Share

Bab 244

Author: Lilia
Anggi mendongak. Sepasang matanya yang berkabut menatap pria tampan di depannya. Dia pun bergumam, "Pangeran, eh, Putra Mahkota, kamu harus hati-hati. Mereka pasti nggak akan berhenti. Mereka akan terus mencoba mencelakaimu."

Luis tersenyum tipis. "Aku tahu, aku akan berhati-hati."

"Entah kenapa, hatiku tetap gelisah ...."

Melihat wajah Anggi yang penuh kekhawatiran, Luis seketika merasa menyesal. Bagaimana bisa dia lupa bahwa Anggi selalu mengingatkan agar dia menyembunyikan kenyataan bahwa wajahnya telah pulih dan kakinya sudah sembuh? Semua itu demi menipu musuh-musuhnya.

Karena Wulan menculik Anggi, dia jadi terburu-buru dan mengabaikan segalanya hingga rahasianya terbongkar.

"Gigi, sekarang aku adalah Putra Mahkota. Nggak ada yang bisa menyakitiku lagi, paham?" Luis menggenggam kedua bahu gadis itu dengan lembut, menatap lurus ke dalam matanya, terus berusaha menenangkannya.

Anggi mengangguk. "Benar, kamu putra mahkota." Meskipun orang-orang itu masih tidak rela dan ingin mencelak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 246

    "Nggak perlu."Anggi memang peduli pada keadaan Luis di istana, tetapi jika terlalu terang-terangan memperhatikan urusan politik, itu bisa membawa masalah baik bagi dirinya sendiri maupun bagi Luis.Mina mengangguk. "Baik."Setelah berbincang sejenak, Naira datang membawa dua tangkai bunga di tangannya. Dia membungkuk hormat, "Hamba tahu Putri Mahkota senang merangkai bunga. Tadi hamba melihat ada yang menjual bunga di luar, jadi hamba membelinya."Dia mempersembahkan bunga itu dengan kedua tangannya. Anggi melihat itu adalah mawar merah dan melati putih. Hatinya terasa hangat. Dia tersenyum. "Terima kasih."Naira menggeleng pelan. "Asal Putri Mahkota senang." Jika bukan karena Anggi waktu itu, dia pasti sudah dipukul sampai mati atau minimal diusir dari kediaman."Aku sangat menyukainya," ucap Anggi sambil menerima bunga itu dan menciumnya. Mina segera mengambil gunting dan vas kristal.Naira bertanya, "Apa nanti akan dikirim juga satu vas untuk Putra Mahkota?""Di ruang kerjanya juga

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 245

    Anggi tersenyum tipis sambil menahan tawa. Semakin lama memandangi Luis, semakin dia merasa wajah seriusnya itu sebenarnya hanya akting."Hm?"Anggi akhirnya mengangguk pelan. "Iya, aku mengerti."Luis mendapat jawaban yang diinginkan dan pergi dengan wajah puas.Tak lama kemudian, Mina datang dengan membawa roti bawang. Saat melihat suasana antara Anggi dan Luis yang harmonis tetapi juga terasa agak canggung, dia tak bisa menahan senyum.Setelah meletakkan piring itu, Mina berkata, "Putri, ini roti bawang yang dibawa oleh Pangeran saat pulang dari istana. Baru saja dipanaskan sebelum diantar ke sini.""Pangeran ...." Mina langsung tersadar dan memukul dahinya ringan. "Ah, maksudku ini dari Putra Mahkota. Beliau membelinya sepulang dari istana."Pipi Anggi memerah. Dia berjalan ke meja bundar. "Dia benar-benar perhatian ya.""Tentu saja. Putra Mahkota sangat menyayangi Putri Mahkota," kata Mina dengan tulus. Dia sendiri tak pernah membayangkan bahwa seseorang seperti Luis yang biasanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 244

