Share

Bab 79

Author: Lilia
Hati Luis langsung berdebar. Dia menjawab secara jujur, “Kata-kata Putri itu bisa buat aku salah mengartikannya.”

Anggi bertanya dengan agak bingung, “Salah mengartikannya? Salah mengartikannya jadi apa?”

“Aku akan mengira Putri lagi merayuku.”

“Saya ....” Anggi menggigit bibirnya, lalu melihat ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia juga tidak menjelaskan dan hanya menjawab, “Saya itu istri Pangeran. Ini kenyataan yang nggak akan berubah.”

Deg, deg .... Deg, deg ....

Hati Luis berdebar kencang. “Jadi, kamu mengaku?”

‘Apa Anggi sedang mengaku dirinya sedang merayuku?’ pikir Luis dalam hati. Dia seperti sudah mendengar sesuatu yang sangat luar biasa dan menatap Anggi lekat-lekat, seolah-olah takut melewatkan ekspresi sekecil apa pun dari wajahnya.

Anggi menjawab, “Kalau Pangeran suka, saya tentu saja merasa senang.”

“Aku ....” Luis tersenyum dan menjawab, “Suka.”

Kedua orang itu saling memandang. Pada saat ini, Luis memastikan sesuatu, lalu mengulangi kata-katanya de
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 80

    Setelah Mina pergi, Dimas melirik Anggi dan berkata dengan ekspresi agak bersalah, “Sebelumnya, kami yang salah karena menyuruhmu menggantikan Wulan menikah dengan Pangeran Selatan. Kamu seharusnya tahu jelas apa tujuanku datang kemari hari ini.”Anggi tersenyum dingin dan menjawab, “Tahu.”Rasa bersalah orang-orang ini tidaklah tulus. Bukankah sekarang Dimas datang menemuinya demi Wulan?“Sebelumnya, Tuan Dimas nggak ada di rumah. Tapi meski ada di rumah, kamu juga pasti akan membuatku menggantikan Wulan untuk menikah, ‘kan?”“Aku ....” Mengingat tampang lemah Wulan dan mempertimbangkan Satya yang menyukai Wulan, Dimas pun terdiam untuk sejenak dan tidak membantah.Anggi bertanya sambil tersenyum, “Apa aku ini anak pungut?”Dimas pun mengerutkan kening, seolah-olah tidak mengerti kenapa Anggi melontarkan pertanyaan seperti itu.“Kalau aku bukan anak pungut, kenapa semua orang begitu membenciku dan menyukai Wulan? Orang yang ditunjuk untuk menikah itu Wulan, tapi kalian bilang tubuhnya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 81

    Bukannya Wulan yang meracik dupa penenang untuk Nenek? Dupa itu sudah habis belakangan ini? Dimas sangat jarang berada di rumah. Dia lebih sering tinggal di rumahnya sendiri sehingga dia tidak begitu jelas mengenai hal-hal yang terjadi di Kediaman Jenderal Musafir. Setelah memikirkannya, dia pun mengalihkan pandangannya dari camilan di meja, lalu melangkah keluar dari aula. Di bawah salju, Anggi dan pelayannya sedang berjalan bersama di bawah satu payung. Dimas memandang mereka berjalan melewati koridor panjang hingga sosok mereka menghilang.Ucapan Anggi mengandung keanehan. Seberapa besar penderitaan dan kebencian yang dirasakannya sehingga dia menjadi begitu dingin?...Salju lebat turun selama tiga hari berturut-turut. Anggi, Mina, Naira dan pembantu lainnya membuat beberapa manusia salju di halaman. Tangan mereka sudah merah karena kedinginan.Ketika Dika mendorong kursi roda Luis mendekat, Luis melihat Anggi yang membuat manusia salju bersama para pembantu dan tertawa gembira.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 82

    Luis mengatakan Anggi layak mendapatkan yang terbaik .... Apa ini rasanya dilindungi, dicintai, dan diakui oleh orang? Jika begitu, betapa bahagianya Wulan yang disayangi semua orang di Keluarga Suharjo!Hati Anggi terasa sangat bergejolak. Dia sudah pernah tewas karena kebodohannya sekali. Dia pun memperingati dirinya sendiri untuk tidak percaya pada siapa pun. Namun, Luis .... Dia adalah orang yang dirumorkan bagaikan raja neraka. Hanya saja, dia sepertinya sama sekali tidak kasar maupun kejam. Perlindungannya terhadap Anggi malah sangat jelas dan hampir membuat Anggi tidak dapat menahan emosinya.“Putri sepertinya nggak percaya,” ucap Luis sambil tersenyum.Anggi tersenyum tipis dan menjawab, “Awalnya memang nggak percaya. Tapi, siapa suruh yang mengatakannya itu Pangeran. Saya pun percaya.”Anggi menyadari bahwa selama beberapa hari terakhir, Luis sangat sibuk meskipun salju turun sangat lebat. Selain itu, Luis sudah makin sering tersenyum. Entah itu hanyalah perasaannya atau buka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 83

