Share

Pembalasan Istri Sang CEO
Pembalasan Istri Sang CEO
Penulis: Vonny Elyana

Selingkuh

"Mas Tommy, apa yang kamu lakukan di sini? Siapa wanita itu?" Intan menunjuk seorang wanita berpakaian minim yang duduk di hadapan Tommy.

Tommy terkejut melihat wanita yang berstatus sebagai istrinya sudah berdiri di hadapannya. Seluruh mata pengunjung kafe tertuju ke arah mereka. Tommy segera berdiri, ia sangat terkejut dan panik. Bukan karena Intan telah mengetahui perbuatannya, tapi karena merasa malu menjadi pusat perhatian di tempat itu.

"Intan, sedang apa kamu di sini? Jaga sikapmu, karena banyak orang melihat kita! Jangan membuat malu!"

‌"Jaga sikap? Seharusnya kamu yang berpikir dua kali sebelum bertindak, Mas. Aku ini istrimu. Kamu selingkuh di belakangku? Apa kamu masih punya harga diri dan rasa malu? Kenapa kamu berbuat seperti itu?" seru Intan.

Tommy berdiri dan mencekal lengan Intan dengan keras. "Diam! Pulang sekarang!"

Siang itu Intan baru saja pulang dari rumah sakit. Awalnya ia hanya ingin memeriksakan diri karena merasa tidak enak badan. Kepalanya sangat sakit, tubuhnya lemas, dan mual. Ia memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyakit apa yang sedang ia derita.

Namun pernyataan dokter sama sekali berbeda dengan dugaan Intan. Intan sempat terkejut ketika dokter mengatakan kemungkinan bahwa dirinya sedang berbadan dua. Tanda-tanda fisik dan gejala yang dia alami memang sepintas mirip dengan gejala hamil.

Sejak dulu, jadwal menstruasi Intan memang tidak teratur. Oleh karena itu, Intan memang tidak terlalu memikirkan jika ia terlambat menstruasi. Dokter umum merujuk Intan ke dokter kandungan, agar bisa melihat secara pasti berapa usia kandungannya. Saat pertama kali melihat layar USG dan mendengar kabar bahagia yang disampaikan oleh dokter, Intan menangis haru dan gemetar. Ia tidak menyangka kalau ada kehidupan baru yang sedang dimulai di dalam tubuhnya.

'Aku hamil!' Intan sempat bersorak gembira dalam hatinya, ia berharap kehamilannya ini akan membuat Tommy mencintai dirinya sepenuhnya. Seluruh keluarga besar Tommy memang sudah lama menantikan kehamilan Intan. Mereka tidak sabar menunggu kelahiran cucu pertama yang akan melanjutkan garis keturunan mereka.

Namun siapa sangka, ketika melewati sebuah kafe, Intan melihat sosok Tommy sedang bersama dengan seorang wanita. Tommy memegang tangannya dan menciumnya dengan mesra. Intan tidak dapat menahan diri, langsung masuk dan membuat keributan itu.

Sesampainya di rumah, Tommy langsung menyeret Intan sampai ke dalam kamar. Ia mendorong Intan ke tempat tidur. Intan memegang perutnya, hanya bisa berharap sang calon buah hati tetap aman.

"Aku sudah mengingatkan kamu sejak awal kita menikah. Jangan pernah mengatur hidupku atau ikut campur dengan urusanku! Aku bisa membuat kamu menyesal selamanya, Intan!" Tommy menjambak rambut Intan dengan kasar.

"Ampun, Mas! Sakit," ucap Intan.

"Bersikap yang baik, Intan! Ingat, kamu menumpang makan dan tidur gratis di rumah ini. Bekerjalah dengan rajin untuk membayar hutangmu padaku! Sudah bagus aku gak mengusirmu dari rumah ini. Kita memang berstatus suami istri di atas kertas, tapi kamu gak akan bisa mendapatkan hatiku. Jangan pernah ulangi perbuatan bodoh dan memalukan seperti ini. Mengerti?"

