggak sebodoh itu. Dia pasti tahu bahwa hanya aku yang bisa memberinya masa depan yang gemilang!" Satya mengibaskan lengan bajunya sambil berkata, "Ayo pulang!"

"Baik." Pandi langsung menjawab dan buru-buru kembali ke dalam ruang VIP untuk membawa Pir.

Selama bertahun-tahun mengikuti Satya, dia tahu bahwa tuannya adalah orang yang berambisi. Awalnya d
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 194

    "Tapi, mereka nggak pernah peduli padaku. Jadi, mereka juga bukan kakakku," gumam Anggi pelan.Mina tertegun sejenak. "Ampuni hamba, Putri. Hamba telah lancang." Putri terlalu ramah, sampai-sampai Mina hampir lupa dirinya hanyalah seorang pelayan.Anggi memandangnya dan tersenyum. "Nggak apa-apa. Di kediaman Pangeran ini, aku harus berterima kasih padamu karena masih sering mau bicara denganku.""Putri terlalu memuji. Semua ini hanya karena perintah Pangeran, hamba hanya menjalankan tugas."Hanya saja, meski Pangeran begitu mencintai Putri, entah mengapa sorot mata Putri tetap terlihat kesepian ...."Setidaknya, kamu nggak pernah berniat untuk menyulitkanku," ucap Anggi sambil menurunkan tirai kereta. "Akhir-akhir ini, Keluarga Suharjo memang agak tenang, tapi setelah mereka kembali ... mungkin aku harus bersiap-siap untuk menghadapi masalah baru."Mina membuka mulutnya, lalu bertanya, "Putri benar-benar nggak mau berdamai dengan Keluarga Suharjo?"Anggi menatapnya. Dia tahu, apa pun y

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1

    "Jangan!!!"Rasa sakit yang luar biasa membuat Anggi Suharjo terbangun dari mimpi buruknya.Warna merah mendominasi pemandangan di depan matanya. Suara lembut dan aroma lilin yang sedang menyala, menyebar ke seluruh ruangan tempat Anggi berada. Anehnya, rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang.Anggi terpana melihat pemandangan di hadapannya. Yang paling menyita perhatiannya adalah tulisan "Pesta Nikah" yang terpasang di balik lilin.Tanpa sadar, Anggi menunduk dan mendapati dirinya sedang memakai gaun pernikahan. Gaun pernikahan ini awalnya dia jahit untuk adik perempuannya, Wulan Suharjo. Dia tidak menyangka, gaun yang sudah dijahit selama tiga tahun itu akhirnya dipakai untuk pernikahan sendiri.Terlebih lagi, suaminya adalah Luis Giandra sang Pangeran Selatan yang reputasinya buruk.Pada awalnya, Luis adalah ahli perang yang terkenal di Negeri Cakrabirawa. Dalam perang tiga tahun yang lalu, dia dikhianati oleh bawahannya dan dihadapkan dengan situasi kritis. Walaupun dia berhasil lo

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 2

    Anggi baru bereaksi kembali setelah menatap lama Luis yang terbaring di tempat tidur.Dia jadi merasa serba salah. Apakah dirinya harus naik ke tempat tidur ... atau tidak?Dilihat dari sikapnya, Luis tidak bermaksud menyentuh Anggi. Namun kalau Dariani memeriksa besok pagi dan mendapati mereka tidak berseranjang, Dariani mungkin akan marah."Kemari." Saat Anggi sedang memusingkan masalah ini, pria yang ada di atas tempat tidur itu berseru dengan acuh tidak acuh.Jantung Anggi berdegup kencang. Dia menggenggam gaun pengantin dan mendekat pelan-pelan. Saat Anggi tiba di tempat tidur, Luis tiba-tiba berbalik menghadapnya dan mengayunkan tangan untuk memadamkan lilin.Dalam sekejap, kamar itu menjadi gelap.Detik berikutnya, sebuah tangan menggenggam pergelangan Anggi dan menjatuhkannya di atas ranjang. Anggi berteriak, lalu mendapati dirinya telah jatuh ke dalam sebuah pelukan hangat.Luis menatap Anggi yang tampak kurus, tapi berbentuk badan bagus itu. Jantung wanita yang terbaring dala