    “Di rapat pagi ini, Jenderal Pratama minta Ayahanda untuk batalkan perjodohan Wulan.” Luis terdiam sejenak setelah mengucapkan hal itu. Setelah melihat Anggi tidak menunjukkan reaksi yang terlalu besar, dia baru melanjutkan, “Dia akhirnya ditegur Ayahanda. Pernikahan Wulan tetap akan dilanjutkan.”Anggi mengangguk. “Itu akibat perbuatannya sendiri.”Luis berujar, “Waktu kamu ketemu sama Ayahanda, dia mungkin akan tanya kamu soal ini. Kalau kamu memohon padanya ....” Luis menyimpan bidak terakhir ke dalam botol giok, lalu menutupnya dan melanjutkan, “Mungkin dia akan mempertimbangkan ulang hal ini.”“Saya nggak akan memohon padanya,” ucap Anggi dengan sangat tegas.Luis menggigit bibirnya dengan tidak sadar. “Kamu nggak mau restui mereka?”“Tentu saja.” Setelah berhenti sejenak, Anggi melanjutkan, “Itu cuma salah satu alasannya.”Hal yang terpenting adalah, nasib tokoh utama pria dan wanita telah berubah. Dengan begitu, apa yang terjadi selanjutnya mungkin juga bisa berubah. Itu adalah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 84

    Mina akhirnya paham, lalu berseru dengan nada tenang, “Putri tiba.”Di luar gerbang. Setelah mendengar seruan itu, Wulan langsung menerjang masuk. Mina pun buru-buru mengadang di depan Anggi.Wulan berlutut di depan Anggi dan berkata sambil menangis, “Kak, Ayah bilang cuma Kakak yang bisa menolongku. Kak, tolonglah aku ....”Anggi menggeser kakinya dengan ekspresi jijik dan menjawab, “Nona Wulan, kamu nggak salah? Ini pernikahan yang dianugerahkan Kaisar. Siapa yang bisa menolongmu? Bagaimana aku bisa menolongmu?”“Bisa kok, pasti bisa. Ayah sudah bilang, selama Kakak memohon pada Pangeran, Kaisar pasti akan batalkan perjodohan ini demi Pangeran.”“Memangnya yang dikatakan Ayah pasti benar?”Wulan pun tertegun. Air matanya masih lanjut menetes. Angin dingin yang bertiup langsung mengeringkan air matanya dan meninggalkan sedikit rasa sakit.“Sudah ada banyak istri Pangeran Pradipta yang meninggal, termasuk selir dan gundiknya yang tak terhitung jumlahnya. Anggi, kamu benar-benar begitu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 85

    Sura melempar Wulan ke dalam kereta kuda, lalu memelototi Fani dengan dingin dan juga melemparnya masuk ke kereta kuda. Selanjutnya, dia menyeret kusir turun dari kereta kuda dan menempati posisinya sebelum melajukan kereta kuda itu.“Putri.” Dalam perjalanan kembali, Torus menghentikan Anggi dan Mina di tengah jalan, lalu berkata, “Pangeran menyuruh Putri untuk langsung kembali ke kamar utama. Malam ini, kalian akan makan di sana.”Pada saat ini, langit sudah gelap.“Baik.” Setelah mengiakannya, Anggi memberi perintah pada Mina, “Bahan obat yang ada di Paviliun Pir nggak usah dipindahkan dulu.”Salep yang diracik Anggi sudah cukup digunakan Luis untuk setengah bulan.“Baik.  Aku akan segera kembali.” Mina membungkuk, lalu pergi. Sementara itu, Anggi mengikuti Torus berjalan ke kamar utama.“Pangeran sudah mau makan?” tanya Torus.Melihat Luis mengangguk, Torus segera pergi menyiapkan makan malam.Luis mengulurkan tangannya ke arah Anggi dan bertanya, “Semuanya lancar-lancar saja?”Ang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 86

