Share

Bab 2

Author: Daliah
Serangan ini seketika membuat sebelah matanya Simon rusak!

Simon berteriak dengan histeris sambil menutupi matanya dan bergerak mundur dengan panik. Darah mengalir dari sela-sela jarinya.

Sedangkan Stanley malah tidak mundur. Dia seperti sudah menggila. Dia menerjang maju dari belakang meja dan menahan Simon di lantai, lalu membenturkan kepalanya dengan kuat ke kepala Simon.

Semua anak buahnya Simon tercengang.

Karena Stanley benar-benar melawan Simon dengan sekuat tenaganya!

Kepala Stanley juga sudah berlumuran darah.

Namun, dia sama sekali tidak memedulikan hal tersebut. Dia seperti sudah siap untuk menghancurkan kepalanya Simon.

Akhirnya, beberapa pria lainnya tersadar. Salah seorang pria itu bergegas maju dan meninju kepala Stanley sambil berseru, "Sialan! Lepaskan Kak Simon!"

Beberapa pria lainnya juga ikut menyerang Stanley.

Akan tetapi, sekarang, Stanley seperti tidak bisa merasakan rasa sakit. Dia tetap mencekik Simon dengan kuat. Meskipun pria-pria lainnya memukul dirinya, dia tetap tidak menghindar.

Pada saat ini, Stanley hanya berpikir, 'Kalaupun aku akan mati, aku tetap harus membawa bajingan ini denganku!'

Simon sudah kehilangan kesadaran. Melihat kondisi ini, seorang anak buahnya menyadari bahwa ada yang tidak benar. Dia pun mengambil sebuah kursi untuk menjatuhkan Stanley.

Untung saja, beberapa penjaga di sekitar bergegas datang untuk menghentikan perkelahian ini.

Mereka pun mencoba untuk menghentikan Stanley.

Namun, Stanley sangat kuat, seperti orang yang sedang kesurupan.

Tiga penjaga bahkan tidak bisa menahan Stanley.

Akhirnya, beberapa penjaga datang lagi dan bekerja sama untuk menahan Stanley.

Akan tetapi, Stanley masih saja mencari kesempatan untuk menggigit telinga Simon.

Di bawah tatapan semua orang, dia mengunyah telinga Simon dan memuntahkannya ke lantai, membuat semua orang yang menyaksikan adegan ini berkeringat dingin.

Beberapa anak buahnya Simon juga tercengang, tidak ada yang berani membantu Simon lagi.

Pada saat ini, kepala penjaga penjara bergegas datang. Saat dia melihat situasi ini, dia merasa sangat marah. Dia menunjuk Stanley sambil berseru, "Kamu mau ngapain?!"

"Tahukah kamu bahwa membuat masalah di penjara akan berakibat sangat ...."

Sebelum kepala penjaga itu bisa menyelesaikan ucapannya, Stanley tiba-tiba meronta dan berlari ke tembok di kejauhan.

Semua penjaga penjara pun tercengang, mereka menyadari bahwa Stanley ingin membuang nyawanya sendiri!

Saat Stanley hendak membenturkan kepalanya ke tembok itu, seorang pria tua di satu sisi tiba-tiba memeluk pinggang Stanley dan menjatuhkannya ke lantai.

Beberapa penjaga di belakang baru tersadar, mereka pun menerjang maju dan menahan Stanley di lantai.

Melihat Stanley yang benar-benar ingin melakukan hal tersebut, kepala penjaga itu juga tidak berani banyak bicara. Dia hanya menyuruh penjaga lainnya untuk menahan Stanley dengan kuat.

Kemudian, Stanley dibawa ke ruang rawat untuk menerima perawatan sementara.

Karena keinginan Stanley yang kuat untuk membuang nyawanya, dia diberikan baju pasien rumah sakit jiwa dan diikat di atas ranjang.

Stanley juga tidak menyerah, dia hanya berbaring di atas ranjang, menolak untuk makan dan minum.

Kematian orang tuanya membuatnya benar-benar putus asa. Sekarang, dia hanya ingin mengikuti nasib orang tuanya.

Dia hanya bisa diberikan infus nutrisi untuk mempertahankan hidupnya.

Namun, setelah beberapa hari, tubuh Stanley menjadi makin kurus, nyawanya juga sudah terancam.

Hari ini, ruang rawat dibersihkan seperti biasa.

