Share

Bab 662

Penulis: Emilia Sebastian
Syakia menatapnya sambil tersenyum. "Nyonya Pendamping, kamu belum tepati janji yang kamu ucapkan pagi tadi."

Ayu mengerutkan kening. "Janji apa?"

Kenapa dia tidak mengingatnya?

Syakia mengangkat alisnya dan menjawab, "Nyonya Pendamping, apa kamu sudah lupa? Kamu masih harus kembalikan 3.500 koin tembaga Tuan Kama. Kalau nggak, kamu pikir buat apa aku undang kamu kemari?"

"Undang" apanya! Ini jelas-jelas adalah penculikan! Lagi pula, bukankah Syakia membawanya ke tempat ini untuk mengancamnya dengan kematian?

Ayu langsung murka. Akan tetapi, ketika melihat ke sekeliling, dia menyadari bahwa dirinya sedang berada di kaki Gunung Selatan, tepatnya di belakang rumah gubuk Kama yang lusuh. Tempat dia berdiri saat ini adalah parit yang sama dengan tempat dia membuang koin-koin Kama.

Ayu langsung mengumpat dalam hati.

Pantas saja Syakia tidak memberikan tanggapan apa-apa ketika dia mengatakan bahwa dirinya telah membuang uang Kama. Ternyata Syakia sudah merencanakan hal ini sejak awal dan men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 675

    Ranjana mencibir, "Kalian nggak berani bertindak karena takut Keluarga Darsuki membalas dendam, 'kan? Percaya nggak? Kalau hari ini kalian nggak bertindak, kalian juga akan mati di sini!"Para pengawal seketika bergidik dan berlutut. "Tuan Ranjana, jangan marah! Tuan Ranjana, ampunilah kami!""Sudah kubilang, bertindak sekarang juga! Bunuh dia!"Ranjana melempar tungku pemanas di tangannya ke lantai. Tungku pemanas itu menghantam kepala salah satu pengawal dengan kuat hingga kepalanya langsung berdarah. Namun, para pengawal masih tidak berani berdiri."Dasar sekelompok pecundang! Kalian diberi makan di rumah ini, tapi kalian masih berani melawan majikan kalian!"Saat ini, Panji yang tergeletak di lantai bangkit dengan susah payah dan mencoba melarikan diri. Dia benar-benar takut pada Ranjana. Saat menggila, Ranjana benar-benar tidak manusiawi!Jadi, selagi para pengawal tidak berani bertindak dan Ranjana tidak bisa bergerak, dia harus bergegas pergi meminta bantuan. Selama ada Damar da

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 674

    "Coba saja kalau kalian berani! Aku ini ahli waris Keluarga Darsuki!"Melihat Ranjana berani memerintahkan orang untuk menghajarnya, Panji meraung marah.Para pengawal yang memegang tongkat merasa ragu. Mereka tahu identitas Panji, tetapi majikan mereka sudah memberi perintah. Oleh karena itu, ketika berbalik dan melihat tatapan tajam Ranjana, mereka tidak berani ragu lagi. Mereka pun menerjang maju, lalu memukul Panji dengan tongkat mereka.Panji yang dikepung tidak punya tempat untuk bersembunyi. Dalam seketika, tongkat-tongkat setebal lengan itu menghantamnya dengan kuat secara bergantian dan membuatnya menjerit kesakitan.Dia segera melindungi kepalanya, menjerit kesakitan sambil berseru, "Sialan! Ranjana! Cepat suruh mereka berhenti!"Ranjana tidak mungkin menyuruh mereka berhenti. Saat ini, amarah dan frustrasi dalam hatinya perlu dilampiaskan. Masih mending jika Panji tetap berada di aula utama, tetapi dia malah berani berkeliaran di luar. Bagaimana mungkin Ranjana melewatkan ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 673