    Anggi mendongak. Sepasang matanya yang berkabut menatap pria tampan di depannya. Dia pun bergumam, "Pangeran, eh, Putra Mahkota, kamu harus hati-hati. Mereka pasti nggak akan berhenti. Mereka akan terus mencoba mencelakaimu."Luis tersenyum tipis. "Aku tahu, aku akan berhati-hati.""Entah kenapa, hatiku tetap gelisah ...."Melihat wajah Anggi yang penuh kekhawatiran, Luis seketika merasa menyesal. Bagaimana bisa dia lupa bahwa Anggi selalu mengingatkan agar dia menyembunyikan kenyataan bahwa wajahnya telah pulih dan kakinya sudah sembuh? Semua itu demi menipu musuh-musuhnya.Karena Wulan menculik Anggi, dia jadi terburu-buru dan mengabaikan segalanya hingga rahasianya terbongkar."Gigi, sekarang aku adalah Putra Mahkota. Nggak ada yang bisa menyakitiku lagi, paham?" Luis menggenggam kedua bahu gadis itu dengan lembut, menatap lurus ke dalam matanya, terus berusaha menenangkannya.Anggi mengangguk. "Benar, kamu putra mahkota." Meskipun orang-orang itu masih tidak rela dan ingin mencelak

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 243

    "Dia datang ke ibu kota untuk mencari keluarga, sendirian tanpa siapa-siapa. Makanya, aku menampungnya. Tapi, sepertinya ini nggak ada hubungannya denganmu, 'kan?"Wulan tersenyum pahit. "Kak Satya ... apa kamu menyukai Kak Anggi?"Satya tidak menjawab."Aku dengar, Kak Satya bahkan merawat Pir dengan sangat baik."Satya baru hendak membantah, tetapi suara Pir telah terdengar dari luar ruang privat. Begitu mendengar suara itu, Wulan langsung paham semuanya.Pria yang pernah membuatnya tergila-gila, yang selama ini diperjuangkan mati-matian untuk menikah, pada akhirnya tetap paling mencintai wanita jalang itu, Anggi!Padahal sejak sebelum dan sesudah menikah, pikirannya selalu dipenuhi oleh Satya. Namun, sekarang ....Mungkin satu-satunya orang yang benar-benar peduli pada hidup dan matinya hanyalah Sunaryo!"Itu cuma binatang kecil. Karena terlihat jinak, jadi kupelihara saja." Satya benar-benar tidak ingin mengakui bahwa dia menyukai Anggi.Dia menunduk menatap dokumen di tangannya. M

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 242

    "Kak Satya, jangan terburu-buru. Sunaryo bilang, dia bukan hanya punya laporan resmi, tapi orang itu sekarang juga berada di tempat yang sangat aman. Dia juga bilang, dia siap maju bersama kalian, asalkan bisa mendapat perlindungan di masa depan!"Satya menjadi lebih tenang. "Itu bisa dibicarakan. Tapi, kenapa Sunaryo nggak datang sendiri?"Wulan mengangguk pelan. "Mungkin dia merasa kalau terlalu dekat dengan Kediaman Pangeran Aneksasi akan terlalu mencolok. Sedangkan aku dan Kak Satya 'kan sudah dekat sejak kecil. Bertemu sebentar paling-paling hanya akan menimbulkan gosip kecil.""Paling-paling hanya gosip kecil? Kamu sama sekali nggak peduli? Nggak takut juga?"Wulan tersenyum getir. Apa yang perlu ditakuti atau dipedulikan lagi? Parlin sudah terbaring sekarat di tempat tidur, cepat atau lambat dia pasti akan mati!"Takut. Tapi demi bertahan hidup, kita harus mengambil risiko," jawab Wulan sambil menatap Satya. "Luis sudah sembuh. Kamu pasti sudah tahu, 'kan?"Kita .... Satya meman

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 241

    Hmph! Meskipun dia menginginkan itu, lalu kenapa? Luis hanya menyukai Anggi! Dia hanya menyukai perempuan jalang seperti Anggi!Jika saja dia bisa mendapatkan hati Luis, mungkinkah dia tidak perlu hidup dalam ketakutan lagi? Namun, apakah dia bisa?Memikirkan hal itu, Wulan tiba-tiba teringat akan liontin giok yang telah disimpan selama bertahun-tahun. Liontin itu selalu dijaga baik-baik karena memang sangat berharga. Sebenarnya, dia memang tidak membohongi Anggi.Empat tahun yang lalu setelah kembali ke ibu kota, dia sudah menyelidiki asal-usul liontin itu. Saat tahu bahwa orang yang diselamatkan oleh Anggi adalah Luis, dia langsung kehilangan minat.Bagaimanapun, saat itu Luis menderita luka di wajah dan kakinya lumpuh, bahkan kepribadiannya berubah drastis. Dia menciptakan banyak kekacauan berdarah di ibu kota. Namun, sekarang ....Mengingat wajah tampan Luis yang telah pulih, kemampuan bela dirinya yang luar biasa, semua itu benar-benar bukan sosok yang sama dengan Pangeran Selatan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 240

