Share

Bab 77

Author: Lilia
Wulan segera bersembunyi di dalam pelukan Ayunda dan lanjut menangis sambil berkata, “Ayah, bagaimana denganku? Kalau aku nikah sama Parlin, keluarga kita nggak akan punya kekuasaan apa-apa lagi di ibu kota ....”

“Benar, suamiku. Aku ....”

“Diam kalian semua!”

Pratama sudah sepenuhnya murka. Dia juga merasa sangat sedih karena terjadi hal seperti ini. Namun, dia tidak menyangka bahwa Wulan akan menyuruh Anggi yang sudah pernah menggantikannya menikah sekali untuk pulang dan menggantikannya menikah sekali lagi. Ini benar-benar keterlaluan!

“Masalah ini berkaitan dengan seluruh Keluarga Suharjo. Kamu nggak boleh berhati lemah! Biar aku saja yang pergi diskusi sama Anggi,” ujar Ayunda dengan suara tercekat. Kemudian, dia bangkit dan menarik Wulan sambil berkata, “Bangun. Nggak ada gunanya kamu mohon sama ayahmu.”

Sepasang mata Wulan sudah bengkak akibat menangis. Begitu mendengar Ayunda ingin pergi menyuruh Anggi kembali, dia bertanya, “Ibu cuma akan suruh Kakak pulang sendiri, ‘kan?”

Ja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 78

    Luis menatap Anggi dengan tatapannya yang setajam elang. “Putri sangat ingin pergi?”Apa Anggi masih belum bisa melupakan Satya? Satya bahkan sudah hampir menikahi orang lain .... Atas dasar apa bajingan tidak tahu berterima kasih itu memenangkan hati Anggi?Anggi membuka mulutnya untuk menjawab. Namun, sebelum sempat mengatakan apa-apa, Luis sudah terlebih dahulu berkata, “Berhubung yang mengundang itu istrinya Pangeran Aneksasi, Putri pergi saja kalau ingin.”Sepasang mata Luis langsung membeku dengan sangat jelas ketika mengucapkan kata-kata itu.“Saya ... saya juga nggak begitu ingin pergi.” Anggi hanya ingin tahu apa yang dipersiapkan Satya. Namun, Luis yang merupakan aliansi terbaiknya itu sepertinya kurang senang. Dia tidak boleh membiarkan rasa tidak senang itu berkembang. Itu akan sangat merugikannya.Luis melirik Anggi lagi. Melihat Anggi yang terlihat tenang, lembut, dan lanjut meletakkan bidaknya di papan catur, hatinya tiba-tiba berdegup kencang. Apa sikapnya terhadap Ang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 79

    Hati Luis langsung berdebar. Dia menjawab secara jujur, “Kata-kata Putri itu bisa buat aku salah mengartikannya.”Anggi bertanya dengan agak bingung, “Salah mengartikannya? Salah mengartikannya jadi apa?”“Aku akan mengira Putri lagi merayuku.”“Saya ....” Anggi menggigit bibirnya, lalu melihat ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia juga tidak menjelaskan dan hanya menjawab, “Saya itu istri Pangeran. Ini kenyataan yang nggak akan berubah.”Deg, deg .... Deg, deg ....Hati Luis berdebar kencang. “Jadi, kamu mengaku?”‘Apa Anggi sedang mengaku dirinya sedang merayuku?’ pikir Luis dalam hati. Dia seperti sudah mendengar sesuatu yang sangat luar biasa dan menatap Anggi lekat-lekat, seolah-olah takut melewatkan ekspresi sekecil apa pun dari wajahnya.Anggi menjawab, “Kalau Pangeran suka, saya tentu saja merasa senang.”“Aku ....” Luis tersenyum dan menjawab, “Suka.”Kedua orang itu saling memandang. Pada saat ini, Luis memastikan sesuatu, lalu mengulangi kata-katanya de

