Apa yang sedang dia pikirkan?Di benaknya, kata-kata Luis tiba-tiba muncul lagi. Semuanya cuma sandiwara!Pria sedingin Luis, bisa memberinya saputangan dan menggenggam tangannya untuk menghibur. Semua ini sudah begitu luar biasa! Dia yang terlalu serakah.Anggi menenangkan pikirannya, lalu berkata kepada Luis, "Pangeran bilang ini cuma mimpi, tapi kalau saya benar-benar melarikan diri di hari pernikahan, mungkin saja kenyataannya akan seperti dalam mimpi itu. Keluarga Suharjo ... sama sekali nggak menganggapku ...."Luis terdiam. Jika Anggi benar-benar kabur di hari pernikahan, meskipun dirinya tidak melakukan apa-apa, ibunya pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang.Memikirkan hal itu, jantungnya berdebar. Luis hanya bisa bersyukur karena Anggi tidak melakukan tindakan bodoh seperti itu."Selama kamu bersikap baik, kamu bisa tetap tinggal di sini," tutur Luis.Anggi mengangguk. "Saya nggak akan pernah meninggalkan Pangeran."Luis membuka mulut, tetapi tidak tahu harus berkata apa.
Orang itu menyahut, "Ya."Dari suaranya, Luis bisa mendengar bahwa itu adalah suara seorang gadis yang lembut.Tidak lama kemudian, gadis itu mulai bergerak ke sisinya, mengeluarkan suara samar saat merapikan sesuatu. Dia berkata bahwa dia akan mengobati lukanya.Kenangan itu kembali membanjiri benaknya. Luis hanya ingat dirinya berada dalam keadaan linglung saat itu, diliputi kebencian, ketidakrelaan, dan kemarahan!Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa! Dia bertanya, "Apa … apa wajahku terlihat mengerikan?""Jangan khawatir, aku akan melakukan yang terbaik untuk mengobatimu." Gadis itu sama sekali tidak membahas kondisi luka di wajahnya.Namun, Luis tahu. Dia dikhianati oleh Wakil Jenderal Latif. Api nyaris membakarnya hidup-hidup di dalam tenda militer, saat dia masih setengah sadar karena mabuk.Dia terbangun karena panasnya api. Saat berguling keluar dari tenda, kobaran api sempat mereda sedikit.Namun, Latif tidak membiarkannya pergi begitu saja. Dia menghunus pedangnya, menyeran
"Bagaimana dengan kakiku?""Jangan khawatir, Tuan. Kakimu juga akan sembuh."Luis tidak percaya, tetapi dendam membuatnya bertahan untuk terus diobati. Dia harus bertahan hidup! Hanya dengan bertahan hidup, dia baru bisa mencari tahu alasan Latif berkhianat!Setiap hari, gadis itu datang untuk mengobatinya dan membawakan makanan. Lukanya perlahan membaik dan penglihatannya juga mulai kembali.Namun, sebelum sempat membuka perban di wajahnya, gadis itu tiba-tiba menghilang. Dia tidak tahu mengapa gadis itu tidak datang lagi.Berkali-kali Luis mengirim orang untuk mencari penyelamatnya di Uraba, tetapi sama sekali tidak ada hasil.Sekarang setelah dipikirkan lagi, mungkin saat itu ada sesuatu yang menghalanginya. Mungkin juga karena dia seorang wanita, jadi mencarinya semakin sulit.Jika benar yang menyelamatkannya adalah Anggi, berarti saat itu dia baru berusia 13 tahun, 'kan?Jadi, jika suaranya terdengar berbeda, itu masih masuk akal. Namun, aroma obat yang ada pada tubuhnya persis de
Di Paviliun Pir, Anggi bersama para pelayan dan kasim sedang menjemur bahan obat di halaman.Luis mendongak menatap langit. Sinar matahari musim dingin hari ini tampak cerah hingga dia bisa melihat cahaya keemasan menyelimuti tubuh Anggi.Anggi tampak seperti bidadari yang turun dari langit, berbicara dengan para pelayan dengan sikap santun dan lembut.Setiap gerak-geriknya, setiap ekspresi di wajahnya, sekalipun di musim dingin seperti ini, tetap membawa kehangatan layaknya angin musim semi yang menyentuh kulit.Apakah dia? Benarkah dia?"Itu Pangeran." Naira adalah orang pertama yang melihat Luis. Dia segera memberi hormat dari kejauhan. Mendengar suaranya, semua orang segera menoleh dan memberi hormat.Luis menyunggingkan sedikit senyuman samar yang sulit disadari, begitu tipis dan hanya sesaat. Anggi sempat mengira dia salah lihat. Bagaimanapun, pria itu selalu bersikap dingin dan serius."Hormat kepada Pangeran. Apa yang membawa Pangeran tiba-tiba kemari?" tanya Anggi sambil mendo