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 3

    "Obat ini seharusnya cukup efektif." Anggi mengambil sebotol salep berwarna putih dan mengorek sedikit dengan jarinya, lalu mengoleskannya di atas luka Luis.Tanpa sadar, Luis mengernyit. Namun hanya sebentar saja, perasaan segar dan dingin menutupi lukanya.Ekspresi Luis sedikit berubah. Tanpa sadar, dia menatap Anggi.Anggi sedang memusatkan perhatiannya pada luka Luis. Dia mengerucutkan mulut dan meniup luka itu dengan pelan. Detik kemudian, seolah-olah menyadari sikapnya terlalu lancang, Anggi pun berhenti dengan canggung.Luis merasa, wanita di depan ini sangat mirip dengan seseorang dalam ingatannya. Terutama efek obatnya ....Namun, Luis hanya mengernyit dan tidak berkata apa-apa.Setelah selesai merawat luka Luis, Anggi mengajak Luis untuk memberi salam pada Dariani.Kaisar mengizinkan Dariani untuk tinggal selama tiga hari di Kediaman Pangeran Selatan untuk memantau prosesi pernikahan Luis. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Kaisar terhadap Dariani sehingga bisa men

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 4

    "Kenapa kamu pulang?" Pratama bertanya dengan kesal.Untuk sekilas, Anggi merasa sedih. Sekalipun dirinya sudah pernah mati dan tahu benar keluarganya tidak menyayanginya, sikap Pratama tetap membuatnya kecewa.Pria ini adalah ayah yang dia hormati sejak kecil. Namun, Pratama malah melemparkan pandangan kesal dan jijik terhadap Anggi.Anggi menebak dalam hati, mungkin ayahnya geram karena kemunculannya merusak acara perjodohan Wulan?Saat ini Satya juga mengernyit, seperti tidak mengindahkan kemunculan Anggi.Kemungkinan besar, semua anggota Keluarga Suharjo tidak menduga Anggi akan kembali dengan hidup-hidup setelah menikah ke Kediaman Pangeran Selatan.Bagaimanapun, sepanjang sejarah, siapa pun yang menikah dengan Luis yang kejam itu, jasadnya akan dilempar keluar keesokan harinya."Ucapan Ayah aneh sekali, kenapa aku nggak boleh pulang? Ini jadwal kepulanganku ke rumah orang tua setelah menikah. Apa Ayah lupa?" Anggi berdiri tegak dan menyapukan pandangan ke semua orang yang berada

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 5

    "Memahami? Atas dasar apa?" Anggi melirik Wulan dengan sinis.Wulan sama sekali tidak menyangkan Anggi akan menjawab seperti ini. Setelah tercengang beberapa saat, Wulan menambahkan dengan sedih, "Kakak masih marah padaku, ya? Apa yang harus aku lakukan biar Kakak bisa memaafkanku?"Anggi tidak menjawab, melainkan cuma memandang Wulan dengan ekspresi datar.Wulan menyeka air matanya. "Apa Kakak harus memaksaku hingga mati? Aku tahu, Ayah dan Ibu menyayangiku sejak kecil, begitu juga para kakak laki-laki lainnya.""Walaupun semuanya agak mengabaikan Kakak, Kakak tetap anggota Keluarga Suharjo, bukan? Lagi pula, pernikahan Kakak dengan Pangeran Selatan juga bukan hal buruk. Bagaimanapun, dia adalah bagian dari kerajaan yang statusnya terhormat.""Kalau Kakak marah karena aku dijodohkan dengan Kak Satya, aku ... aku boleh membatalkan perjodohan ini. Asalkan Kakak senang." Sambil berkata, tubuh lemah Wulan terhuyung.Anggi mengernyit. Dia merasa ada yang tidak beres.Tidak mungkin Wulan be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 6