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 80

    Setelah Mina pergi, Dimas melirik Anggi dan berkata dengan ekspresi agak bersalah, “Sebelumnya, kami yang salah karena menyuruhmu menggantikan Wulan menikah dengan Pangeran Selatan. Kamu seharusnya tahu jelas apa tujuanku datang kemari hari ini.”Anggi tersenyum dingin dan menjawab, “Tahu.”Rasa bersalah orang-orang ini tidaklah tulus. Bukankah sekarang Dimas datang menemuinya demi Wulan?“Sebelumnya, Tuan Dimas nggak ada di rumah. Tapi meski ada di rumah, kamu juga pasti akan membuatku menggantikan Wulan untuk menikah, ‘kan?”“Aku ....” Mengingat tampang lemah Wulan dan mempertimbangkan Satya yang menyukai Wulan, Dimas pun terdiam untuk sejenak dan tidak membantah.Anggi bertanya sambil tersenyum, “Apa aku ini anak pungut?”Dimas pun mengerutkan kening, seolah-olah tidak mengerti kenapa Anggi melontarkan pertanyaan seperti itu.“Kalau aku bukan anak pungut, kenapa semua orang begitu membenciku dan menyukai Wulan? Orang yang ditunjuk untuk menikah itu Wulan, tapi kalian bilang tubuhnya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 81

    Bukannya Wulan yang meracik dupa penenang untuk Nenek? Dupa itu sudah habis belakangan ini? Dimas sangat jarang berada di rumah. Dia lebih sering tinggal di rumahnya sendiri sehingga dia tidak begitu jelas mengenai hal-hal yang terjadi di Kediaman Jenderal Musafir. Setelah memikirkannya, dia pun mengalihkan pandangannya dari camilan di meja, lalu melangkah keluar dari aula. Di bawah salju, Anggi dan pelayannya sedang berjalan bersama di bawah satu payung. Dimas memandang mereka berjalan melewati koridor panjang hingga sosok mereka menghilang.Ucapan Anggi mengandung keanehan. Seberapa besar penderitaan dan kebencian yang dirasakannya sehingga dia menjadi begitu dingin?...Salju lebat turun selama tiga hari berturut-turut. Anggi, Mina, Naira dan pembantu lainnya membuat beberapa manusia salju di halaman. Tangan mereka sudah merah karena kedinginan.Ketika Dika mendorong kursi roda Luis mendekat, Luis melihat Anggi yang membuat manusia salju bersama para pembantu dan tertawa gembira.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 82

    Luis mengatakan Anggi layak mendapatkan yang terbaik .... Apa ini rasanya dilindungi, dicintai, dan diakui oleh orang? Jika begitu, betapa bahagianya Wulan yang disayangi semua orang di Keluarga Suharjo!Hati Anggi terasa sangat bergejolak. Dia sudah pernah tewas karena kebodohannya sekali. Dia pun memperingati dirinya sendiri untuk tidak percaya pada siapa pun. Namun, Luis .... Dia adalah orang yang dirumorkan bagaikan raja neraka. Hanya saja, dia sepertinya sama sekali tidak kasar maupun kejam. Perlindungannya terhadap Anggi malah sangat jelas dan hampir membuat Anggi tidak dapat menahan emosinya.“Putri sepertinya nggak percaya,” ucap Luis sambil tersenyum.Anggi tersenyum tipis dan menjawab, “Awalnya memang nggak percaya. Tapi, siapa suruh yang mengatakannya itu Pangeran. Saya pun percaya.”Anggi menyadari bahwa selama beberapa hari terakhir, Luis sangat sibuk meskipun salju turun sangat lebat. Selain itu, Luis sudah makin sering tersenyum. Entah itu hanyalah perasaannya atau buka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 83

    “Di rapat pagi ini, Jenderal Pratama minta Ayahanda untuk batalkan perjodohan Wulan.” Luis terdiam sejenak setelah mengucapkan hal itu. Setelah melihat Anggi tidak menunjukkan reaksi yang terlalu besar, dia baru melanjutkan, “Dia akhirnya ditegur Ayahanda. Pernikahan Wulan tetap akan dilanjutkan.”Anggi mengangguk. “Itu akibat perbuatannya sendiri.”Luis berujar, “Waktu kamu ketemu sama Ayahanda, dia mungkin akan tanya kamu soal ini. Kalau kamu memohon padanya ....” Luis menyimpan bidak terakhir ke dalam botol giok, lalu menutupnya dan melanjutkan, “Mungkin dia akan mempertimbangkan ulang hal ini.”“Saya nggak akan memohon padanya,” ucap Anggi dengan sangat tegas.Luis menggigit bibirnya dengan tidak sadar. “Kamu nggak mau restui mereka?”“Tentu saja.” Setelah berhenti sejenak, Anggi melanjutkan, “Itu cuma salah satu alasannya.”Hal yang terpenting adalah, nasib tokoh utama pria dan wanita telah berubah. Dengan begitu, apa yang terjadi selanjutnya mungkin juga bisa berubah. Itu adalah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 84

