Share

Bab 626

Penulis: Emilia Sebastian
Kahar membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi teringat perkataan Kama barusan, seperti "mencambuk jasad untuk melampiaskan amarah". Apa Ayu benar-benar ingin melakukan hal seperti itu terhadap ibu mereka?

"Huhuhu, Kak Kahar ...." Ayu menatapnya dengan tampang kasihan. Air mata bercampur darah dan seluruh penampilannya terlihat sangat mengerikan.

Namun, pada saat ini, Kama mengepalkan tinjunya dan memancarkan aura yang luar biasa dingin. Dia berujar, "Kahar, kalau kamu berani ngomong sepatah kata pun untuk bela dia, salah satu dari kita harus mati hari ini."

Akhirnya, Kahar memejamkan mata dan memalingkan wajah untuk memupuskan harapan terakhir Ayu.

"Ayu, kamu nggak seharusnya berbuat begitu."

Sekalipun Ayu meracuninya, Kahar bisa memaafkannya. Sebab, dia berutang budi pada Ayu. Namun, Ayu tidak seharusnya menyentuh jasad ibu mereka.

Pada saat itu, Kahar bukannya tidak menyadari apa pun. Hanya saja, dia masih bisa menipu dirinya sendiri. Lagi pula, bukankah jenazah ibu mereka sudah dib
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 627

    "Carikan suami? Suami apa? Aku nggak mau! Nggak mau!" tolak Ayu tanpa ragu.Damar baru saja hendak mencabut status Ayu sebagai anak angkat. Jika mencari suami sekarang, bukankah dia harus menikah dengan status putri haram? Tidak bisa, ini tidak boleh terjadi!"Ayah, jangan begitu! Aku benar-benar sudah tahu kesalahanku. Ayah boleh pukul atau marahi aku sesuka Ayah. Aku nggak akan pernah timbulkan masalah atau membangkang lagi! Tolong jangan usir aku!""Kak Abista! Aku mohon! Sekalipun Ayu salah, Ayu bersedia dihukum. Terserah kalian mau hukum Ayu seperti apa, tapi tolong beri Ayu jalan keluar! Ayu benar-benar nggak mau menikah!""Nggak mau nikah atau nggak mau nikah dengan status putri haram?" cibir Kama.Abista berujar dengan tenang, "Ayu, kamu tahu jati dirimu sendiri. Kamu akhirnya kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan dan disayangi oleh Ayah, kakak-kakakmu, dan bahkan Syakia. Tapi, kamu malah serakah dan berpikiran untuk dapatkan segalanya. Apa yang bukan milikmu nggak aka

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 626

    Kahar membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi teringat perkataan Kama barusan, seperti "mencambuk jasad untuk melampiaskan amarah". Apa Ayu benar-benar ingin melakukan hal seperti itu terhadap ibu mereka?"Huhuhu, Kak Kahar ...." Ayu menatapnya dengan tampang kasihan. Air mata bercampur darah dan seluruh penampilannya terlihat sangat mengerikan.Namun, pada saat ini, Kama mengepalkan tinjunya dan memancarkan aura yang luar biasa dingin. Dia berujar, "Kahar, kalau kamu berani ngomong sepatah kata pun untuk bela dia, salah satu dari kita harus mati hari ini."Akhirnya, Kahar memejamkan mata dan memalingkan wajah untuk memupuskan harapan terakhir Ayu."Ayu, kamu nggak seharusnya berbuat begitu."Sekalipun Ayu meracuninya, Kahar bisa memaafkannya. Sebab, dia berutang budi pada Ayu. Namun, Ayu tidak seharusnya menyentuh jasad ibu mereka.Pada saat itu, Kahar bukannya tidak menyadari apa pun. Hanya saja, dia masih bisa menipu dirinya sendiri. Lagi pula, bukankah jenazah ibu mereka sudah dib

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 625

    Ayu menangis tersedu-sedu, seolah-olah telah mengalami ketidakadilan yang besar. Dia pikir dengan cara ini, dia bisa membuat ayahnya melunakkan hati, membuat Kahar kasihan padanya, dan membuat semua orang tidak bisa berbuat apa-apa.Tak disangka, orang pertama yang memukulnya kali ini justru adalah ayahnya ...."Plak!"Damar menampar bagian wajah Ayu yang tidak terluka. Wajahnya awalnya sudah berdarah akibat lukanya yang robek. Ditambah dengan tamparan ini, wajahnya pun bertambah bengkak."A ... Ayah?" Ayu menoleh dan menatap Damar dengan tidak percaya.Namun, dia malah mendapati Damar membelakanginya dan berkata dengan dingin, "Aku nggak nyangka kamu tega melakukan hal seperti ini pada ibumu. Abista, sebelumnya Ayah yang salah karena percaya pada kata-kata Ayu. Sekarang, masalahnya sudah jelas. Aku akan beri kalian sebuah pertanggungjawaban."Ayu tidak menyadari bahwa Abista yang berada di hadapan Damar sedang menatap mereka dengan wajah penuh kekecewaan dan kebencian. Oleh karena itu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 624

