Share

Kenyataan Mengejutkan

"Mas Evan?"

Sontak seluruh kekuatan yang ada di dalam diri Nara menghilang, hingga membuat secarik kertas yang ada di dalam genggamannya terjatuh begitu saja. Rasa sesak dan pedih seketika menyeruak masuk ke dalam tubuhnya, seiring dengan munculnya sesosok pria yang tak lagi asing di matanya.

Pria itu adalah sosok yang tengah ditunggu-tunggu kabarnya selama ini. Dia sedang merangkul mesra pinggang seorang wanita, bahkan tak ragu untuk mengecup dahi wanita tersebut di depan para tamu undangan dan wartawan berita.

"Tidak! Ini tidak mungkin! Kenapa Mas Evan bisa bersama wanita itu?" gumamnya dengan tetes air mata yang mulai turun secara bersamaan.

Nara mencoba mengatur napasnya yang terasa sesak, sambil berupaya berjalan menerobos beberapa orang yang tengah berdiri dengan memegangi ponsel mereka. Orang-orang di sekitarnya mulai menatap ke arahnya dengan tatapan aneh, tetapi ia tak peduli. Hatinya sudah sungguh tak karuan, berkat kenyataan yang sangat mengejutkan ini.

"Mas Evan!" teriak Nara menghentikan acara.

Perempuan berpakaian sederhana itu semakin melangkah maju ke depan, hingga membuat semua pasang mata tertuju padanya. Seketika suasana yang tadinya terasa bahagia dan khidmat pun kini berubah menjadi menegang, berkat sebuah interupsi yang datang secara tiba-tiba.

"Kamu mau menikah lagi, Mas?" Kedua manik mata Nara bertubrukan langsung dengan tatapan Evan, yang nampak sangat terkejut ketika menyadari keberadaannya.

"Sial! Kenapa gadis kuno itu bisa ada di sini?" gumam Evan pelan, dengan rahang yang seketika mengeras.

Kedua netra Evan membulat, hingga dirinya refleks melangkah menghampiri seorang perempuan yang sama sekali tak pernah ia harapkan kedatangannya. Salah satu tangan pria itu pun terlihat terkepal kuat, seolah tengah bersiap untuk menghajar seseorang yang telah merusak rencananya.

"Awhh! Lepaskan, Mas!" Nara berusaha memberontak, tetapi sayang tenaganya jauh lebih kecil. Tubuhnya terhempas begitu saja ke sebuah pilar besar yang ada di sampingnya, hingga membuat seluruh mata yang menyaksikannya terkejut bukan main.

Sorot mata gelap itu sama sekali tak menghiraukannya, Evan sama sekali tak suka rencananya di gagalkan. Tanpa memberikan jeda, ia semakin mencengkram pergelangan tangan Nara sampai memerah. Evan seolah tak mempunyai hati, padahal wanita yang ada di hadapannya itu adalah seseorang yang pernah menjadi istrinya.

"Mau apa kau ke sini? Kenapa kau bisa tahu tempat ini?" tanya Evan dengan nada serendah mungkin, agar percakapannya tak terdengar oleh siapa pun yang ada di sekitarnya selain Nara. Ia tak begitu menyadari, jika kini hampir seluruh kamera tengah tertuju padanya.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, Mas!" hentak Nara dengan suara yang terdengar bergetar hebat.

"Untuk apa kamu ada di sini? Apa kamu benar-benar ingin menikahi perempuan itu, Mas? Apa ini alasannya kamu menceraikan aku? Jawab aku, Mas! Tolong jelaskan semuanya padaku! Apa salah aku, Mas!" teriaknya sekali lagi dengan perasaan yang sepenuhnya hancur.

Sementara Evan, pria itu hanya mendengkus pelan. Ia melempar pandangannya ke arah lain sesaat, hingga netranya kembali tertuju pada wanita yang ada di hadapannya dengan diiringi seutas senyum menyeringai di wajahnya.

"Ini, lihatlah! Kau lihat cincin di jariku ini!" ucap Evan sambil menunjukkan sebuah cincin baru yang melingkar di jari manisnya, tepat di hadapan wajah Nara.