    Mina akhirnya paham, lalu berseru dengan nada tenang, “Putri tiba.”Di luar gerbang. Setelah mendengar seruan itu, Wulan langsung menerjang masuk. Mina pun buru-buru mengadang di depan Anggi.Wulan berlutut di depan Anggi dan berkata sambil menangis, “Kak, Ayah bilang cuma Kakak yang bisa menolongku. Kak, tolonglah aku ....”Anggi menggeser kakinya dengan ekspresi jijik dan menjawab, “Nona Wulan, kamu nggak salah? Ini pernikahan yang dianugerahkan Kaisar. Siapa yang bisa menolongmu? Bagaimana aku bisa menolongmu?”“Bisa kok, pasti bisa. Ayah sudah bilang, selama Kakak memohon pada Pangeran, Kaisar pasti akan batalkan perjodohan ini demi Pangeran.”“Memangnya yang dikatakan Ayah pasti benar?”Wulan pun tertegun. Air matanya masih lanjut menetes. Angin dingin yang bertiup langsung mengeringkan air matanya dan meninggalkan sedikit rasa sakit.“Sudah ada banyak istri Pangeran Pradipta yang meninggal, termasuk selir dan gundiknya yang tak terhitung jumlahnya. Anggi, kamu benar-benar begitu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 85

    Sura melempar Wulan ke dalam kereta kuda, lalu memelototi Fani dengan dingin dan juga melemparnya masuk ke kereta kuda. Selanjutnya, dia menyeret kusir turun dari kereta kuda dan menempati posisinya sebelum melajukan kereta kuda itu.“Putri.” Dalam perjalanan kembali, Torus menghentikan Anggi dan Mina di tengah jalan, lalu berkata, “Pangeran menyuruh Putri untuk langsung kembali ke kamar utama. Malam ini, kalian akan makan di sana.”Pada saat ini, langit sudah gelap.“Baik.” Setelah mengiakannya, Anggi memberi perintah pada Mina, “Bahan obat yang ada di Paviliun Pir nggak usah dipindahkan dulu.”Salep yang diracik Anggi sudah cukup digunakan Luis untuk setengah bulan.“Baik.  Aku akan segera kembali.” Mina membungkuk, lalu pergi. Sementara itu, Anggi mengikuti Torus berjalan ke kamar utama.“Pangeran sudah mau makan?” tanya Torus.Melihat Luis mengangguk, Torus segera pergi menyiapkan makan malam.Luis mengulurkan tangannya ke arah Anggi dan bertanya, “Semuanya lancar-lancar saja?”Ang

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 194

    "Tapi, mereka nggak pernah peduli padaku. Jadi, mereka juga bukan kakakku," gumam Anggi pelan.Mina tertegun sejenak. "Ampuni hamba, Putri. Hamba telah lancang." Putri terlalu ramah, sampai-sampai Mina hampir lupa dirinya hanyalah seorang pelayan.Anggi memandangnya dan tersenyum. "Nggak apa-apa. Di kediaman Pangeran ini, aku harus berterima kasih padamu karena masih sering mau bicara denganku.""Putri terlalu memuji. Semua ini hanya karena perintah Pangeran, hamba hanya menjalankan tugas."Hanya saja, meski Pangeran begitu mencintai Putri, entah mengapa sorot mata Putri tetap terlihat kesepian ...."Setidaknya, kamu nggak pernah berniat untuk menyulitkanku," ucap Anggi sambil menurunkan tirai kereta. "Akhir-akhir ini, Keluarga Suharjo memang agak tenang, tapi setelah mereka kembali ... mungkin aku harus bersiap-siap untuk menghadapi masalah baru."Mina membuka mulutnya, lalu bertanya, "Putri benar-benar nggak mau berdamai dengan Keluarga Suharjo?"Anggi menatapnya. Dia tahu, apa pun y