Pintu ruangan dibuka dan seorang pria tua yang kurus berjalan masuk.

Pria ini berusia sekitar 60-an tahun, dia adalah tahanan yang sebelumnya menyelamatkan Stanley.

Dia membersihkan ruangan sebentar, lalu saat penjaga penjara berpatroli di tempat lain, dia berjalan ke samping ranjang.

Melihat Stanley yang terbaring di atas ranjang dengan tatapan kosong, pria tua itu membuang napas dan berkata, "Nak, kamu nggak bisa pergi begitu saja!"

Stanley seperti tidak mendengar apa pun dan hanya tetap memandang langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.

Pria tua itu tetap berkata, "Aku bukan mau menasihatimu untuk berpikiran lebih terbuka, juga bukan mau menyuruhmu untuk bersikap lebih murah hati."

"Aku hanya mau bilang, kalau kamu mati seperti ini, nggak akan ada yang membalaskan dendam orang tuamu."

Kata-kata ini mengembalikan sedikit cahaya di tatapan Stanley.

Dia melirik pria tua itu sekilas, tetapi dia tetap tidak berbicara.

Sambil membersihkan ruangan, pria tua itu berkata, "Menurutmu, apakah orang tuamu meninggal karena kecelakaan mobil?"

"Sejujurnya, mereka pasti dibunuh seseorang untuk menyembunyikan sesuatu!"

Ekspresi Stanley sontak berubah. Akhirnya, dia bertanya, "Apa ... apa katamu?"

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

Pria tua itu tertawa dengan sinis, lalu berkata, "Aku hanya tebak."

"Tebak?" kata Stanley sambil mengernyit.

Pria tua itu tertawa dengan pelan dan berkata, "Kenapa? Kamu merasa kalau aku lagi membohongimu?"

"Nak, aku sudah hidup lama, sudah pernah lihat banyak orang dan sudah mengalami banyak jenis hal."

"Aku sudah hidup selama 60-an tahun. Satu hal yang paling jelas adalah, kalau ada kejadian yang nggak terduga, pasti ada alasan buruk di baliknya!"

"Apa ... apa yang nggak terduga?" tanya Stanley.

Pria tua itu menurunkan tongkat pel di tangannya dan menatap Stanley sambil bertanya, "Biar kutanya, apakah kamu membunuh gadis itu?"

Stanley menggeleng sambil menjawab, "Nggak!"

Pria tua itu mengangkat bahunya dan berkata, "Itulah."

"Kamu nggak membunuh gadis itu, tapi ada saksi dan buktinya, hingga kamu bisa masuk penjara. Apa artinya?"

"Artinya, ada yang sengaja menjebakmu."

"Ada yang membunuh gadis itu, lalu menuduhmu."

"Sedangkan orang tuamu meninggal dalam kecelakaan mobil dalam perjalanan untuk aju banding. Mereka seharusnya menemukan bukti penting, makanya mereka dibunuh, agar bukti itu nggak terungkap!"

Stanley menarik napas dalam-dalam. Sebelumnya, dia tidak pernah memikirkan hal-hal ini. Namun, sekarang, dia juga menyadari bahwa ada yang tidak benar.

Apakah orang tuanya benar-benar dibunuh?

Pikiran ini membuat Stanley merasa sangat sedih, tatapannya juga penuh akan niat membunuh!

Melihat tatapan Stanley yang ganas, pria tua itu diam-diam mengangguk dengan puas.

"Bagaimana? Apakah kamu masih mau mati atau mau tetap hidup untuk membalaskan dendam orang tuamu?" tanya pria tua itu sambil tersenyum.

Stanley menggertakkan giginya, tetapi dia seketika menjadi murung lagi. "Aku ... dengan kondisiku sekarang, bagaimana aku bisa balas dendam?"

Pria itu tersenyum kecil dan berkata, "Kalau kamu benar-benar mau balas dendam, aku bisa membantumu."

Stanley langsung bersemangat. "Se ... serius?"

Pria itu mengangguk dengan tenang sambil menjawab, "Ya."

"Tapi, sebelum itu, kamu harus membuktikan tekadmu untuk balas dendam padaku!"

Stanley tercengang sejenak, lalu bertanya, "Cara ... caranya?"