    Setelah merapikan kotak yang dia bawa dari rumah, Anggi mengeluarkan sebuah buku medis.Plak, plak ....Jendela dalam ruangan bergetar karena ditiup angin dingin.Anggi menggerak-gerakkan bahunya secara refleks dan berdiri untuk menutup jendela itu."Putri, apa yang terjadi?"Seorang pelayan bertanya dari luar kamar."Bukan apa-apa," jawab Anggi. Saat meletakkan buku medisnya, dia baru menyadari bahwa hari sudah gelap.Luis di mana? Kenapa belum pulang?Anggi lalu berjalan ke luar kamar.Pelayan yang menjaga di luar kamar lekas memberi hormat. "Putri." Pelayan itu berusia sekitar 15 atau 16 tahun. Rambutnya dikuncir dua dan dia mengenakan baju berwarna merah muda."Apa Pangeran ... keluar rumah?" Anggi terus menunggu kepulangannya.Pelayan itu menjawab dengan sopan, "Izin menjawab, Putri. Pangeran seharusnya berada di ruang baca."Artinya, Luis tidak keluar.Benar juga. Kakinya tidak terlalu lincah. Kalau tidak terpaksa, seharusnya Luis tidak akan keluar rumah.Setelah menguap, Anggi m

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 7

    Mendengar ucapan Luis, Anggi mendongak dan menatap lekat pria di atas ranjang. Dia lalu membalas, "Saya paham."Baru selesai berkata, wajah Anggi lantas memerah.Setelah berpikir sebentar, Luis menambahkan, "Bajunya juga harus dilepas."Usai berkata, Luis langsung berbaring. Kedua tangannya diletakkan di depan dada, gayanya sangat tenang.Namun, seberapa banyak yang harus Anggi lepas? Luis tidak memberi arahan lainnya.Dia menunduk dan menggigit bibir, lalu menanggalkan pakaian luarnya hingga tersisa baju dalam.Setelah memadamkan lilin, ruangan itu menjadi gelap gulita.Anggi terpaksa merangkak mendekati kaki Luis untuk menaiki tempat tidur itu.Dalam cerita asli di novel, semua wanita yang menikah dengan Luis adalah mata-mata sehingga semuanya berakhir dibunuh.Namun, Luis bukanlah orang kejam seperti yang dirumorkan di luar sana. Dia pasti punya alasan tersendiri saat menyuruh Anggi berteriak.Walaupun Anggi belum tahu alasannya.Setelah memakai selimut ... Anggi berdeham sebentar,

บทล่าสุด

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 194

    "Tapi, mereka nggak pernah peduli padaku. Jadi, mereka juga bukan kakakku," gumam Anggi pelan.Mina tertegun sejenak. "Ampuni hamba, Putri. Hamba telah lancang." Putri terlalu ramah, sampai-sampai Mina hampir lupa dirinya hanyalah seorang pelayan.Anggi memandangnya dan tersenyum. "Nggak apa-apa. Di kediaman Pangeran ini, aku harus berterima kasih padamu karena masih sering mau bicara denganku.""Putri terlalu memuji. Semua ini hanya karena perintah Pangeran, hamba hanya menjalankan tugas."Hanya saja, meski Pangeran begitu mencintai Putri, entah mengapa sorot mata Putri tetap terlihat kesepian ...."Setidaknya, kamu nggak pernah berniat untuk menyulitkanku," ucap Anggi sambil menurunkan tirai kereta. "Akhir-akhir ini, Keluarga Suharjo memang agak tenang, tapi setelah mereka kembali ... mungkin aku harus bersiap-siap untuk menghadapi masalah baru."Mina membuka mulutnya, lalu bertanya, "Putri benar-benar nggak mau berdamai dengan Keluarga Suharjo?"Anggi menatapnya. Dia tahu, apa pun y