    “Pangeran, kali ini kamu sudah memercayaiku?” Anggi merasa sedikit bangga. Senyuman di wajahnya juga semakin cerah lagi.Pada saat ini, Luis merasa Anggi adalah wanita tercantik di dunia. “Percaya.” Luis bahkan tidak menyuruh tabib istana atau tabib dari rumah sakit untuk memeriksa kandungan salep itu. Sejak dia tahu Anggi adalah gadis yang menyelamatkannya dulu, dia sepenuhnya memercayai Anggi. Alasannya karena waktu itu Luis pernah mengatakan ingin membalas budinya, Anggi malah menolak. Pada akhirnya, Anggi menghilang, dia benar-benar tidak meminta balasan apa-apa.“Kalau begitu ….” Anggi menatap kedua mata indah si pria, lalu bertanya dengan suara pelan, “Malam ini saya akan obati kaki Pangeran dengan akupuntur, ya?”Luis menggenggam tangan Anggi dan meletakkannya di dalam telapak tangannya, bagai barang yang sangat berharga saja.“Pangeran?” Ketika melihat Luis tidak berbicara, Anggi merasa agak gugup.Luis memang mengatakan kondisi tubuhnya baik-baik saja, tetapi sampai saat ini

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 87

    “Masih, masih bisa diobati ….” Luis menatap Anggi dengan hati sedikit bergejolak. “Saya percaya dengan Putri.”“Saya nggak akan mengecewakan Pangeran.” Anggi kelihatan sangat percaya diri. Tatapannya yang indah dan teguh itu bagai memiliki daya magis yang bisa memikat hati orang-orang saja!Sekitar 15 menit kemudian, lutut, betis, dan perut Luis dipenuhi dengan banyak tusukan jarum perak.Sekitar 30 menit kemudian, kedua kaki Luis terasa panas. Dia tidak pernah merasa kakinya begitu hidup seperti sekarang.“Pangeran, apa kamu merasa ada yang nggak nyaman?” Kedua tangan Anggi sedang menekan-nekan kaki Luis.Luis merasa gerakan Anggi sangat lembut bagai sedang menguliti telur ayam saja. Dia pun menggeleng, lalu berkata dengan datar, “Sepertinya kedua kakiku terasa agak panas. Sebelumnya, Tabib dari rumah sakit juga pernah melakukan akupunktur, tapi aku nggak merasakan apa-apa.”Tentu saja, titik akupunktur para tabib kelihatan hampir mirip, tetapi kekuatan ketika menusukkan jarum perak s

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 178

    "Benar, kali ini berbeda dari biasanya. Dia berpakaian mewah, membawa banyak pelayan dan penjaga. Jelas sekali, dia datang dengan persiapan," ujar Mina dengan tenang.Anggi mengernyit, lalu bangkit dengan anggun. "Aku penasaran, apa yang ingin dia lakukan hari ini."Begitu Anggi keluar, semua orang langsung menyambutnya dengan hangat, memanggilnya dengan hormat, "Salam sejahtera, Putri!"Sekilas, Anggi langsung melihat Wulan, yang saat itu menatapnya dengan tatapan cerah dan bibir menyunggingkan senyuman tipis. Alis yang sedikit terangkat pun membuatnya terlihat angkuh.Anggi membisikkan beberapa instruksi kepada Mina, lalu kembali masuk ke ruangan.Mina merapikan ekspresinya, lalu berjalan ke depan Wulan. Dia membungkuk sedikit dan berkata, "Silakan masuk, Putri."Anggi secara langsung mengizinkan Wulan memotong antrean. Siapa yang berani protes? Namun, hari itu tanggal 7. Waktu pengobatan gratis sangat berharga dan antreannya sangat panjang.Dengan senyuman di wajah, Wulan memutar me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 177

    "Tapi, Fani sekarang bahkan nggak bisa bicara lagi ....""Nggak apa-apa, yang penting dia masih hidup."Wulan pun berpura-pura menunjukkan empati yang dalam. "Benar, untung dia masih hidup."Sunaryo terdiam sejenak, lalu menatap Wulan dan bertanya dengan serius, "Kali ini setelah kamu berhasil lolos, sebenarnya kamu bisa saja pergi mencari Satya, 'kan?" Dia sedang menguji.Mendengar pertanyaan itu, hati Wulan tetap goyah. Namun, dia mengenal Satya dengan baik dan tahu Burhan pasti tidak akan mengizinkan Satya menikahi wanita yang sudah ternodai.Dia menggeleng pelan. "Nggak. Seumur hidupku ini, aku hanya akan ikut denganmu.""Aku?" Mata Sunaryo langsung berbinar. Takdir Wulan itu bisa membantunya mencapai semua ambisinya dengan cepat! Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya peluang datang juga!"Hanya kamu," jawab Wulan dengan mantap."Kamu tahu kenapa aku selalu menahan diri dan nggak berani melangkah lebih jauh, padahal aku begitu mencintaimu?""Aku ... nggak tahu.""Selain karena