"Aku memang sudah menikah dengan Bella! Dia adalah artis pendatang baru yang sangat cantik, yang tentunya sangat berbeda jauh denganmu!" lanjutnya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Lagi pula, apa masalahnya denganmu? Apa kau telah lupa, kalau kita sudah bercerai? Ingat! Kau ini bukan lagi istriku, jadi kau sama sekali tak berhak melarangku!"

Plakk!

Sebuah tamparan keras seketika mendarat begitu saja tepat di wajah tampan pria itu. Sorot mata Nara memancarkan gelombang emosi dan juga kekecewaan, dengan deru napas yang semakin menggebu.

"Kamu benar-benar tega, Mas!" ujar Nara dengan netra basahnya yang berapi-api. "Bisa-bisanya kamu mencampakkan aku, setelah menggadaikan rumah satu-satunya harta peninggalan almarhum ayahku!"

Evan mendelik tak percaya, hingga satu tangannya langsung menarik kencang rambut hitam yang ada di hadapannya. Ia menjambak rambut Nara tanpa perasaan, hingga akhirnya pria itu menyadari berbagai tatapan yang tengah menatap ke arahnya.

"Sial! Kau benar-benar sudah mempermalukanku, Nara!" geramnya tertahan semakin emosi.

Sedetik kemudian, Nara merasa tubuhnya terhempas. Ia didorong oleh mantan suaminya hingga terjatuh, sampai akhirnya datang beberapa petugas keamanan yang seketika menarik paksa tubuhnya dengan begitu kasar.

"Dia ini adalah perempuan kampungan yang mengaku-ngaku sebagai istriku! Jadi tolong jauhkan dia dari tempat ini, karena aku tidak mau acara pernikahanku rusak karenanya!" ucap Evan yang semakin menarik atensi orang-orang di sekitarnya.

Kini satu per satu sorot kamera mulai mengarah ke arah Nara. Silaunya berbagai lampu sorot kamera, membuat gadis desa itu semakin tertunduk dengan menahan rasa malu. Ingin rasanya Nara berteriak menjerit, melepas segala kekesalan pada Evan. Namun sayangnya, saat ini tubuhnya sudah terlebih dahulu terhuyung ke belakang dan hampir terjatuh di saat kedua orang pria berbadan besar semakin menahan pergerakannya.

"Lepas! Dia pembohong! Dia yang telah membohongiku!" ujar Nara memberontak.

Namun sayangnya, hanya dengan satu tarikan saja kini tubuh Nara berhasil diseret menjauh. Perempuan itu dibawa dengan cara yang tak manusiawi, hingga beberapa saat kemudian tubuhnya pun dilempar begitu saja ke pinggir jalanan.

"Pergilah dari sini! Jangan pernah ganggu acara pernikahan atasan kami, atau kau benar-benar kami laporkan pada petugas rumah sakit jiwa!" usir petugas keamanan itu, dan langsung pergi meninggalkan Nara tanpa rasa iba.

Dengan langkah gontai, Nara pun melangkah menjauh dari tempat pernikahan yang telah membuat hatinya perih. Seumur hidupnya, ia sama sekali tak pernah membayangkan akan dipermalukan dan diperlakukan seperti ini oleh pria yang pernah amat dicintainya.

"Apa salahku Tuhan? Kenapa hidupku harus seperti ini?"

Langkah Nara terhenti di sebuah jalanan panjang yang cukup ramai, sampai akhirnya ia kembali melanjutkan langkahnya hendak menyebrang dengan tatapan kosong. Tujuannya tak jelas, semua sisi jalanan yang ada di sekitarnya benar-benar terlihat sangat asing di matanya.

"Kenapa kamu begitu tega padaku, Mas? Kamu benar-benar jahat! Apa aku harus menyusul ayah di alam sana, agar aku bisa kembali merasa bahagia seperti dulu?" gumam Nara kembali, dengan pandangan yang sudah mulai kabur dan tubuh yang kian lunglai.

Seketika perempuan itu terjatuh di tengah jalan, tanpa disadari oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk saat ini Nara benar-benar pasrah, ia sama sekali tak lagi mempunyai hasrat untuk hidup. Hingga seketika, pandangannya pun berubah menghitam dan tak ada lagi yang bisa dilihatnya.

"Ayah, jemput aku di surga ya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status