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 193

    Hanya karena satu kalimat itu, Satya langsung kembali percaya diri, "Benar, benar! Dia itu cuma orang cacat!" Selama Anggi bukan orang bodoh, dia pasti tahu harus berdiri di pihak siapa!Dengan membantu Satya mencapai tujuannya, hanya Satya yang bisa memberikan masa depan dan kebahagiaan untuk Anggi kelak.Pandi berkata, "Benar. Tapi hari ini, cara Nona Anggi bisa keluar dari situasi rumit itu rasanya terlalu kebetulan. Luis itu bukan orang bodoh. Bisa jadi anak buahnya berada di tengah keramaian. Bagaimana kalau Pangeran Selatan menyulitkan Nona Anggi?"Bagaimana?Satya sendiri juga tidak tahu jawabannya."Semuanya sudah ditakdirkan. Dia nggak sebodoh itu. Dia pasti tahu bahwa hanya aku yang bisa memberinya masa depan yang gemilang!" Satya mengibaskan lengan bajunya sambil berkata, "Ayo pulang!""Baik." Pandi langsung menjawab dan buru-buru kembali ke dalam ruang VIP untuk membawa Pir.Selama bertahun-tahun mengikuti Satya, dia tahu bahwa tuannya adalah orang yang berambisi. Awalnya d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 192

    "Mina dan Sura sepertinya akan segera kembali. Tuan, aku harus pulang sekarang." Anggi berdiri, lalu memberi salam secara formal pada Satya, meski sikapnya agak setengah hati.Namun, karena posturnya yang ramping dan lemah lembut, Satya malah tidak merasa Anggi bersikap sembrono. Sebaliknya, dia malah tertarik dengan pesona Anggi yang seperti ini."Gigi ...." Dia mengulurkan tangan, lalu menariknya kembali. "Demi masa depan kita, kalau ada hal apa pun yang terjadi pada Luis, kamu harus segera memberitahuku. Aku akan membantumu.""Baik.""Akhir-akhir ini di ibu kota banyak yang bilang kemampuan pengobatanmu tak kalah dari tabib istana. Lalu, apakah kamu sudah melihat kondisi kaki Luis?""Belum ...." Kenapa tiba-tiba dia membahas soal kaki Luis?"Tabib Damar adalah orang dari Permaisuri Dariani, dia sering keluar masuk ke kediaman Pangeran Selatan. Apakah dia yang sedang mengobati kaki Luis?"Padahal Damar dikirim oleh Kaisar dan Dariani untuk merawat kesehatan mereka, sekaligus untuk me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 191

    Wajahnya yang begitu jernih dan anggun itu, tak lagi memandangnya dengan tatapan tergila-gila, juga tak sehangat dulu. Hal ini membuat hati Satya terasa tidak nyaman."Gigi, apakah di hatimu masih ada aku?" tanya Satya dengan wajah muram sambil memeluk Pir yang tidak sempat dia berikan.Di hadapannya, Satya selalu berada di posisi yang unggul, seolah-olah tidak pernah ada yang bisa menandinginyaa. Bahkan sampai hari ini pun, Angga masih menunjukkan rasa superiornya."Kenapa Tuan bilang begitu? Kalau nggak, untuk apa aku datang ke sini?" katanya berpura-pura marah. "Demi bertemu Tuan, aku bahkan sudah menyuruh Mina dan Sura pergi. Tapi Tuan malah menuduhku seperti ini?""Bukan begitu, tapi kenapa kamu menjauh dariku?" Dulu saat dia menarik tangan Anggi, wajah gadis itu tetap tersipu meski tampak enggan. Bukannya bersikap dingin seperti sekarang dan malah membicarakan soal batas antara pria dan wanita."Kenapa?" Wajah Anggi terlihat semakin kesal. "Tuan yang aku sukai dulu itu sosok yang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 190

    "Meong ... meong ...." Pir di pelukan Satya mengeong pelan dua kali. Satya segera menyodorkan kue kering di atas meja, tetapi kucing itu hanya mencium aromanya dan tidak menunjukkan minat untuk makan.Satya berkata, "Pir, kamu harus terus berusaha. Anggi sangat menyayangimu. Selama dia belum memberi keturunan untuk laki-laki itu, dia masih bisa menjadi majikanmu."Sambil berbicara, pandangan Satya terus tertuju ke arah Balai Pengobatan Afiat.Saat dia sedang mengawasi, terdengar suara langkah kaki. Pandi mendorong pintu dan masuk. "Tuan."Satya mengernyit. "Kenapa kamu di sini? Bukankah aku menyuruhmu memanggil dia?"Pandi menjawab, "Jangan panik, Tuan. Hamba sudah menyuruh seorang pengemis menyampaikan pesan. Kalau hamba yang pergi, sekalipun Nona Anggi ingin datang, dia pasti nggak berani, 'kan?"Kalau dipikir-pikir, itu memang masuk akal."Tuan, lihat." Pandi menunjuk ke arah pintu Balai Pengobatan Afiat. Seorang pengemis kecil benar-benar melangkah masuk.Tak lama kemudian, pengemi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 189