    Pada saat ini, jawabannya sudah sangat jelas. Abista bertanya dengan tenang, "Ayu, mana uangnya?"Ayu tiba-tiba menunjukkan tampang memelas dan menggeleng dengan panik. "Bukan aku, Kak Abista. Bukan aku yang mencurinya!"Ayu langsung menangis sejadi-jadinya. "Ayah, Kak Kahar, percayalah pada Ayu. Ayu benar-benar nggak curi uang Kak Kama.""Jangan panggil aku Kak Kama!" Kama mengepalkan tangannya dan berseru marah, "Awalnya aku memang buta, makanya aku memperlakukanmu seperti adik kandung. Tapi, gimana kamu membalasnya? Kamu menindas Syakia, membohongiku, mencuri uangku, dan bahkan suruh orang untuk gali tulang ibuku! Dia itu ibuku! Kalau kamu punya rasa kemanusiaan, kamu nggak seharusnya melakukan hal seperti itu!""Kak Kama, omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Kahar langsung membela Ayu, "Ayu sudah jelaskan bahwa bukan Ayu yang melakukannya, melainkan anak buahnya ....""Aku mendengarnya sendiri! Dia sendiri yang mengakuinya!" Tanpa ragu, Kama langsung memotong Kahar yang masih i

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 623

    "Siapa yang curi uangmu?" tanya Abista dengan agak mengernyit setelah mendengarnya.Kama mengangkat tangannya dan menunjuk ke dalam. "Dia! Dia curi uang yang kutaruh di kotak bawah tempat tidurku."Saat ini, wajah Ayu masih berlumuran darah. Dia yang ditunjuk berujar dengan sedih, "Ayah, Kak Abista, jangan dengarkan omong kosong Kak Kama. Aku sama sekali nggak curi uang Kak Kama. Kalau kalian nggak percaya, tanya saja pada Kak Kahar. Kak Kahar bisa bersaksi untukku.""Di mana Kahar?""Di sini! Aku di sini!"Kahar datang di waktu yang sangat tepat. Baru saja Damar menanyakan keberadaannya, Kahar langsung masuk dari luar.Setelah memasuki halaman, Kahar yang terengah-engah beristirahat cukup lama sebelum berkata, "Aku ... aku bisa bersaksi bukan Ayu yang mencurinya.""Berhubung bukan Ayu yang mencurinya, maksudmu Kama yang bohong?"Damar kembali menatap Kama dengan tatapan acuh tak acuh.Namun, Kahar menjawab lagi, "Nggak, uang Kak Kama pasti dicuri."Jika tidak, Kama tidak akan begitu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 622

    Yang satu karena uangnya, dan yang satunya lagi karena wajahnya. Namun, setengah tahun yang lalu, baik Ayu maupun Kama tidak pernah menyangka hubungan mereka akan mencapai titik ini.Para pelayan di sekitar gemetar ketakutan setelah melihat mereka berdua.Pada saat ini, terdengar ketukan di pintu tempat Kama bersandar."Kama, apa yang kamu lakukan di area tempat tinggal adikmu pagi-pagi begini? Cepat buka pintunya!"Mata Ayu seketika berbinar begitu mendengar suara itu. Dia pun berteriak kegirangan, "Ayah! Selamatkan aku! Kak Kama sudah gila! Dia mau membunuhku!"Orang di luar pintu adalah Damar.Bertolak belakang dengan kegembiraan Ayu, wajah Kama tiba-tiba menjadi muram. Dia bersandar erat di pintu tanpa berkata apa-apa dan enggan membuka pintu."Duk! Duk!"Orang di luar sepertinya menyadari pikiran Kama. Ketukan di pintu dengan cepat berubah menjadi gedoran yang kuat.Damar berkata dengan suara berat, "Kama, buka pintunya sekarang juga!"Ayu pun memanfaatkan kesempatan ini untuk men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status