Pria tua itu menjawab, "Hari ini, kamu mulai makan. Dalam waktu beberapa hari, kamu sepertinya akan dipulangkan ke ruanganmu."

"Simon sudah mengatakan bahwa dia akan membunuhmu."

"Kalau kamu bisa lolos dari Simon, aku akan membantumu!"

Ekspresi Stanley sangat serius. Simon lumayan berkuasa di dalam penjara, dia juga memiliki belasan bawahan.

Jika Simon benar-benar ingin membunuh Stanley, bagaimana Stanley bisa tetap bertahan hidup?

Pria tua yang melihat kebingungan Stanley pun berkata dengan pelan, "Caramu untuk bertahan hidup bergantung pada dirimu sendiri."

"Masyarakat sangat kejam. Kalau kamu bahkan nggak mampu untuk bertahan hidup, kamu nggak akan mampu untuk balas dendam."

Stanley menarik napas dalam-dalam, lalu menggertakkan giginya sambil berkata, "Aku akan bertahan hidup!"

Pria tua itu tersenyum kecil, lalu melemparkan sebuah buku ke hadapan Stanley sambil berkata, "Kalau kamu menginginkan lebih banyak kesempatan, kamu bisa baca buku ini, akan ada gunanya untukmu."

Stanley melihat buku itu. Buku tersebut adalah buku medis milik dokter yang diletakkan di dalam ruang rawat. Buku ini sangat umum.

"Untuk apa?" tanya Stanley dengan heran.

Pria itu menjawab, "Supaya kamu tahu bagian tubuh mana yang paling lemah dan titik serang mana yang bisa membunuh seseorang paling cepat."

"Semua ini adalah teknik untuk membunuh!"

Stanley merasa tercerahkan. Dia pun memegang buku itu dengan erat dan mengangguk dengan penuh semangat. Tatapannya penuh akan tekad yang kuat!

Dia akan mendapatkan keadilan untuk kematian orang tuanya dan tuduhan yang dia terima!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 50

    Mendengar teriakan Harry, beberapa bawahannya juga mulai berteriak kesakitan.Penglihatan mereka juga dikaburkan kapur tohor itu, sedangkan kapur tohor yang mengenai air akan menjadi panas dan bersifat sangat korosif.Jika mereka mengucek mata mereka, hal ini akan mempercepat proses korosi, sehingga akibatnya akan menjadi makin parah.Oleh karena itu, untuk sesaat, ruangan ini penuh akan suara teriakan. Semua bawahan yang dibawa Harry pun jatuh dalam kekacauan.Sedangkan Stanley dan yang lainnya sudah melakukan persiapan.Saat Jakob menarik kain terpal itu, semua orang langsung memakai kacamata.Meskipun kacamata ini tidak bisa menghalangi semua kapur tohor, sebagian bisa terhalangi.Selain itu, mereka juga memejamkan mata mereka pada waktunya, sehingga kapur tohor itu sama sekali tidak masuk ke mata mereka.Mereka juga memiliki persiapan lainnya.Stanley sudah terlebih dahulu mempersiapkan dua bungkus minyak.Saat kapur tohor dijatuhkan, mereka langsung membuka sebungkus minyak untuk

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 49

    Siapa di antara mereka yang belum pernah dipenjara?Javier bergegas maju dan bertanya, "Kak, apa yang harus kita lakukan sekarang?""Bagaimana kalau kita suruh mereka keluar, bawa mereka ke tempat lain, lalu hajar mereka habis-habisan?!"Harry melambaikan tangannya sambil berkata, "Nggak.""Mereka hanya empat orang, sedangkan kita ramai sekali. Kalau kita pergi memanggil mereka keluar, mereka pasti akan ketakutan setengah mati.""Mereka sangat cekatan. Kalau mereka melarikan diri, kita mungkin saja nggak bisa menahan mereka.""Jangan bertindak gegabah. Kita diam-diam ke sana, kepung mereka di dalam rumah, baru tangkap mereka!"Javier langsung tersenyum sambil berkata, "Kak, kamu memang paling bijak!"Dengan ekspresi bangga, Harry melambaikan tangannya dan berseru, "Ambil senjata kalian, maju!"Sekelompok pemuda pun mengeluarkan senjata mereka dan diam-diam berjalan memasuki gang itu ke rumahnya Stanley.Langit sudah gelap, sedangkan lampu jalan di luar gang tua ini sudah lama rusak.Te

