Syakia tidak suka diancam orang lain dengan begitu terang-terangan. Jadi, dia melempar surat pembatalan pernikahan itu di depan Kahar dan berujar, “Terserah kamu mau berbuat apa. Tapi, aku sarankan kamu tandatangani dulu surat ini. Kalau nggak, aku bisa berubah pikiran kapan saja karena aku tidak tahan denganmu dan Ayu.” Syakia tersenyum tipis. Tidak ada sedikit pun kehangatan dalam ekspresinya. Kahar yang balik diancam pun seketika memasang ekspresi suram.“Kak Kahar ....” Ayu yang takut Kahar berubah pikiran memanggil Kahar lagi, lalu mendesaknya secara diam-diam dengan tatapan memelas. Kahar menunduk untuk menatap surat pembatalan pernikahan itu sambil menggertakkan gigi. Meskipun sudah mencapai tahap ini, dia sepertinya masih ingin mencari alasan untuk menunda.“Aku nggak bisa tanda tangan tanpa kuas ....”“Ini kuasnya.” Komandan Pasukan Bendera Hitam di belakang Syakia menyerahkan kuas kepada Kahar tanpa menunggu Kahar menyelesaikan kata-katanya. Kahar sangat marah dan mengge
Kahar menggertakkan giginya dan berseru, “Syakia! Kalau ada apa-apa, hadapi aku! Jangan tindas Ayu!”“Ini mana bisa disebut menindas? Aku cuma bertindak sesuai perintah. Kalau mau salahkan orang, salahkan saja adik keenammu yang melakukan sesuatu yang nggak seharusnya dilakukannya. Kalau nggak, mana mungkin aku bisa menangkapnya?”Syakia tersenyum tipis dan melanjutkan, “Sudah cukup. Waktumu nggak banyak lagi. Kahar, Ini kesempatanmu yang terakhir. Kalau nggak memilih, kamu bisa pergi ke penjara untuk jenguk adik keenammu ini.”Kali ini, Syakia benar-benar bertindak sesuai perintah Kaisar. Lagi pula, kabar bahwa Cempaka pergi ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk membatalkan pernikahan sudah sampai ke telinga Kaisar. Demi Cempaka yang berkemungkinan besar akan menjadi calon permaisurinya di masa mendatang, Kaisar tentu saja lebih bersedia membantunya.Meskipun bukan karena itu, mengingat mereka sudah saling kenal sejak kecil, Kaisar juga tidak akan tinggal diam begitu saja. Sep
Syakia bahkan menggunakan Cempaka untuk mengancam Kahar, supaya Kahar membuat pilihan di antara Ayu dan Cempaka. Apa hak wanita jalang yang belum masuk dalam keluarga ini dibandingkan dengannya? Ayu merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Ketika menunduk, tatapannya itu terlihat sangat mengerikan dan berbisa.“Merusak hubungan kalian?” Syakia hanya merasa ucapan Kahar sangat absurd. Dia menyindir, “Cuma orang berhati kotor yang bisa merasa semua orang begitu.”Kemudian, Syakia melirik Ayu dan berujar dengan tidak sudi, “Kalian kira, aku mungkin ganggu ketenangannya dengan manfaatkan kalian? Jangan mimpi lagi, kalian masih nggak pantas.”“Cih! Ngomongnya saja enak didengar! Kalau bukan karena kamu tulis surat untuk ngadu sama dia, mana mungkin Cempaka yang tinggal baik-baik di Wajura tiba-tiba kembali, juga mau batalkan pernikahan denganku!”Sampai sekarang, Kahar masih mengira Syakia yang telah mengatakan sesuatu pada Cempaka sehingga Cempaka baru berbuat seperti ini.“Kamu kir
Jika ingin menyingkirkan Keluarga Angkola yang besar hanya dengan mengandalkan beberapa ekor serangga ini, itu tentu saja tidak mungkin. Bagaimanapun juga, unta yang kurus pun masih tetap lebih besar daripada kuda.Tentu saja, itu bukan sepenuhnya tidak mungkin. Hanya saja, harga yang harus dibayar terlalu mahal. Contohnya, perjanjian nikah di antara Keluarga Angkola dengan Keluarga Sumarno.Begitu Keluarga Angkola dituduh bersekongkol dengan suku asing, Damar pasti akan memikirkan segala cara untuk membersihkan reputasinya dari tuduhan ini. Cara yang terbaik tentu saja adalah melibatkan lebih banyak orang dalam masalah.Keluarga Sumarno yang masih memiliki perjanjian nikah dengan Keluarga Angkola akan menjadi yang pertama untuk terkena dampaknya. Terutama karena adanya hubungan di antara Cempaka dengan Syakia, ini juga akan menjadi salah satu alasan Damar menyeret Keluarga Sumarno ke dalam masalah.Jadi, sebelum menyelesaikan pembatalan pernikahan Cempaka dengan Kahar, Syakia masih ti
“Kamu ....”Begitu mendengar ucapan Syakia, ekspresi Ayu langsung menjadi suram. Dia menekan amarahnya dan berkata, “Putri Suci kan bukan anggota Pasukan Bendera Hitam, sepertinya nggak cocok juga kalau kamu yang menggeledah?”Ayu memaksakan seulas senyum dan melanjutkan, “Apalagi, semua orang tahu tentang dendam di antara Kak Syakia dan Ayu. Bagaimana kalau ....”Ayu tidak menyelesaikan kalimat terakhirnya, tetapi orang yang seharusnya mengerti pun mengerti maksudnya. Bagaimana jika Syakia masuk dan melakukan sesuatu untuk mencelakainya?Syakia menoleh ke arah Ayu. Wajahnya yang mulus dan cantik dihiasi senyum tipis. “Aku nggak begitu licik dan nggak tahu malu sepertimu.”Makian itu langsung membuat ekspresi Ayu berubah drastis. Namun, pada detik berikutnya, Syakia lanjut berkata, “Tapi, hal ini memang nggak boleh diabaikan. Berhubung Nona Ayu begitu khawatir, aku akan menggeledah dengan berdiri di depan pintu.”Menggeledah dengan berdiri di depan pintu? Bagaimana Syakia mau menggele
“Sembarangan!”Ada kilatan bahaya yang melintasi tatapan tajam Damar. Dia menatap kereta kuda yang dinaiki Syakia. Melalui celah dari tirai kereta kuda, dia langsung menyalahkan Syakia.“Syakia, kamu tahu apa yang lagi kamu lakukan? Ini adalah tindakan menjebak pejabat istana dan merupakan kejahatan serius! Kalau kamu nggak bisa keluarkan buktinya, meski kamu itu mantan putriku, aku juga nggak akan ampuni kamu!”“Untuk apa Adipati buru-buru menggertakku seperti itu?”Saat berbicara, Syakia membuka tirai kereta kuda, lalu berjalan keluar dengan perlahan.Eira melangkah maju dengan gesit, lalu memapah Syakia turun dari kereta kuda dengan perlahan layaknya para dayang putri keluarga bangsawan.Setelah turun dari kereta kuda, Syakia memandang Damar yang berdiri di seberang Pasukan Bendera Hitam dan tersenyum tipis. “Kalau nggak punya bukti, mana mungkin Putri Suci ini berani memimpin pasukan untuk mengepung kediaman Adipati?”Bertindak menggunakan plat pribadi Adika berbeda dengan bertinda