Share

Bab 7 : Mulai Curiga

Saat sampai di rumah, Kaisar begitu terkejut ketika melihat Agni yang ternyata belum tidur.

"Kamu belum tidur?" tanyanya untuk menutupi keterkejutannya.

"Belum," jawab Agni seraya mendekat ke arah Kaisar berdiri. "Bagaimana tadi pertemuannya?" 

Agni sengaja berdiri lebih dekat dengan Kaisar, bahkan langsung menyentuh dada suami dan mendekatkan wajah ke arah kemeja Kaisar, hendak mencium apakah ada bau parfum lain di tubuh suaminya. 

"Baik, berjalan lancar," jawab Kaisar yang langsung memundurkan tubuh, takut kalau Agni curiga dan mencium sesuatu dari kemejanya. 

"Memangnya kenapa?" tanya Kaisar yang memilih sedikit menjauh dari Agni, dia segera melepas kemeja dan menggantinya agar sang istri tak curiga.

"Bang Bara tadi telepon. Katanya dia melihat mobilku yang kamu bawa berada di klub," jawab Agni apa adanya.

"Benarkah? Aku tidak bertemu dengannya," ucap Kaisar berbasa-basi, hanya untuk menutupi kegugupan karena Agni tahu kalau dirinya pergi ke klub.

Kaisar memasukkan kemejanya ke keranjang pakaian kotor, dia khawatir bau parfum Airin memang menempel pada kemejanya. 

"Bang Bara cuma bilang lihat mobilmu tapi tidak melihatmu," ujar Agni. Ia memperhatikan gerak-gerik Kaisar yang tampak sedikit gugup.

"Kenapa ketemu kliennya di klub, sih?" tanya Agni, meski dirinya mencoba berpikir positif hingga menutupinya dari sang kakak, tapi tetap saja hati Agni merasa tidak tenang dan curiga.

"Aku hanya menuruti permintaan klien saja, karena mereka meminta bertemu di sana." Kaisar mencoba memberi alasan.

Agni merasa ada sesuatu yang disembunyikan Kaisar darinya, hingga kembali meluncurkan pertanyaan untuk memastikan yang sebenarnya terjadi.

"Memangnya tidak bisa urusan bisnis dibahas saat siang hari? Bukankan bertemu klien saat jam kerja lebih bagus, setidaknya saat malam kamu bisa menghabiskan waktu bersamaku," cecar Agni.

Kaisar kelabakan mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Agni, hingga dia langsung memeluk sang istri dari belakang, mengecup pipi untuk merayu dan membuat Agni berhenti membahas hal itu.

"Iya, maaf. Aku janji, lain kali kalau ada klien yang membuat janji di malam hari aku akan menolaknya, dan meminta bertemu saat siang hari saja," kilah Kaisar agar Agni berhenti bertanya.

Agni hanya berdeham mendengar ucapan suaminya. Kaisar yang melihat Agni hanya diam pun mulai mengecupi pipi hingga rahang sang istri, merayu dan membawa Agni ke ranjang. Untuk saat ini bagi Kaisar, hanya itu cara terampuh meluluhkan hati Agni dan membuat sang istri tidak curiga padanya.

-

-

-

Sebulan berlalu, hubungan Agni dengan Kaisar berjalan harmonis, sedangkan hubungan pria itu dengan Airin masih tertutup rapat tanpa diketahui oleh sang istri. 

Pagi itu Airin duduk di atas kloset yang tertutup, tangannya memegang sebuah testpack. Ia membulatkan bola matanya lebar ketika melihat benda itu menampakkan dua buah garis, yang artinya dirinya tengah hamil.

Airin seketika menutup mulutnya karena terkejut. Ia bahagia tapi juga ada rasa takut di dalam hatinya. "Aku hamil, apa ini benar?" 

"Aku harus memberitahu Kai," gumamnya kemudian.

Namun, Airin seketika bingung. Bagaimana jika Kaisar tidak mau mengakuinya? Sedangkan pria itu juga tidak mau menceraikan Agni. Dia hamil dan hubungan antara dirinya dan Kaisar pun tidak jelas, apalagi Dewa berniat menceraikannya, lalu bagaimana nasibnya nanti? Bukankah kehamilannya akan menjadi pertanyaan banyak orang? Akhirnya Airin memiliki sebuah ide agar Dewa mengurungkan niat menceraikan dirinya, setidaknya sampai bayinya lahir.

Siang itu Airin pergi ke rumah orangtua Dewa, sengaja datang ke sana untuk memberitahu perihal kehamilannya. Orangtua Dewa adalah senjata untuk Airin mempertahankan pernikahan palsu itu sampai bayinya lahir.

"Benarkah? Syukurlah." Bu Dewan—ibunda Dewa, begitu bahagia ketika mendengar Airin menyampaikan kabar kehamilannya, yang artinya bu Dewan akan segera memiliki cucu pertamanya.

Airin tertawa dalam hati, setidaknya Dewa pasti akan mengurungkan niat menceraikannya karena dia tahu kalau suaminya itu sangat menuruti mamanya. Sekarang Airin hanya harus memikirkan cara agar Dewa mau tidur dengannya, dengan begitu dia bisa menjadikan alasan kehamilannya, jika Kaisar belum juga bisa menceraikan Agni. Dia berpikir bisa mengatakan kepada orang-orang kalau bayi yang dikandungnya adalah milik Dewa, karena pria itu sudah pernah menyentuhnya meski hanya sekali.

"Kamu boleh menceraikan aku, tapi kamu harus tidur denganku." Malam itu Airin nekat meminta Dewa tidur dengannya.

Dewa terkesiap dengan ucapan Airin, dalam hatinya pria itu tertawa karena sudah bisa menebak apa yang sebenarnya diharapkan istrinya. 

"Bukankah permintaanmu itu terlalu tak tahu malu?" Dewa menghela napasnya. "Apa mungkin kamu sedang hamil anak pria bernama Kaisar itu dan ingin menjebakku? Aku tidak bodoh."

Berdiri dari kursinya, Dewa sudah mengemasi barang-barang untuk pergi dari sana. Ia sudah tak sudi lagi tinggal satu atap dengan Airin.

"Aku juga tidak bodoh, Dewa. Aku sudah memberitahu mamamu. Ya, aku memang sedang hamil." Airin semakin nekat memberitahu kebenarannya. 

Dewa yang sudah kehilangan kesabaran menghadapi Airin pun mendorong bahu wanita itu, sampai tubuh Airin terbentur dinding kamar.

"Aku akan memanfaatkanmu lagi, tidak! Aku memang selalu memanfaatkanmu," cibir Airin.

Namun, tanpa Airin sangka Dewa malah membalasnya dengan senyuman yang tak kalah menghina. "Kamu pikir aku tidak memiliki bukti perselingkuhanmu? Jika kamu bersikeras berkata bahwa tengah mengandung anakku, maka aku akan mengajukan tes DNA janin. Kamu pikir tidak bisa? Aku tidak sudi menunggu sampai anakmu dengan pria itu lahir.”

Airin membeku dan hanya bisa memandangi punggung Dewa yang berlalu pergi. Jelas, ia sedang berada dalam masalah besar karena pria itu tak sebodoh yang dia pikir. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
Airin beneran muka tembok ya
goodnovel comment avatar
Grace Maxton
huhu manten bg dewaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status