Sebuah penutup jendela dari papan Haris tendang.BRUAAAK..!Kemudian, Haris muncul dengan gagah berani. "Biarlah semua orang mengetahui keberadaanku, aku yakin sebentar lagi Tomy akan sampai di sini," gumam Haris dengan yakin. Lalu, dia melangkah. Setiap langkahnya seperti sebuah detak jantung seseorang.Sebenarnya Haris sendiri sempat ragu untuk masuk saat ini, namun, melihat keadaan nona muda yang diam-diam dia kagumi terancam, oleh sebab itu membuat Haris berani."Nona muda!" seru Haris. "Benar-benar biadab!" serunya.Apakah mereka tidak tahu jika Intan bukan orang biasa, lihat saja jika mereka tertangkap, mereka akan menyesal seumur hidup.Bagaimana mungkin seorang nona muda yang terhormat di perlakukan rendahan seperti ini!Haris berdiri mengepalkan kedua tangannya. Matanya menyala bagaikan bara api seakan siap bertarung."Luka nona muda, adalah pembalasku!" gumam Haris.Tentu saja Haris akan membalas setiap orang yang berani menyakitinya, nah seperti saat ini, dia rela mengi
"Apa kamu tidak dengar apa yang kukatakan? Hah? Atau kamu ingin lebih menderita lagi," ancam Haris.Dengan ancaman dari Haris, membuat lelaki itu tampak ketakutan seketika."Aku tidak tahu di mana kuncinya? Sungguh!" Preman itu bersuara dengan memelas dan pelan. Karena Haris tidak percaya, oleh sebab itu dia terus memukulnya.Bug...Bug...Bug..."Cepat katakan!""Sumpah. Aku tidak tahu!"Karena saking kesalnya, pada akhirnya Haris membuat pukulan yang keras bahkan berkali-kali."Aku tidak suka dibohongi, sebaiknya kamu cepat katakan di mana kuncinya? Saat ini juga atau aku akan membunuhmu!" gertak HarisHaris mengepalkan tangannya, lalu dia meletakan di depan wajah lelaki itu. Dengan gregetan.Karena takut melihat Haris, akhirnya lelaki itu bersuara. Dia menunjuk dengan tidak berdaya."Aku tidak terlalu tahu persis, hanya aku pernah melihatnya saja. Di sebuah meja, namun didinding, di sana tampak sebuah paku terlihat sebuah kunci menggantung "Mendengar jawaban dari preman itu, "Nah,
Saat ini, para preman sedang berkumpul. Mereka yakin Intan masih berada di dalam rumah kosong."Hai nona yang sangat cantik jelita? Kamu ada di mana? Apa kamu tidak merindukanku? Kenapa kamu harus mengajakku petak umpat seperti ini?" goda Abraha mendayu-dayu."Hahaha....Di sana terdengar iringan gelak tawa. Abraha memanggil Intan layaknya sedang membaca syair..Terdengar begitu menggelikan, andai saja Abraha tahu. Tapi dia tidak menyadari.Lagian orang kaku kaya robot, ngapain juga harus sok centil?"Ayolah sayangku? keluarlah...!" teriaknya kembali."Baiklah kalau begitu, aku akan menghitung mundur dari angka lima! Jika kamu ingin dijemput, tunggu saja aku akan menjemputmu, wahai wanita cantik!" desisnya.Apakah Abraha berkata seperti itu karena dia mencintai atau menyukai Intan? Tentu saja tidak, dia melakukan itu hanya ingin membalas dendam.Apakah Abraha melupakan begitu saja saat dirinya dikalahkan oleh Intan? Apalagi di depan para bawahannya bahkan oleh bosnya!Itu adalah penghi
Mereka merasakan rintihan masing-masing akibat kejedot tadi."Aduuh..!" gumam Intan.Lalu, Intan mendengus seraya memegangi dahunya kemudian mengelusnya. "Aww..,"Harispun juga begitu awalnya, dia reflek melakukan hal yang sama, dia mengelus kepalanya, tentu saja Haris tidak sakit seperti yang Intan rasakan."Haris. Apa yang kamu lakukan?" Intan berkata seraya merasakan badannya pegal-pegal, yang lebih menggelikan, seorang lelaki berada di atas dada wanita?Intan kesel bukan main. Haris yang sebelumnya merasakan kepala yang berada di sebuah dua gunung tentu rasanya tak karuan. Berhubung dia sedikit mengenal agama, dia segera mengucapkan istighfar. Kini wajah mereka hanya berjarak dua kilan tangan Haris.Mendengar suara Intan yang sedikit menaikan suaranya lelaki yang berada di depan Intan terlihat terkejut.Haris segera mengucapkan maaf, bukannya semua segera selesai, malah dia membuat ulah. Haris lagi-lagi dia salah tingkah, dia malah berani-beraninya memegang dengan lembut dagu bo