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 176

    "Ada apa?" tanya Sunaryo.Wulan menggeleng. Di benaknya, perasaan terhadap Satya hampir tak tersisa sedikit pun. Dia masih mengingat jelas hari dia menikah dan masuk ke Kediaman Pangeran Pradipta.Anggi mengobrol dengan Parlin, menyiratkan bahwa dia dan Satya punya hubungan yang tak biasa. Tak lama setelah itu, Satya memberikan uang dalam jumlah besar kepada Parlin agar memperlakukannya dengan baik.Hah, memperlakukannya dengan baik? Tidak peduli bagaimana dia menjelaskan, tak pernah cukup untuk menghapus kecurigaan Parlin.Jadi, di hari kedua setelah pernikahan, dia dipaksa melayani Parlin dan dua tamunya. Kini jika diingat kembali, semuanya terasa menjijikkan.Untungnya, Parlin sekarat sekarang.Wulan memandang Sunaryo. "Apa kamu ... jijik padaku?"Sunaryo merapikan helaian rambut di dahinya. "Bagaimana mungkin?"Dengan berani, Wulan memeluk pinggang pria itu. "Benarkah?""Benar.""Kalau begitu, kita ....""Jangan terburu-buru, pria tua itu belum mati."Wulan terlihat agak kecewa. Pa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 175

    Reputasi? Dengan pasangan selingkuh keji ini di Kediaman Pangeran, Parlin sudah tidak memiliki harga diri. Reputasi apa lagi yang tersisa?Meski begitu, Parlin masih tidak mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi. Dia menatap Sunaryo dan bertanya, "Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?"Selama ini, Parlin tidak mengerti mengapa putra satu-satunya bertindak sekejam ini padanya.Sunaryo terdiam sejenak. Melihat ini, Wulan langsung waswas. Khawatir Sunaryo akan menyesal, dia segera berkata, "Jangan tanya lagi. Dia malu karena kamu begitu bermuka tembok.""Benarkah?" tanya Parlin lagi. Mungkin karena kondisinya terlalu lemah, dia tidak sanggup menopang dirinya terlalu lama dan kembali ambruk ke tempat tidur. "Benarkah begitu?"Kali ini, Sunaryo tidak hanya diam. Dia mengangguk dan berkata, "Ya.""Kenapa?" tanya Parlin."Karena kamu terlalu bejat, karena kamu membunuh ibundaku. Kalau bukan karena kamu, ibundaku nggak mungkin bunuh diri!" balas Sunaryo.Parlin berkata, "Dia bunuh diri ka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 174

    Setelah melihat Luis mengangguk, Dika berkata pada Torus, "Kamu tahu kalau Putri juga merawat kaki Pangeran, 'kan?""Semua orang di Kediaman Pangeran juga tahu." Torus berpikir sejenak, lalu melanjutkan, "Semua orang di ibu kota tahu kalau Putri merawat kaki Pangeran, tapi orang-orang di Balai Pengobatan Kekaisaran saja nggak berdaya. Apa ... apa jangan-jangan Putri juga sudah membuat kemajuan dengan perawatan kaki Pangeran?""Akhirnya kamu mengerti," ucap Dika.Torus merasa dirinya dianaktirikan. Bagaimana dia bisa jadi orang terakhir yang mengetahui hal sebesar itu?Luis tiba-tiba berdiri. Sambil menumpukan kedua tangannya di meja, dia berkata pada kedua bawahannya, "Hari ini aku juga baru sadar bisa berjalan dua hingga tiga langkah tanpa kruk."Sambil bicara, Luis berjalan beberapa langkah mengitari meja.Dika dan Torus membungkuk dalam-dalam sambil berkata, "Selamat, Pangeran. Selamat, Pangeran!""Putri belum mengetahui hal ini, jadi tutup mulut kalian," pesan Luis."Siap, Pangeran