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 48

    Leo benar-benar memanggil dua temannya.Salah satunya bernama Jakob Wester. Orangnya kurus dan kecil, dengan bagian mulutnya meruncing ke depan.Pria lainnya bernama Teddy Orlando, dia adalah sepupunya Leo, dengan perawakan tinggi dan kuat.Hanya saja, Teddy kurang pintar. Selain itu, dia memiliki nafsu makan yang sangat kuat.Pada siang hari, Linda memasak banyak makanan. Teddy melahap makanannya dengan sangat cepat, tetapi dia masih saja tidak kenyang.Linda pun memasakkan dua bungkus mi lagi untuknya, baru setelah itulah dia merasa puas.Leo memperkenalkan dua temannya pada Stanley, lalu berkata, "Stanley, mereka berdua adalah temanku yang sangat setia, kamu bisa memercayai mereka."Stanley menganggukkan kepalanya, dia juga sangat memercayai Leo.Dia pun menceritakan perihal Harry akan datang untuk balas dendam nanti malam.Mendengar hal ini, Teddy hanya duduk diam dengan ekspresi kosong, seakan-akan dia tidak mendengar apa pun.Sedangkan Jakob menggaruk kepalanya sambil bertanya pa

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 47

    Leo berkata dengan cemas, "Sialan! Kondisinya berbeda.""Kamu melawan Jovan mati-matian, tapi apakah kamu akan melawan Harry seperti itu juga?""Kamu sudah susah payah mendapatkan kembali nama baikmu, jangan sampai menyebabkan korban jiwa lagi!"Stanley tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Leo. "Tenang saja, aku punya rencanaku sendiri," katanya."Ayo jalan, kita siap-siap dulu di rumah. Selain itu, coba ceritakan siapa Harry sebenarnya."Leo menatap Stanley dengan tatapan kebingungan karena Stanley terlalu tenang.Namun, dia tetap mengejar Stanley dengan tertatih-tatih dan mulai menceritakan tentang Harry pada Stanley.Harry adalah seorang preman di Kota Picma.Seperti Felix, Harry juga bekerja sebagai seorang pengawas.Namun, Harry mengawasi beberapa pusat permainan.Mendengar penjelasan ini, Stanley bertanya dengan heran, "Pusat permainan?""Bukankah kamu bilang Harry lebih hebat daripada Felix?""Kenapa dia hanya mengawasi beberapa pusat permainan?"Leo menjawab, "Kamu nggak tahu, y

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 46

    Pertarungan ini dimulai dan berakhir dengan cepat.Meskipun ada tiga orang di pihak Javier, Javier langsung ditendang Stanley di selangkangannya, sehingga dia tidak bisa bergerak.Salah satu dari dua pemuda yang tersisa dilukai matanya oleh Stanley dan dipukul hingga babak belur oleh Leo dengan kruknya.Saat Stanley menahan pemuda terakhir di lantai, dia masih meronta dan ingin melawan.Namun, Stanley sudah mempelajari banyak hal dari buku "Delapan Jalur Energi Khusus" selama ini.Meskipun pemuda ini meninju Stanley dua kali, perlawanan itu hanya membuat Stanley merasa sedikit kesakitan.Namun, beda halnya dengan serangan Stanley. Setiap serangannya mengenai titik fatal.Dia memang memukul dengan tinjunya, tetapi sudah cukup untuk membuat pemuda ini kehilangan kemampuan untuk melawan.Oleh karena itu, dalam waktu kurang dari lima menit, Javier dan dua pemuda lainnya sudah dikalahkan dan berjongkok di samping dinding sambil menundukkan kepala mereka.Awalnya, Leo yang tangan dan kakinya

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 45

    Kemudian, Stanley melewati waktu setengah bulan tanpa kejadian khusus apa pun.Selama ini, Leo selalu datang ke rumahnya Stanley. Dia mengembalikan uang 600 juta dan emas batangan sebelumnya pada Stanley.Adapun Linda juga sudah menganggap rumahnya Stanley sebagai tempat tinggalnya.Pada pagi hari, dia datang dan memasak untuk dua pria itu.Pada malam hari, dia pergi bekerja dan pulang kerja pagi-pagi sekali, lalu tidur di rumahnya Stanley.Ketiga orang ini tinggal bersama, layaknya keluarga.Dalam waktu setengah bulan terakhir, selain pergi memberi penghormatan untuk orang tuanya, Stanley menghabiskan sisa waktunya dengan berkeliaran di jalanan.Dia terutama mengamati situasi bisnis di Kota Picma untuk memilih industri untuk digeluti.Dalam waktu setengah bulan, orangnya Kent juga tidak pernah datang mencari Stanley.Kent pernah mengatakan bahwa dia menginginkan agar Stanley bekerja untuknya.Sedangkan sekarang, Kent seperti sudah melupakannya.Namun, Stanley juga tidak berinisiatif u