    Wulan menenangkan Bayu sejenak. Setelah itu, dia menyuruh orang-orang untuk membereskan sedikit halaman terbengkalai itu, lalu berkata kepada Bayu, "Kak Bayu, kamu tahu betapa sulitnya hidupku di kediaman ini.""Aku akan datang secara berkala untuk menjengukmu. Nanti, aku akan memanggil tabib terkenal untuk memeriksamu. Setelah itu, kita bisa berdiskusi bagaimana cara menyembuhkan kakimu.""Baik, aku ikut saja apa katamu."Karena urusan ini, Wulan baru bisa menyelesaikan semuanya menjelang siang. Kemudian, dia keluar dari Kediaman Pangeran Pradipta dan bersiap untuk menemui Satya.Namun, belum jauh dari pintu, dia sudah melihat Dika menunggang kuda tinggi besar, menghentikan laju di tengah jalan, sama sekali tidak berniat memberi jalan untuk kereta kudanya.Kusir pun terpaksa menghentikan kereta dan berteriak kepada Dika, "Hei, kamu nggak lihat ini kereta dari Kediaman Pangeran Pradipta?"Dika mengangkat alis. "Lalu kenapa? Apa perlu aku memberi jalan hanya karena kalian membawa Putri?

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 239

    Sambil memikirkan itu, Wulan menatap Sunaryo. "Baiklah, aku akan menurut padamu."Masih ada Sunaryo. Sunaryo bahkan telah meracuni Parlin, menanggung tekanan besar, dan bahkan tak segan membuat perencanaan besar hanya demi dirinya!"Sunaryo, kamu pasti bisa berdiri di puncak dunia! Pasti!" ujar Wulan dengan penuh keyakinan.Mata Sunaryo langsung berbinar, senyuman tipis tersungging di wajahnya.Selama dia bisa membuat Luis dan Satya saling menerkam seperti anjing liar, dia bisa memetik keuntungan di tengah kekacauan. Ditambah lagi keberuntungan dari Wulan yang memiliki takdir foniks, apa yang perlu ditakutkan?Dengan demikian, mereka mengesampingkan urusan dengan Keluarga Pangeran Aneksasi. Wulan pun beranjak ke halaman tua untuk menemui Bayu.Saat itu, Bayu baru saja dibopong masuk ke halaman tua oleh para penjaga."Putri Pradipta di mana?" tanya Bayu menggertakkan giginya, menahan rasa sakit.Kenapa dia dibawa ke halaman yang terbengkalai ini? Tempat ini jaraknya setidaknya sekitar 1

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 238

    Langit mulai terang.Malam itu, Wulan sendiri tidak yakin apakah dirinya terlalu ketakutan. Hanya dengan tindakan yang merangsang seperti itu, dia baru bisa merasa lebih tenang.Dia bersandar di pelukan Sunaryo, pikirannya dipenuhi banyak hal. "Sunaryo, apa kamu benar-benar mencintaiku?"Sunaryo tertegun sejenak, kerutan di dahinya perlahan mengendur. Kemudian, dia tersenyum dan memandang Wulan. "Tentu saja.""Baiklah. Nggak peduli bagaimana masa depan kita nanti, sekalipun mati, kita harus mati bersama dan dikubur di liang yang sama. Bagaimana menurutmu?""!!!""Kenapa? Ada apa?"Sunaryo menahan emosi, lalu tersenyum. "Kamu nggak akan mati. Kamu nggak akan mati semudah itu."Bagaimanapun, Wulan adalah wanita dengan takdir foniks, menurut ramalan resmi dari Biro Falak. Bagaimana mungkin dia mati begitu saja?Wulan merasakan sesuatu yang janggal.Sunaryo segera menenangkannya, "Jangan lupa, kamu memiliki takdir foniks. Jalan yang harus kamu tempuh masih panjang.""Benar, aku adalah wani

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status