    Sudah lama sejak terakhir kali Panji mengunjungi Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Anehnya, dia malah merasa sedikit rindu. Oleh karena itu, setelah meninggalkan aula utama, dia berkeliling di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan sendirian.Saat berjalan-jalan, entah kenapa Panji teringat Syakia yang hadir di upacara pernikahan hari itu. Dia pun pergi ke tempat tinggal Syakia dulu. Namun, sebelum sampai di tempat tujuannya, seseorang menghentikannya. Ternyata itu adalah Ranjana yang telah diusir Damar sebelumnya.Panji memperlambat langkahnya, lalu menatap Ranjana yang duduk di kursi roda 3 meter di depannya. Tatapannya beralih ke kakinya yang lumpuh."Ranjana, kok kamu ada di sini? Bukannya Paman minta kamu pergi ke dapur bersama Kak Kahar ....""Kamu nggak seharusnya menikahinya."Panji mulai berbicara dengan canggung, tetapi sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Ranjana tiba-tiba menyela. Panji pun terdiam dan menatapnya.Ranjana duduk diam di kursi rodanya, wajah tampannya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 672

    Sayangnya, Ayu sama sekali tidak patuh. Dia bahkan menolak menurut pada Damar dalam hal memilih suami dan bersikeras melakukan sesuatu yang begitu memalukan. Selain mempermalukan Keluarga Angkola, tindakan Ayu lebih mempermalukan Damar lagi.Sekarang, di seluruh ibu kota, siapa di antara para orang yang mengetahui kejadian ini dan tidak diam-diam menertawakan Damar? Demi putri haram, seorang ayah malah mengusir putri sahnya.Tidak masalah jika putri haram itu mengungguli putri sahnya. Namun, kini putri sah yang tak disukai itu begitu terkenal, juga diangkat menjadi Putri Suci yang berpangkat tinggi. Sementara itu, putri haram yang disayangi malah tercoreng reputasinya dan rela menjadi istri pendamping orang lain.Dengan memakai kata yang enak didengar, dia memang adalah istri pendamping. Kasarnya, dia tetap hanyalah seorang selir.Jadi, bukan hanya Ayu yang ditertawakan, tetapi juga Damar, sang ayah yang dulu memegang kendali penuh atas segalanya. Maka dari itu, mustahil untuk mengatak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 671

    Setelah masuk, Panji akhirnya menyadari tatapan Kahar dan yang lainnya. Dia pun merasa bingung dan bertanya, "Kak Kahar, Ranjana, kenapa kalian menatapku seperti itu?"Tatapan itu terasa sangat meresahkan.Namun, Panji malah masih tidak sadar dan melontarkan kata-kata itu tanpa berpikir panjang.Damar yang berjalan di depan mendengarnya dan melirik ke belakang dengan penuh peringatan. Kemudian, dia berkata kepada Kahar dan Ranjana dengan dingin, "Kenapa kalian masih nggak pergi suruh orang untuk siapkan makan siang? Apa aku harus pergi sendiri?"Wajah Kahar menjadi muram. "Memangnya nggak bisa suruh pelayan yang melakukannya?"Dia masih harus mengawasi Panji. Kemudian, dia ingin bertanya kepada Ayu apakah Panji menindasnya.Ranjana juga menyahut, "Ayah, kakiku nggak bebas bergerak. Aku tetap di sini saja."Omong-omong, yang menyebabkan Ranjana menjadi lumpuh sebenarnya adalah Panji. Ketika Panji datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk melamar Ayu dengan tusuk konde patah,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 670

    Laras menatap Bima cukup lama sebelum tiba-tiba tersenyum. "Ayah, kamu rahasiakan rencana sebesar ini dari Ibu dan Kakak, tetapi malah mengundangku untuk bergabung. Apa kamu nggak takut aku akan merusak rencanamu?" "Kamu sangat pintar."Bima tersenyum dan berkata, "Meski kamu itu cuma putri seorang selir, status itu nggak ada hubungannya dengan kecerdasan. Sama seperti ibumu dan kakak. Meski mereka itu istri dan putri sahku, mereka benar-benar bodoh. Untuk jalankan rencana besarku, aku nggak butuh orang bodoh.""Laras, putriku yang baik, kamu seharusnya mengerti, 'kan? Kamu ... nggak punya pilihan lain, lho."Sebelum Laras kembali ke ibu kota, Bima telah mengaturkan status baru untuknya, yaitu putri sah ketiga Keluarga Panjalu. Status aslinya sebagai putri kedua selir telah dihapus dengan alasan "kematian akibat sakit".Jadi, sejak mendengar kabar itu, Laras tahu bahwa Bima punya niat jahat. Undangan untuk bergabung dalam rencana besar ini sebenarnya hanyalah bentuk pemberitahuan dari

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status