Anggi merasa sedikit gelisah. Dia menatap Luis, bertanya sambil setengah bercanda, "Kalau apa yang aku ceritakan itu terdengar seperti kisah fantasi nggak berdasar dan nggak masuk logika, apa kamu akan percaya?""Percaya," jawab Luis."Bagaimana kalau itu bertentangan dengan aturan dan norma?" tanya Anggi lagi."Nggak masalah, aku akan selalu di pihakmu," sahut Luis.Anggi berucap, "Mungkin kamu akan merasa aku sedang bicara omong kosong."Luis menggenggam erat tangan Anggi dan menempelkannya di wajahnya. Dia membalas, "Gigi, kamu berbeda dari orang lain. Aku menghargaimu lebih dari diriku sendiri. Kamu pernah bilang, saat aku memutuskan untuk membagi masalahku denganmu, kamu juga akan membuka hatimu untukku."Anggi mengingatnya. Tidak lama setelah Luis dinobatkan menjadi Putra Mahkota, Kaisar menahannya di ruang baca istana semalaman. Saat pria itu kembali, sorot matanya tampak lelah dan tidak berdaya.Saat Aska dan Gilang bertamu di ruang baca Kediaman Putra Mahkota kemarin, Luis sud
Luis memberikannya pada Anggi seraya berkata, "Surat rahasia ini menceritakan penganiayaan Wulan terhadap Pangeran Pradipta. Pangeran Pradipta sendiri yang menulisnya, tapi bagian yang menyangkut keterlibatan Sunaryo sengaja dihilangkan."Melihat sorot mengejek di mata Luis, Anggi bertanya dengan curiga, "Apa mungkin Sunaryo yang mengutak-atiknya?""Kemungkinan besar begitu," jawab Luis.Anggi menutup mulutnya dan bertanya lagi, "Kenapa dia melakukan ini?""Kalau nggak mengambinghitamkan Wulan, fakta perselingkuhan mereka mungkin akan terkuak. Selain itu, kalau Ayahanda tahu Sunaryo menyentuh Wulan, wanita yang diramalkan sebagai pembawa keberuntungan oleh Kepala Biro Falak sebelumnya, menurutmu apa Ayahanda akan menyelidikinya?" tanya Luis balik."Pasti," jawab Anggi."Ya. Harus diakui, Sunaryo bertindak sangat tegas," ujar Luis.Saat ini, Anggi sedang memikirkan tentang Wulan. Di mana wanita itu bersembunyi? Sebagai pemeran utama wanita asli di buku ini, Wulan disayangi seluruh dunia
Wali Kota terhormat itu tidak pernah terlihat begitu panik sebelumnya.Luis bertanya dengan alis berkerut, "Ada masalah apa, Lingga?"Lingga membungkuk hormat dan menjelaskan, "Yang Mulia, Putri Wulan nggak bisa ditemukan di mana pun. Ketika Putra Bangsawan ditanya, dia berkata dirinya sedang dirundung duka dan nggak menyadari ke mana perginya Putri Wulan."Angin panas bertiup. Bau uang arwah yang dibakar tercium di udara. Bukan hanya Lingga, para pejabat di sekitar juga menahan napas.Reputasi Pangeran Pradipta tidak pernah baik. Seumur hidup, dia hanya memanfaatkan statusnya sebagai anggota keluarga kerajaan dan pangeran untuk melakukan kebejatan.Setelah kematiannya, para korban Pangeran Pradipta diam-diam mengumpatnya di belakang, berkata bahwa dia sudah sepantasnya mati. Sementara orang-orang lain yang tidak memiliki kaitan dengannya bersikap acuh tak acuh. Jadi, mengapa Putra Mahkota bertekad ingin menegakkan keadilan bagi Pangeran Pradipta?"Cari sampai dapat. Kerahkan segala ca
"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Torus. Dia tidak mendengar suara gaduh, jadi seharusnya Luis bukan ingin meminta diambilkan air.Luis melempar buku "Menikmati Keindahan Bunga" pada Torus sambil berkata, "Hancurkan.""Hah?" Torus tercengang.Luis hanya melirik Torus sekilas, lalu masuk kembali ke kamar.Torus menatap buku di tangannya. Apa Putra Mahkota dan Putri Mahkota tidak puas dengan buku ini? Masa, sih? Ini adalah buku paling populer saat ini. Dengan menggabungkan deskripsi dan ilustrasi, sang penulis menunjukkan keahlian sastra dan seninya yang tinggi."Apa aku harus membeli buku yang hanya berisi ilustrasi? Atau mungkin yang lebih ...," gumam Torus.Saat Mina dan Naira melihat buku yang dipegang Torus, wajah mereka langsung merona."Torus, apa semuanya baik-baik saja?" tanya Mina.Torus mengibaskan tangannya dan menjawab, "Nggak apa-apa. Kalian istirahat lagi saja.""Baik," sahut Mina.Setelah keduanya pergi, Torus melambai ke arah kegelapan dengan buku di tangannya. Tak lama kemud
Luis dan Anggi sudah kembali ke rumah utama. Makanan segera disajikan di meja. Setelah makan malam, keduanya bermain catur, lalu mandi bersama.Usai mandi bersama, Luis tampak sangat energik. Dia bertanya, "Gigi, apa kamu sudah siap?"Anggi tentu mengerti apa maksud Luis. Dia menggelengkan kepalanya."Bukannya Naira sudah memberimu buku manual?" tanya Luis. Yang dimaksudnya adalah "Menikmati Keindahan Bunga".Anggi mendongak dan melihat ekspresi serius pria itu. Dia berkata, "Sebagai pewaris takhta, Putra Mahkota sebaiknya mengurangi membaca buku-buku seperti itu."Luis tertegun sejenak, lalu mendadak tergelak. Cara Anggi menasihatinya sudah seperti seorang permaisuri sejati. Dia membalas sambil tersenyum, "Istriku benar, tapi sebagai pewaris takhta, memiliki keturunan adalah hal yang nggak kalah penting.""Sebelumnya, aku mengasihanimu dan melepasmu. Tapi, kalau kamu nggak belajar dengan giat, bagaimana kita bisa menyempurnakan pernikahan ini dan memiliki anak?" tambah Luis.Anggi keh
"Jadi, Permaisuri Dariani nggak mau bicara?" tanya Aska.Luis mengangguk. Semua orang mengernyit.Anggi berusaha mati-matian mengingat isi asli buku ini. Namun, entah apa alasannya, makin lama waktu berlalu sejak reinkarnasinya, makin banyak detail yang dia lupakan.Anggi memikirkan kata-kata Aska. Mengapa akar masalah ada pada Kediaman Bangsawan Aneksasi?"Ayahanda terkesan menyayangi Ibunda, tapi dia menolak mengakuinya sebagai permaisuri. Dia bahkan melarang Putra Mahkota memberikan gelar ibu suri pada Ibunda setelah naik takhta. Ini jelas menunjukkan kebencian!" gumam Anggi.Anggi menatap Luis dan melanjutkan dengan tenang, "Aku nggak bermaksud menyinggung, tapi itu satu-satunya penjelasan yang masuk akal."Luis juga pernah mencurigai hal ini sebelumnya. Namun, ibundanya berkata bahwa yang diinginkannya hanyalah kasih sayang dari sang ayahanda. Status tidak berarti apa-apa.Setelah Kaisar meminta Luis bersumpah untuk tidak pernah memberikan ibundanya gelar ibu suri, dia baru menyad