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 193

    Hanya karena satu kalimat itu, Satya langsung kembali percaya diri, "Benar, benar! Dia itu cuma orang cacat!" Selama Anggi bukan orang bodoh, dia pasti tahu harus berdiri di pihak siapa!Dengan membantu Satya mencapai tujuannya, hanya Satya yang bisa memberikan masa depan dan kebahagiaan untuk Anggi kelak.Pandi berkata, "Benar. Tapi hari ini, cara Nona Anggi bisa keluar dari situasi rumit itu rasanya terlalu kebetulan. Luis itu bukan orang bodoh. Bisa jadi anak buahnya berada di tengah keramaian. Bagaimana kalau Pangeran Selatan menyulitkan Nona Anggi?"Bagaimana?Satya sendiri juga tidak tahu jawabannya."Semuanya sudah ditakdirkan. Dia nggak sebodoh itu. Dia pasti tahu bahwa hanya aku yang bisa memberinya masa depan yang gemilang!" Satya mengibaskan lengan bajunya sambil berkata, "Ayo pulang!""Baik." Pandi langsung menjawab dan buru-buru kembali ke dalam ruang VIP untuk membawa Pir.Selama bertahun-tahun mengikuti Satya, dia tahu bahwa tuannya adalah orang yang berambisi. Awalnya d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 192

    "Mina dan Sura sepertinya akan segera kembali. Tuan, aku harus pulang sekarang." Anggi berdiri, lalu memberi salam secara formal pada Satya, meski sikapnya agak setengah hati.Namun, karena posturnya yang ramping dan lemah lembut, Satya malah tidak merasa Anggi bersikap sembrono. Sebaliknya, dia malah tertarik dengan pesona Anggi yang seperti ini."Gigi ...." Dia mengulurkan tangan, lalu menariknya kembali. "Demi masa depan kita, kalau ada hal apa pun yang terjadi pada Luis, kamu harus segera memberitahuku. Aku akan membantumu.""Baik.""Akhir-akhir ini di ibu kota banyak yang bilang kemampuan pengobatanmu tak kalah dari tabib istana. Lalu, apakah kamu sudah melihat kondisi kaki Luis?""Belum ...." Kenapa tiba-tiba dia membahas soal kaki Luis?"Tabib Damar adalah orang dari Permaisuri Dariani, dia sering keluar masuk ke kediaman Pangeran Selatan. Apakah dia yang sedang mengobati kaki Luis?"Padahal Damar dikirim oleh Kaisar dan Dariani untuk merawat kesehatan mereka, sekaligus untuk me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 191

    Wajahnya yang begitu jernih dan anggun itu, tak lagi memandangnya dengan tatapan tergila-gila, juga tak sehangat dulu. Hal ini membuat hati Satya terasa tidak nyaman."Gigi, apakah di hatimu masih ada aku?" tanya Satya dengan wajah muram sambil memeluk Pir yang tidak sempat dia berikan.Di hadapannya, Satya selalu berada di posisi yang unggul, seolah-olah tidak pernah ada yang bisa menandinginyaa. Bahkan sampai hari ini pun, Angga masih menunjukkan rasa superiornya."Kenapa Tuan bilang begitu? Kalau nggak, untuk apa aku datang ke sini?" katanya berpura-pura marah. "Demi bertemu Tuan, aku bahkan sudah menyuruh Mina dan Sura pergi. Tapi Tuan malah menuduhku seperti ini?""Bukan begitu, tapi kenapa kamu menjauh dariku?" Dulu saat dia menarik tangan Anggi, wajah gadis itu tetap tersipu meski tampak enggan. Bukannya bersikap dingin seperti sekarang dan malah membicarakan soal batas antara pria dan wanita."Kenapa?" Wajah Anggi terlihat semakin kesal. "Tuan yang aku sukai dulu itu sosok yang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 190