Luis menatapnya dan bertanya, "Teh ini terasa hangat dan lembut di tenggorokan, sangat enak. Dari mana kamu membelinya?"Lebih baik bertanya asal-usulnya.Anggi tersenyum. "Saya membuatnya sendiri. Saat pergantian musim, kalau ada tanda-tanda masuk angin atau batuk, meminumnya secara rutin akan sangat membantu.""Kamu membuatnya sendiri?""Ya.""Kudengar adikmu memiliki keahlian medis yang cukup baik. Dia juga bisa membuat ini?"Ekspresi Anggi langsung menjadi dingin. "Dia bisa ....""Pangeran dengar obat-obatan di perkemahan militer berasal darinya, 'kan?"Luis tidak menjawab.Anggi bergumam pada diri sendiri, "Dia bisa atau nggak, suatu saat kebenaran pasti akan terungkap."Luis bertanya, "Maksud Putri, dia sebenarnya nggak memiliki keahlian medis? Berarti, meracik obat pun nggak bisa?""Tentu saja nggak bisa!" jawab Anggi dengan tegas."Lalu bagaimana mungkin ...?"Anggi tampak kesal. "Masalah Keluarga Suharjo terlalu rumit untuk dijelaskan dalam waktu singkat. Tapi cepat atau lamba
Luis tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengangkat cangkir giok putih di tangannya dan meneguk habis teh loquat itu. "Enak.""Kalau Pangeran menyukainya, saya akan selalu menyiapkannya untuk Pangeran.""Boleh."Luis menjadi begitu mudah diajak bicara. Saat ini, kulitnya yang pucat bahkan menjadi agak merona.Anggi memberanikan diri untuk berbicara, "Pangeran, saya ingin mengajukan permohonan."Permohonan apa? Luis merasa heran.Melihatnya mengernyit dan tampak ragu untuk berbicara, Luis mengangguk. Dia sudah tidak sabar untuk mendengar kelanjutannya.Anggi berkata, "Pangeran, meskipun saya memahami ilmu medis, saya bukan tabib sakti. Bahkan tabib sakti sekalipun butuh kerja sama dari pasiennya. Jadi, saya mohon agar Pangeran mengikuti anjuran pengobatan selama proses perawatan."Luis bertanya, "Oh? Jadi, Putri ingin aku menuruti perintahmu?"Anggi buru-buru membalas, "Bukan begitu. Saya hanya meminta Pangeran mengikuti petunjuk medis."Adapun hal lainnya? Dia belum cukup nekat untuk memi
"Saya nggak mungkin berani." Kemudian, Anggi mulai melayani Luis.Tidak lama kemudian, Luis berkata, "Aku ingin minum sup."Anggi menuruti keinginannya. Namun, baru minum sedikit, Luis tiba-tiba terbatuk, membuat sup menciprat ke mana-mana.Anggi segera berucap, "Jangan terburu-buru, minum terlalu cepat bisa tersedak. Kalau masuk ke paru-paru, itu akan bahaya."Luis tertegun. Di Uraba, saat gadis itu memberinya obat, Luis tidak bisa melihat, jadi dia minum dengan buru-buru dan tersedak. Gadis itu juga mengatakan hal yang sama."Tadi aku memejamkan mata, jadi aku nggak memperhatikan," kata Luis dengan nada datar.Dulu di Uraba, dia berkata, "Aku nggak bisa lihat, jadi nggak tahu."Saat itu, gadis itu menyahut, "Nggak apa-apa, pelan-pelan saja."Sekarang, Anggi berujar, "Nggak apa-apa, biar saya suapi."Meskipun suara itu agak berbeda, nada bicaranya dan aroma obat yang melekat di tubuh sama persis.Luis membuka matanya dan menatap Anggi. Sorot matanya menjadi lebih lembut. Anggi lantas
Kemakuran hingga beberapa generasi ....Sebenarnya, status seperti apa yang bisa membawa kemakmuran selama beberapa generasi? Tentu saja menjadi permaisuri, satu-satunya wanita yang berada di bawah Kaisar tetapi di atas banyak orang!Oleh karena itu, seluruh Keluarga Suharjo mencurahkan perhatian penuh mereka kepada Wulan.Seandainya Luis tidak memiliki luka bakar di wajahnya, tidak lumpuh, dan masih menjadi Putra Mahkota, tentu saja Keluarga Suharjo akan menikahkan Wulan dengannya.Namun, seseorang yang cacat dan rusak seperti dia tidak mungkin mewarisi takhta. Jadi, di satu sisi mereka enggan membiarkan Wulan menikahi orang yang dianggap tak berguna, di sisi lain mereka masih berharap ramalan pendeta tentang kemakmuran selama beberapa generasi itu akan menjadi kenyataan.Makanya, mereka sepakat untuk menjadikan Anggi sebagai pengantin pengganti untuk dikirim ke Kediaman Pangeran Selatan, sedangkan Wulan akan dinikahkan dengan Putra Bangsawan Aneksasi.Hanya dengan cara ini, Wulan mem