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 44

    Pada malam hari, Leo pulang dengan bertumpu pada kruknya.Stanley duduk sendirian di ruangan yang kosong dengan berbagai pikiran dalam benaknya.Setelah duduk diam untuk sangat lama, dia berjalan masuk ke ruang dalam dan mengeluarkan sebuah tas.Ini adalah tas yang dibawa David saat melarikan diri dari penjara.Ada sedikit uang dan beberapa barang di dalamnya.Meskipun Stanley tidak mengetahui identitas David, pria licik seperti itu jelas bukan orang biasa.Oleh karena itu, barang yang dia bawa dalam situasi seperti itu pasti sangat penting.Sebelumnya, Stanley tidak punya waktu untuk mengurus benda-benda ini. Sekarang, segalanya sudah terselesaikan, jadi Stanley juga ingin melihat barang apa saja yang dibawa David dengan mempertaruhkan nyawanya.Di dalam tas tersebut, terdapat beberapa lapisan plastik yang terbungkus dengan rapat.Saat Stanley membuka kantong plastik itu, dia melihat beberapa lapis kertas kraft yang terbungkus lagi di dalamnya. Bisa dilihat betapa pentingnya barang in

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 43

    Stanley tersenyum. Hidupnya sudah lama berubah.Pada saat ini, Linda berjalan keluar setelah bersih-bersih.Dia mengambil kotak rokok dari tangan Leo dan menyalakan sebatang rokok sambil bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan?"Leo tersenyum sambil berkata, "Sudah lihat, belum? Wanita ini bahkan lebih jantan darimu!""Apa salahnya merokok?"Stanley tersenyum sambil menatap Linda dan berkata, "Oh ya, seingatku, kamu sepertinya punya seorang adik laki-laki, deh.""Apa yang dia lakukan sekarang?"Linda terdiam sejenak, lalu menundukkan kepalanya sehingga rambutnya menutupi separuh wajahnya.Dia mengisap rokok itu dalam-dalam dan tertawa, lalu menjawab, "Kondisi kesehatannya kurang baik, jadi dia sedang dalam pemulihan."Stanley tahu bahwa Linda sepertinya menyembunyikan sesuatu.Dia juga tidak banyak tanya dan hanya bersandar di kursi dalam diam.Setelah merokok, Linda berdiri dan berkata, "Sudahlah, aku harus pergi kerja.""Makan malam masing-masing, ya!"Seusai berbicara, dia menga

  • Pembalasan Dendam Seorang Buronan yang Difitnah   Bab 42

    Pada siang harinya, Stanley pergi membeli sayur, sedangkan Linda masuk ke dapur dan mempersiapkan banyak makanan.Melihat meja yang penuh akan makanan, Leo yang duduk di meja makan berseru dengan kagum, "Wah, nggak kusangka, Kak Linda pandai masak, ya!"Stanley juga menatap Linda dengan terkejut. Dia tidak menyangka bahwa wanita yang terlihat seperti gadis manja ini ternyata memiliki keterampilan memasak sebagus ini.Makanan yang memenuhi meja itu harum dan lezat, tidak kalah dari masakan ibunya Stanley.Linda tersenyum dengan bangga dan berkata, "Huh, sejak umur delapan tahun, aku sudah bisa memasak.""Pada saat itu, akulah yang memasak untuk keluargaku!"Stanley pun bertanya dengan terkejut, "Delapan tahun?""Orang tuamu benar-benar rela membiarkanmu melakukan pekerjaan rumah, ya!"Mendengar ucapan ini, Linda tampak agak tidak nyaman, matanya juga memerah.Stanley tiba-tiba teringat akan sesuatu.Dulu, saat mereka masih bersekolah, orang tuanya Linda sepertinya tidak pernah pergi ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status