Setelah melihat pemikiran Ayu akhirnya terbuka juga, Damar baru mengangguk pelan. “Emm. Lakukanlah sesuai perintahku. Untuk sementara, jangan cari masalah dengan Syakia lagi. Ketika waktunya sudah tepat, apa kamu masih perlu takut nggak bisa balaskan dendammu?”“Emm! Ayah, terima kasih atas bimbinganmu!”“Ranjana, bantulah adikmu dengan baik. Kuserahkan hal ini pada kalian. Ini kesempatan terakhir kalian. Kalau kalian membuat masalah lagi, jangan salahkan aku bertindak kejam.”“Baik, Ayah!”...Setelah meninggalkan tempat tinggal Ayu, Ranjana berjalan kembali ke tempat tinggalnya sambil berpikir. Tepat pada saat ini ....“Duk!”“Hk!”“Sakit sekali!”Ranjana menabrak seseorang, lalu tubuhnya yang lemah langsung jatuh ke belakang. Untungnya, jatuhnya ini tidak serius. Begitu mendongak, dia melihat orang yang ditabraknya ternyata adalah Abista.“Kak Abista? Kamu nggak apa-apa, ‘kan? Tadi, aku lagi mikirin sesuatu, jadinya nggak perhatikan jalan.”Ranjana bangkit dari lantai, lalu mengulur
“Mana mungkin!” Ranjana masih tidak percaya.Damar langsung berkata dengan kesal, “Kalau nggak percaya, pergi sendiri ke Paviliun Awana. Sekarang, ladang-ladang obat itu sudah ditanam lagi dengan berbagai macam obat herbal.”Ekspresi Ranjana langsung menjadi sangat suram. Dia awalnya mengira dirinya sudah berhasil membalikkan sedikit situasinya dalam perihal ladang obat. Tak disangka, dia masih tetap kalah. Apa Syakia juga memiliki kitab racun Raja Racun Tabib Hantu?Ekspresi Ayu juga sama jeleknya dan mengumpat dalam hati, ‘Kenapa si penyakitan ini tetap begitu nggak berguna?’Sebelumnya, demi membuat Ayu gembira, Kahar sudah menceritakan apa yang dikatakan Ranjana padanya kepada Ayu. Namun, apa gunanya Ranjana begitu percaya diri dan mengatakan bahwa selain Raja Racun Tabib Hantu sendiri yang menawarkan racun itu, tidak akan ada orang yang bisa menyelamatkan ladang obat Syakia? Bukankah Syakia berhasil menyelesaikan masalah ini dengan mudah? Apa mungkin benar-benar ada Raja Racun Ta
Selain itu, Syakia juga membeli beberapa ladang.Setelah membacanya, Ranjana menatap Damar dengan bingung. “Ayah, buat apa Syakia beli begitu banyak benih dan bibit obat herbal? Bukankah dia sudah menanami seluruh lahan di Paviliun Awana dengan obat herbal? Kenapa dia masih lanjut menanam?”Damar mencibir, “Kalian masih belum mengerti? Otak kalian memang nggak seencer otak Syakia. Pantas saja kalian selalu kalah darinya.”Kemudian, Damar lanjut menjelaskan dengan acuh tak acuh, “Dengan status dan reputasi Syakia sekarang, posisinya sebagai putri suci mungkin bisa dipertahankan dan berkembang pesat dengan mengandalkan sedikit keberuntungan dan kebetulan.”“Namun, itu nggak akan bisa bertahan lama. Bagaimanapun, dia bukan benar-benar punya kemampuan luar biasa. Jadi, dia harus cari cara untuk pertahankan reputasinya sebagai putri suci.”“Dinilai dari beberapa tindakannya sebelumnya, Syakia jelas memilih jalur pengobatan dan ingin dikenal sebagai putri suci yang menyelamatkan dunia dengan
Dalam sekejap, Ranjana langsung berkeringat dingin. Namun, dia juga merasa lega. Setidaknya, Ayu tidak kenapa-napa.Ranjana menoleh ke arah Damar, lalu memaksakan seulas senyum dan berkata, “Ayah, maaf. Tadi, aku mencium bau darah dan langsung panik, makanya aku salah bicara.”“Kamu bukan salah bicara, melainkan mengucapkan kata dari hati,” dengus Damar.Jangan kira Damar tidak tahu bahwa di antara keempat putranya, putranya yang sakit-sakitan ini adalah orang yang paling tidak berperasaan. Ranjana tidak menaruh banyak perasaan pada saudara-saudaranya, bahkan ayahnya sendiri. Hanya saja, setelah Damar membawa pulang putri bungsunya itu, Ranjana malah sangat perhatian padanya.Namun, Damar juga tidak peduli. Baginya, putranya yang lemah itu sama sekali tidak berguna. Di matanya, hanya ada satu orang yang layak menjadi penerusnya. Dia sudah cukup puas apabila ketiga putranya yang lain bisa menjaga sikap mereka.Damar berjalan melewati Ranjana, lalu duduk di kursi. Kemudian, dia menyuruh
Berhubung masalah ini sudah melibatkan Ayu, Damar yang awalnya tidak berencana untuk peduli akhirnya membawa sejumlah uang ke kantor pemerintahan gubernur. Siapa sangka, setelah tiba di sana dan hasil perhitungannya keluar, total harga barang curian Wandi mencapai lebih dari 10 ribu tael.“Apa saja sebenarnya barang yang dicuri bajingan itu? Kenapa hasil perhitungannya begitu banyak?”Sigra melirik Damar dengan ekspresi campur aduk. Tatapan itu langsung membuat hati Damar diliputi firasat buruk.Sesuai dugaan, Sigra menjawab, “Orang ini namanya Wandi Wijaya. Sebelumnya, putri bungsumu mengaturnya untuk jadi pengelola Menara Phoenix. Belakangan ini, pemilik Menara Phoenix sudah berubah. Pemilik baru menemukan bahwa orang ini punya karakter buruk, juga bertangan panjang. Makanya, dia langsung dipecat.”“Siapa sangka, Wandi memanfaatkan ketidakhadiran pemiliknya dan bersikeras tinggal di Menara Phoenix dengan mengandalkan statusnya sebagai kerabat jauh keluarga kalian. Dia bahkan mencuri