Berhubung Intan sudah menyuruh asistannya mencari di seluruh ruangan tidak tampak wujud kakek, dia menjadi sedih. Oleh sebab itu, ia mencoba menghubungi kakeknya."Kakek. Kenapa kakek tidak angkat telfon aku juga?"Intan berkata dengan begitu cemas. Saking cemasnya hingga sebutir air mata turun, karena kakeknya tidak mengangkat telfon yang ke lima belas kali."Ini benar-benar tidak biasa!" ucap Intan lalu menghapus air matanya.Intan saat ini berkata seraya duduk di sofa mewah yang terbaik, empuk, juga menarik.Seluruh asistan yang berjumlah sepuluh serta bodyguard yang berjumlah sepuluh belum juga satpam memenuhi ruangan yang megah itu, mereka tampak berdiri rapi dihadapan Intan. Mereka berdiri dengan di tanyai serentetan pertanyaan oleh nona muda. Bahkan, Intan sendiri lupa membiarkan mereka berdiri hingga satu jam, tentu saja mereka pada akhirnya menggerutu.Bugh!Salah seorang asistan tukang masak ibu-ibu yang sudah berusia hampir kepala lima jatuh pingsan. Ia kelelahan juga kare
Kemudian, wajah Intan yang kemerah-merahan di pipi, semakin menaikkan kecantikannya apalagi dia wajah yang manis.Saat itu, Intan sedang menatap wajahnya di depan cermin. Kemudian, suara ketukan pintu terdengar."Tok,, tok,, tok,,"" Intan...,apa kamu sudah siap?"Dari luar suara yang parau dan berat terdengar."Ya, masuk," teriak Intan lalu bergegas menghampiri kakeknya."Kakek, ada apa?"Intan berkata dengan nada males.Melihat Intan kakek Aldi Diningrat tersenyum sempurna. Matanya melebar, hingga menimbulkan lekungan di wajahnya."Wah,, wah,, wah,, wah,, cucu kakek cantik sekali!"Pada saat itu, kakek berbicara seraya melihat penampilan cucunya dari atas hingga ke bawah. Intan menggunakan dress berwarna hitam dengan pernik-pernik yang menyala berjejer dibagian leher. Olesan make up tipis namun masih tetap terlihat, dan tidak mencolok.Walaupun Intan sudah memiliki anak dua, tapi tidak disangka kecantikannya mengalahkan yang belum menikah.Intan yang saat itu berdiri di depan kakek
Franz menjilati bibirnya yang berwarna merah jambu.Bola matanya lalu memutar mencuri pandang melihat wajah dan tubuh dari Intan."Aww," Saat ini, Franz benar-benar mulai tergoda. Fikirannya melayang, tatapan wajah mulai berubah."Kulit putih indah milik dia itu...?gleg, Franz kemudian menelan salivanya. Semakin melihat semakin terangsang."Bagaimana mungkin mantan istriku bisa secantik ini?" ucap Franz dari dalam hati, kemudian dia menjilat bibirnya menggunakan lidahnya kembali.Di sisi lain, Intan terus saja acuh, ia malah sibuk makan, bahkan ketika di tegur kakeknya hanya menyahut, "Kelaperan kakek...!"Bagaimana mungkin seorang wanita terhormat memiliki kepribadian buruk? Dia sama sekali tidak menyapa tamu atau bahkan menawarkan makanan kepada tamunya, lebih parahnya lagi ia malah langsung beranjak makan. Apakah itu tidak keterlaluan?Kepribadian itu bukan milik Intan. Lalu?Intan menyahut dengan ekspresi tidak bisa dibaca."Intan!" seru kakek.Karena tidak enak kakek Ardiding
Sarah mengelap ujung matanya, seraya menarik nafas. Lalu dia berdiri dan menghampiri Intan."Maafkan mamah Intan. Mama tau kamu pasti marah kan?"Saat ini, Sarah berjongkok menghadap Intan. Dia rela melakukan ini demi bisa memiliki uang banyak. Menurutnya, sedikit merendahkan diri lebih baik setelah beberapa saat dia mengingat saat jatuh miskin.Kemaren, setelah harta mantan-mantan istrinya yang konglomerat mulai bermasalah, Franz tentu saja mencari target baru.Kebetulan sekali Franz yang sedang mengelola perusahaan istrinya yang baru saja meninggal ternyata memiliki seorang kelayen yang hartanya banyak, tentu saja dia senang. Baginya, ini adalah sebuah jalan rezeki dan tidak boleh minyia-nyiakannya.Sebenarnya, Franz sendiri memiliki desas desus buruk, pasalnya kehidupan Franz yang selallu berhasil menikah dengan wanita kaya raya setelah itu meninggal membuat dia harus dikejar-kejar wartawan.Namun, otak Franz yang licik itu selalu menemukan seolah jalan. Pada akhirnya, Franz menyog