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 173

    "Aku hampir nggak bisa bernapas," ucap Anggi dengan lirih.Luis terkekeh-kekeh, lalu menempelkan dahinya ke dahi gadis itu. Sambil bertatapan, dia berkata, "Nggak akan, aku akan hati-hati supaya nggak membahayakan Gigi." Siapa yang akan mati hanya karena berciuman?"Aku sudah mencicipinya, rasanya manis, manis sekali. Suapi aku dengan cara seperti ini lagi, oke?" pinta Luis dengan penuh harap.Luis ingin perlahan-lahan menggantikan posisi Satya di hati Anggi. Mungkin obsesinya dalam hidup ini bukanlah tahta, tetapi cinta tulus dari gadis di depannya.Anggi tidak menjawab. Namun, ketika Luis membawakan ceri baru, gadis itu membuka mulutnya dan menatapnya dengan sorot menggoda, menunggu Luis mengambil buah itu lagi.Luis melepas topengnya sambil tersenyum. Masih ada beberapa bekas luka di wajah pria yang berada tepat di depan Anggi. Namun, mata, hidung mancung, dan kontur wajahnya sangat sempurna.Anggi tahu, wajah pria ini akhirnya akan pulih 80% hingga 90% dari keadaan semula.Wajah Lu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 172

    Anggi membuka mulutnya, tetapi tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Setelah beberapa saat, dia berujar, "Aku mana berani mengontrol Pangeran?""Harus berani. Kalau nggak, hari-hari mendatang akan sangat membosankan," bujuk Luis.Anggi menatap pria itu. Apa dia serius? Bagaimana Luis bisa sebaik itu, begitu memanjakannya?Bak sedang sakit, jantung Anggi berdetak kencang. Begitu kencang hingga rasanya seperti hendak melompat keluar dari dadanya."Ya?" desak Luis.Anggi menjawab dengan wajah tersipu, "Aku hanya ingin melayani Pangeran dengan baik. Aku nggak berani melewati batas.""Baiklah, baiklah," kata Luis. Dia merasa mungkin sebaiknya dia tidak mendesak. Akan lebih baik jika Gigi melakukannya secara alami.Pada akhir bulan Maret, Luis pulang dari pengadilan dengan membawa hadiah.Melihat sekeranjang ceri merah yang tumbuh dua-tiga butir dalam satu tangkai, Anggi berucap kaget, "Nggak terasa, ceri-ceri ini sudah masak.""Ya, ceri merah ini segar, lembut, enak, dan manis. Kupikir

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 171

    "Baik. Biar aku antar, Pangeran," ujar Jelita sambil mengantar Parlin ke pintu.Jelita berdiri di dekat pagar. Setelah melihat Parlin sudah pergi jauh, dia baru menghela napas lega. Begitu berbalik, dia melihat Sunaryo berdiri di dalam kamar."Kapan Putra Bangsawan datang?" tanya Jelita sambil berjalan mendekat. Matanya bersinar lembut. Dia ingin menyerbu ke pelukan Sunaryo, tetapi akhirnya menahan diri.Sunaryo menarik Jelita ke dalam dekapannya dan berkata, "Waktu kamu mengantar dia dengan penuh cinta.""Siapa yang penuh cinta?" bantah Jelita."Aku sampai cemburu," ujar Sunaryo."Omong kosong, aku hanya berpura-pura," kata Jelita.Sunaryo bertanya sambil melingkarkan lengannya di pinggang gadis cantik itu, "Apa Jelita juga berpura-pura di depanku sekarang?" Air mata Jelita berjatuhan di pipinya saat dia menjawab, "Aku sudah berkorban banyak demi Putra Bangsawan, tetapi Putra Bangsawan masih nggak memercayaiku.""Aduh, jangan menangis, jangan menangis. Aku percaya padamu," bujuk Suna

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 170

    Fani terbelalak tidak percaya. Sejurus kemudian, dia menopang dirinya dan bersujud pada gadis di atas ranjang. Mulutnya mengeluarkan suara tidak jelas, bersumpah setia pada tuan barunya.Gadis itu tersenyum ramah dan berkata, "Jangan bicara lagi, aku nggak mengerti satu kata pun. Aku akan minta Riki membuatkanmu obat. Minumlah nanti, lalu oleskan ini di lidahmu."Si gadis memberikan sebotol obat pada Fani dan menambahkan, "Kamu harus sembuh."Fani bersujud lagi. Ya, dia harus sembuh! Dengan tuan sebaik ini, dia pasti segera sembuh dan melayaninya dengan baik.Saat botol obat itu sampai di tangannya, Fani mendapatinya sangat familier. Bukannya ini salep yang dijual di Balai Pengobatan Afiat?Tangan Fani yang memegang botol obat itu bergetar. Dia merasa sedih dan diperlakukan dengan tidak adil.Ketika mendengar perintah Pratama untuk memotong lidah Fani dan menjualnya, dia langsung pingsan, bahkan sebelum sempat memohon ampun. Dia terbangun di Balai Lelang, dengan rasa sakit yang menyiks

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status