Setelah Malya pergi, Syakia baru mengelilingi seluruh Menara Phoenix secara pribadi. Setelahnya, dia juga memeriksa buku keuangan bulan ini. Setelah memastikan tidak ada masalah lainnya, Syakia baru memberi perintah, “Kalau ada masalah ke depannya, kirimlah surat ke Paviliun Awana. Paman Yanto ada di Paviliun Awana dan dia bertanggung jawab atas semua urusan. Kalau ada sesuatu yang nggak bisa ditangani Paman Yanto, kirim saja surat ke Kuil Bulani untuk cari aku. Mengerti?”“Baik. Putri Suci tenang saja.”Kemudian, Syakia lanjut memberi pesan mengenai beberapa hal kecil. Setelah Eira kembali, Syakia baru bangkit dan meninggalkan Menara Phoenix.Pengelolaan Menara Phoenix saat ini sangatlah baik. Jadi, tidak ada yang perlu diubah dan mereka hanya perlu menunggu pengelola toko sebelumnya kembali.Sekarang, Syakia sudah memiliki 3 perkebunan. Dia berencana untuk menanam obat herbal di ketiga perkebunan ini. Di sisi lain, Yanto makin kekurangan anggota sehingga dia harus turun tangan send
Syakia tidak tahu apakah Wandi benar-benar adalah kerabat Keluarga Angkola. Dia tidak pernah mendengarnya. Dia merasa Wandi mungkin hanyalah seorang pengacau yang dicari Ayu entah dari mana untuk menyamar menjadi kerabat Keluarga Angkola supaya Wandi bisa bersikap semena-mena di Menara Phoenix.Syakia mengamati ekspresi para pekerja. Ketika diancam oleh Wandi sebelumnya, mereka semua terlihat keberatan dan hanya terpaksa mematuhi Wandi karena takut. Apalagi para pekerja lama, mereka seharusnya sudah melalui banyak kesulitan.Ayu paling suka menyiksa semua orang yang ada di sekitar Syakia supaya Syakia berakhir seorang diri dan tidak dapat bersandar pada siapa pun. Di kehidupan lampau, Ayu memang berhasil. Namun, di kehidupan ini, rencana Ayu tidak akan berhasil semudah itu.“Apa pernah ada barang yang hilang dari toko?”Para pekerja buru-buru menjawab, “Ada, ada! Tuan Wandi akan membawa beberapa barang pulang dari waktu ke waktu. Meski itu adalah barang sisa, barang-barang itu juga ada
“Kalau begitu, apa yang diperintahkan Paman Yanto? Kenapa Wandi masih berada di sini?”Setelah mendengar Syakia menyebut namanya, Wandi pun menempelkan tubuhnya lebih dekat ke lantai.Pekerja lama itu menjawab, “Sebelumnya, Tuan Yanto sudah memeriksa kami semua, lalu memecat orang-orang yang licik dan nggak jujur. Dia juga merekrut beberapa pekerja baru. Mengenai Tuan Wandi ....”Pekerja lama itu melirik Wandi dengan hati-hati dan terlihat masih tidak begitu berani berbicara.“Eira.”“Iya.”Begitu mendengar Syakia memanggilnya, Eira langsung menjawab.“Bawa dulu Wandi keluar. Awasi dia dengan baik. Jangan sampai dia kabur.”Akhir-akhir ini, Eira sudah mempelajari beberapa keterampilan bela diri dari Hala.Sebelumnya, tidak ada yang tahu kemampuan Eira. Begitu Eira mulai belajar seni bela diri, semua orang langsung terkejut. Tak disangka, selain memiliki aura keberadaan yang rendah, tenaga Eira juga luar biasa kuat.Sebelumnya, hal ini masih belum terlihat jelas. Jadi, Hala awalnya hany
Malya yang baru hendak kabur secara diam-diam langsung mematung di tempat.Syakia menoleh dan melirik Malya dengan acuh tak acuh. Begitu bertemu pandang dengan Syakia, Malya langsung ketakutan. Dia hanya berdiri di sana sambil menunduk tanpa berani menjawab. Sayangnya, Syakia tidak berencana untuk mengampuninya.Syakia bertanya lagi dengan tenang, “Kenapa? Nona Malya tiba-tiba jadi bisu dan nggak bisa jawab?”Dalam sekejap, Malya merasa dirinya seperti kembali ke masa-masa di mana Syakia datang ke rumahnya untuk membela Laras. Syakia jelas-jelas tidak berbicara, tetapi tatapannya malah penuh dengan intimidasi dan bisa membuat Malya ketakutan setiap kalinya.Saat ini, Malya juga merasakan hal yang sama. Ekspresinya pun membeku dan dia memaksakan seulas senyum. “Benar, Yang Nona Syakia katakan benar.”Begitu berbicara, Malya secara tidak sengaja memanggil Syakia dengan panggilan seperti dulu. Seusai berbicara, dia baru tersadar dan buru-buru mengubah panggilannya, “Bukan, salah. Aku seha