    "Kamu benar." Hal ini juga berlaku untuk wanita yang dia cintai. Tanpa kekuatan, bagaimana bisa dia melindungi wanita itu?Luis samar-samar merasa bahwa Anggi tidak merasa aman, jadi dia memeluk gadis itu lebih erat. "Kamu nggak perlu takut. Selama ada aku, aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi padamu.""Ya."Melawan takdir! Jalan ini sejak awal bukan jalan yang biasa, jadi dia harus mengerahkan segala kemampuan untuk memperjuangkannya. Apa pun hasilnya nanti, setidaknya dia tidak hanya duduk menunggu kematian.Hanya dengan melihat Wulan dan Satya benar-benar tidak bisa bangkit kembali, Anggi baru bisa benar-benar merasa tenang.Dari ucapan Anggi, Luis bisa menangkap satu hal. Anggi masih sangat berwaspada terhadap Wulan dan Satya.Bukan hanya Anggi, bahkan Luis sendiri pun tidak bisa merasa tenang terhadap Keluarga Pangeran Aneksasi.Dia memeluk Anggi erat sepanjang malam, tanpa sepatah kata pun.Keesokan harinya, Anggi keluar dari kediaman. Dia tahu betul apa yang menjadi tujuan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 188

    Sudah sejauh itu ....Sudut bibir Luis melengkung sedikit. "Yang kamu katakan benar. Aku yang sudah membebanimu."Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya, tetapi dia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Dia ingin menguasai Anggi sepenuhnya. Dia takut jika dirinya berkedip sedikit saja, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Keinginan untuk memiliki itu bisa membuatnya gila kapan saja.Mungkin karena selama empat tahun terakhir ini, dia sudah terbiasa melihat tatapan orang-orang yang penuh kepentingan. Para gadis bangsawan yang dulu memujanya, semua menghindarinya setelah dia jatuh.Hanya Anggi yang berbeda. Saat menikah dengannya, memang Anggi tidak rela. Namun, setelah itu, meskipun hanya pura-pura, Anggi melakukannya dengan cara yang membuat Luis merasa nyaman.Empat tahun lalu, Anggi menyelamatkan nyawanya. Empat tahun kemudian, dia menyembuhkan cederanya, memulihkan kakinya, seakan-akan dia adalah dewi yang dikirim dari langit untuk menyelamatkannya.Malam itu, yang t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 187

    Bahkan, Luis berkata, "Lihat saja, Satya itu pria berengsek yang gampang kasihan sama perempuan mana pun!""Beri tahu Pangeran, aku sudah tahu," kata Anggi sambil tersenyum pada Torus.Torus berdeham pelan, lalu membungkuk sopan, "Pangeran masih menitipkan satu kalimat lagi untuk disampaikan kepada Putri."Anggi menatap Torus, kira-kira pesan apa lagi?Torus tersenyum. "Pangeran bilang, Satya punya hati yang besar. Setiap gadis ingin dia lindungi. Tapi, Pangeran berbeda. Pangeran hanya peduli pada Putri seorang.""Ah ...." Bibir Anggi bergerak sedikit. Dia sungguh tak menyangka Luis bisa mengatakan hal semacam itu."Pangeran mengingatkan, dia berbeda dari Satya dan hanya peduli pada Putri seorang," ulang Torus, lalu pergi.Di samping, Mina menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Ketika Anggi menoleh, Mina pura-pura sibuk, mengambil kain dan mulai mengelap meja, sambil berkata, "Pangeran benar-benar baik pada Putri.""Memang baik, tapi sepertinya dia nggak terlalu percaya pa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 186

    "Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status