Intan hanya bisa meringkuk dan menangis. Ia merasa terjebak dalam pernikahan palsu tanpa cinta dan kebahagiaan. Tommy keluar dari kamar dan membanting pintu dengan keras.

Kehidupan Intan nampak sempurna di mata semua orang. Gadis muda dari desa, yang bekerja di rumah orang kaya raya. Entah mengapa sang majikan, Kakek Nugraha, sangat menyayangi Intan seperti cucunya sendiri.

Pada akhirnya, Tommy, cucu Kakek Nugraha mempersunting Intan. Mungkin bagi sebagian orang kisah itu seperti dongeng Cinderella. Dalam semalam Intan berubah dari itik buruk rupa menjadi angsa yang cantik. Ia tinggal bersama Tommy di rumah bak istana megah.

Sayangnya di dalam istana itu Intan harus menghadapi kenyataan pahit. Ia merasa Tommy tidak sungguh-sungguh mencintai dirinya. Tommy hanya bersikap manis padanya saat ada acara bersama keluarga besar.

Keesokan paginya Intan terbangun karena terkejut mendengar pintu kamarnya dibuka dengan keras.

"Bangun! Dasar pemalas! Siapkan sarapan untukku!" Tommy menarik tangan Intan dan memaksanya bangun dari tempat tidur. Intan jatuh terduduk di lantai dan terkejut. Baru beberapa jam ia terlelap tidur, karena sakit kepala yang menderanya.

Intan bangkit dan turun ke lantai bawah. Ia harus menyiapkan sarapan untuk Tommy seperti biasanya, walaupun sering pria itu hanya makan beberapa sendok. Intan mengurut kepalanya yang masih terasa sakit, tiba-tiba rasa mual menyerangnya dan memaksanya bergegas ke kamar mandi di dekat dapur.

"Wuek.. Wuek.." Intan berpegangan pada wastafel dan memuntahkan isi perutnya.

Setelah itu Intan kembali ke dapur dengan lemas. Ia membuat nasi goreng untuk Tommy. Dalam kondisi hamil muda seperti ini, memasak merupakan hal yang berat bagi Intan. Ia harus menahan bau bawang yang menyengat dan membuatnya kembali ingin muntah.

"Lamban sekali kamu! Dasar pemalas! Cepat! Aku sudah hampir terlambat pergi ke kantor," gerutu Tommy.

"Maaf, Mas. Aku gak enak badan." Intan meletakkan piring berisi nasi goreng di hadapan suaminya.

"Jangan banyak alasan atau manja!" Tommy mengambil sendok dan langsung menyantap nasi goreng itu. "Cuih.. Makanan apa ini? Asin sekali." Tommy melemparkan piring itu ke lantai hingga pecah dan isinya berhamburan.

"Ma-maaf, Mas. Lidahku terasa pahit dan mual."

"Kamu pasti sengaja, kan? Memang gak satupun pekerjaanmu itu beres. Wanita gak berguna!" maki Tommy.

Intan tak tahan lagi, ia menjawab Tommy dengan getir. "Mas, kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini? Apa kamu pernah mencintai aku sedikit saja? Aku ini istrimu, Mas."

Tommy tersenyum mengejek. "Asal kamu tahu, Intan, aku memang gak pernah menyukai kamu sejak awal. Aku mau menikahi kamu karena kakek menyayangimu dan menganggapmu sebagai cucunya sendiri. Aku juga gak habis pikir, apa yang membuat kakek sangat menyukai kamu, gadis desa bodoh!"

"Apa hubungannya, Mas? Aku gak mengerti. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan harus didasari dengan cinta."

Tommy terkekeh mendengar perkataan polos Intan. "Kamu terlalu lugu, Intan. Aku menikahi kamu supaya bisa menduduki posisiku saat ini sebagai CEO Mega Jaya Grup. Aku dan sepupuku, Carlo selalu bersaing untuk posisi teratas ini. Aku melihat peluang untuk mendapatkan hati dan kepercayaan kakek, dengan menikahi kamu."

"Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau, kan? Kalau begitu, ceraikan aku, Mas!" Intan berusaha kuat mengatakan itu, walaupun air matanya mengalir tak tertahan.

"Kamu pikir semudah itu kamu bisa melepaskan diri? Kamu lupa kalau kita sudah menandatangani surat perjanjian setelah kita menikah?" kata Tommy.

"Perjanjian apa?" Intan berusaha mengingat apa maksud suaminya itu.

"Kamu sudah menandatanganinya, kita akan tetap terikat dalam status pernikahan sampai kakek meninggal atau aku resmi menjadi pimpinan tertinggi seluruh perusahaan kakek." Tommy melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jahat kamu, Mas! Kamu anggap apa aku ini?" tanya Intan.

"Hahaha. Kamu yang bermimpi terlalu tinggi, Intan. Kamu pikir kamu bisa menjadi putri dan mendapatkan hatiku? Ah, sebenarnya aku juga gak peduli lagi denganmu. Kakek sekarang ini sudah sakit dan sedang berobat di luar negeri. Posisiku di perusahaan sudah pasti akan aman."

Tommy mengambil tasnya dan langsung berlalu meninggalkan Intan yang terpaku. Intan berlutut sambil membersihkan pecahan piring itu.

Menjelang malam, Intan mendengar suara mobil Tommy. Ia membuka pintu untuknya dan sangat terkejut melihat pemandangan di hadapannya. Tommy yang setengah mabuk berdiri di depan pintu dan meracau. Di samping Tommy, wanita selingkuhannya memapah dia dan tersenyum mengejek Intan.

"Mas, beraninya kamu membawa wanita ini kemari!" teriak Intan.

"Sst.. Jangan berisik! Awas!" Tommy mendorong Intan dan masuk bersama wanita itu.

"Eh, wanita gak tahu malu! Pergi kamu dari sini!" Intan menarik tangan wanita itu.

Namun kali ini wanita itu berani mencengkeram lengan Intan dan memelototinya.

"Hei, wanita udik! Kamu pikir aku takut padamu? Aku Silvy, wanita yang dicintai oleh suamimu. Kamu sudah membuat aku malu di kafe kemarin. Kali ini aku akan membuatmu malu dan gak punya harga diri di rumahmu sendiri. Mas Tommy mencintai aku, bukan kamu. Mas Tommy yang membawa aku masuk ke rumah ini. Kamu lihat saja nanti, aku akan menendangmu keluar dari rumah ini." cibirnya.

Tommy menggandeng Silvy masuk ke dalam kamarnya. Sesekali Tommy dan Silvy saling berpelukan dan berciuman dengan mesra. Intan mengalihkan pandangannya karena merasa muak melihat suaminya bercumbu dengan wanita lain.

"Tunggu! Aku gak akan mengijinkan kamu membawa masuk wanita lain ke dalam kamar kita, Mas!" Intan merentangkan tangan di depan pintu kamar menghalangi langkah Tommy.

Tommy yang sudah dikuasai oleh alkohol memegang kedua lengan Intan dengan kasar.

"Kenapa kamu selalu menjengkelkan dan menentang aku? Kamu yang harus pergi dan keluar dari rumah ini!" Tommy menyeret Intan menuruni tangga dan menuju pintu.

Tommy membuka pintu itu dan mendorong Intan keluar. Setelah itu dengan cepat Tommy menutup pintu dan menguncinya.

"Aw.. perutku.." seru Intan seraya meraba perutnya. "Kenapa perutku sakit sekali? Kenapa ini?"

Intan menangis dan berdoa agar tidak terjadi sesuatu yang buruk dengan janin yang ada di dalam kandungannya.

"Tolong Tuhan, jangan sampai terjadi sesuatu pada anakku! Aku menginginkan anak ini."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuli a
diselingkuhi, kawin lg, jangan2 endingnya rujuk lg sm tommy, macam tak ada pria layak yg bs dimunculkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status