"Meong ... meong ...." Pir di pelukan Satya mengeong pelan dua kali. Satya segera menyodorkan kue kering di atas meja, tetapi kucing itu hanya mencium aromanya dan tidak menunjukkan minat untuk makan.Satya berkata, "Pir, kamu harus terus berusaha. Anggi sangat menyayangimu. Selama dia belum memberi keturunan untuk laki-laki itu, dia masih bisa menjadi majikanmu."Sambil berbicara, pandangan Satya terus tertuju ke arah Balai Pengobatan Afiat.Saat dia sedang mengawasi, terdengar suara langkah kaki. Pandi mendorong pintu dan masuk. "Tuan."Satya mengernyit. "Kenapa kamu di sini? Bukankah aku menyuruhmu memanggil dia?"Pandi menjawab, "Jangan panik, Tuan. Hamba sudah menyuruh seorang pengemis menyampaikan pesan. Kalau hamba yang pergi, sekalipun Nona Anggi ingin datang, dia pasti nggak berani, 'kan?"Kalau dipikir-pikir, itu memang masuk akal."Tuan, lihat." Pandi menunjuk ke arah pintu Balai Pengobatan Afiat. Seorang pengemis kecil benar-benar melangkah masuk.Tak lama kemudian, pengemi
"Kamu benar." Hal ini juga berlaku untuk wanita yang dia cintai. Tanpa kekuatan, bagaimana bisa dia melindungi wanita itu?Luis samar-samar merasa bahwa Anggi tidak merasa aman, jadi dia memeluk gadis itu lebih erat. "Kamu nggak perlu takut. Selama ada aku, aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi padamu.""Ya."Melawan takdir! Jalan ini sejak awal bukan jalan yang biasa, jadi dia harus mengerahkan segala kemampuan untuk memperjuangkannya. Apa pun hasilnya nanti, setidaknya dia tidak hanya duduk menunggu kematian.Hanya dengan melihat Wulan dan Satya benar-benar tidak bisa bangkit kembali, Anggi baru bisa benar-benar merasa tenang.Dari ucapan Anggi, Luis bisa menangkap satu hal. Anggi masih sangat berwaspada terhadap Wulan dan Satya.Bukan hanya Anggi, bahkan Luis sendiri pun tidak bisa merasa tenang terhadap Keluarga Pangeran Aneksasi.Dia memeluk Anggi erat sepanjang malam, tanpa sepatah kata pun.Keesokan harinya, Anggi keluar dari kediaman. Dia tahu betul apa yang menjadi tujuan
Sudah sejauh itu ....Sudut bibir Luis melengkung sedikit. "Yang kamu katakan benar. Aku yang sudah membebanimu."Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya, tetapi dia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Dia ingin menguasai Anggi sepenuhnya. Dia takut jika dirinya berkedip sedikit saja, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Keinginan untuk memiliki itu bisa membuatnya gila kapan saja.Mungkin karena selama empat tahun terakhir ini, dia sudah terbiasa melihat tatapan orang-orang yang penuh kepentingan. Para gadis bangsawan yang dulu memujanya, semua menghindarinya setelah dia jatuh.Hanya Anggi yang berbeda. Saat menikah dengannya, memang Anggi tidak rela. Namun, setelah itu, meskipun hanya pura-pura, Anggi melakukannya dengan cara yang membuat Luis merasa nyaman.Empat tahun lalu, Anggi menyelamatkan nyawanya. Empat tahun kemudian, dia menyembuhkan cederanya, memulihkan kakinya, seakan-akan dia adalah dewi yang dikirim dari langit untuk menyelamatkannya.Malam itu, yang t
Bahkan, Luis berkata, "Lihat saja, Satya itu pria berengsek yang gampang kasihan sama perempuan mana pun!""Beri tahu Pangeran, aku sudah tahu," kata Anggi sambil tersenyum pada Torus.Torus berdeham pelan, lalu membungkuk sopan, "Pangeran masih menitipkan satu kalimat lagi untuk disampaikan kepada Putri."Anggi menatap Torus, kira-kira pesan apa lagi?Torus tersenyum. "Pangeran bilang, Satya punya hati yang besar. Setiap gadis ingin dia lindungi. Tapi, Pangeran berbeda. Pangeran hanya peduli pada Putri seorang.""Ah ...." Bibir Anggi bergerak sedikit. Dia sungguh tak menyangka Luis bisa mengatakan hal semacam itu."Pangeran mengingatkan, dia berbeda dari Satya dan hanya peduli pada Putri seorang," ulang Torus, lalu pergi.Di samping, Mina menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Ketika Anggi menoleh, Mina pura-pura sibuk, mengambil kain dan mulai mengelap meja, sambil berkata, "Pangeran benar-benar baik pada Putri.""Memang baik, tapi sepertinya dia nggak terlalu percaya pa
"Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber
Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida
Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s
"Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d
Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S