    "Meong ... meong ...." Pir di pelukan Satya mengeong pelan dua kali. Satya segera menyodorkan kue kering di atas meja, tetapi kucing itu hanya mencium aromanya dan tidak menunjukkan minat untuk makan.Satya berkata, "Pir, kamu harus terus berusaha. Anggi sangat menyayangimu. Selama dia belum memberi keturunan untuk laki-laki itu, dia masih bisa menjadi majikanmu."Sambil berbicara, pandangan Satya terus tertuju ke arah Balai Pengobatan Afiat.Saat dia sedang mengawasi, terdengar suara langkah kaki. Pandi mendorong pintu dan masuk. "Tuan."Satya mengernyit. "Kenapa kamu di sini? Bukankah aku menyuruhmu memanggil dia?"Pandi menjawab, "Jangan panik, Tuan. Hamba sudah menyuruh seorang pengemis menyampaikan pesan. Kalau hamba yang pergi, sekalipun Nona Anggi ingin datang, dia pasti nggak berani, 'kan?"Kalau dipikir-pikir, itu memang masuk akal."Tuan, lihat." Pandi menunjuk ke arah pintu Balai Pengobatan Afiat. Seorang pengemis kecil benar-benar melangkah masuk.Tak lama kemudian, pengemi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 189

    "Kamu benar." Hal ini juga berlaku untuk wanita yang dia cintai. Tanpa kekuatan, bagaimana bisa dia melindungi wanita itu?Luis samar-samar merasa bahwa Anggi tidak merasa aman, jadi dia memeluk gadis itu lebih erat. "Kamu nggak perlu takut. Selama ada aku, aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi padamu.""Ya."Melawan takdir! Jalan ini sejak awal bukan jalan yang biasa, jadi dia harus mengerahkan segala kemampuan untuk memperjuangkannya. Apa pun hasilnya nanti, setidaknya dia tidak hanya duduk menunggu kematian.Hanya dengan melihat Wulan dan Satya benar-benar tidak bisa bangkit kembali, Anggi baru bisa benar-benar merasa tenang.Dari ucapan Anggi, Luis bisa menangkap satu hal. Anggi masih sangat berwaspada terhadap Wulan dan Satya.Bukan hanya Anggi, bahkan Luis sendiri pun tidak bisa merasa tenang terhadap Keluarga Pangeran Aneksasi.Dia memeluk Anggi erat sepanjang malam, tanpa sepatah kata pun.Keesokan harinya, Anggi keluar dari kediaman. Dia tahu betul apa yang menjadi tujuan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 188

    Sudah sejauh itu ....Sudut bibir Luis melengkung sedikit. "Yang kamu katakan benar. Aku yang sudah membebanimu."Ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya, tetapi dia benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Dia ingin menguasai Anggi sepenuhnya. Dia takut jika dirinya berkedip sedikit saja, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Keinginan untuk memiliki itu bisa membuatnya gila kapan saja.Mungkin karena selama empat tahun terakhir ini, dia sudah terbiasa melihat tatapan orang-orang yang penuh kepentingan. Para gadis bangsawan yang dulu memujanya, semua menghindarinya setelah dia jatuh.Hanya Anggi yang berbeda. Saat menikah dengannya, memang Anggi tidak rela. Namun, setelah itu, meskipun hanya pura-pura, Anggi melakukannya dengan cara yang membuat Luis merasa nyaman.Empat tahun lalu, Anggi menyelamatkan nyawanya. Empat tahun kemudian, dia menyembuhkan cederanya, memulihkan kakinya, seakan-akan dia adalah dewi yang dikirim dari langit untuk menyelamatkannya.Malam itu, yang t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 187

    Bahkan, Luis berkata, "Lihat saja, Satya itu pria berengsek yang gampang kasihan sama perempuan mana pun!""Beri tahu Pangeran, aku sudah tahu," kata Anggi sambil tersenyum pada Torus.Torus berdeham pelan, lalu membungkuk sopan, "Pangeran masih menitipkan satu kalimat lagi untuk disampaikan kepada Putri."Anggi menatap Torus, kira-kira pesan apa lagi?Torus tersenyum. "Pangeran bilang, Satya punya hati yang besar. Setiap gadis ingin dia lindungi. Tapi, Pangeran berbeda. Pangeran hanya peduli pada Putri seorang.""Ah ...." Bibir Anggi bergerak sedikit. Dia sungguh tak menyangka Luis bisa mengatakan hal semacam itu."Pangeran mengingatkan, dia berbeda dari Satya dan hanya peduli pada Putri seorang," ulang Torus, lalu pergi.Di samping, Mina menahan tawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Ketika Anggi menoleh, Mina pura-pura sibuk, mengambil kain dan mulai mengelap meja, sambil berkata, "Pangeran benar-benar baik pada Putri.""Memang baik, tapi sepertinya dia nggak terlalu percaya pa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 186

    "Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status