Pada saat ini, Franz memasuki ruang dokter. Di sana, tampak lelaki dengan memakai jas dokter berwarna putih dan wajah kulit sawo matang. Di bawah bibirnya sebelah kiri terlihat sebuah tanda lahir berukuran sedang. Melihat kehadiran pasien, dokter itu tersenyum dan menyambutnya.Franz tampak saling berkedip bersama dokter, namun Intan tidak menyadari hal itu.Seperti yang sudah diceritakan Franz, dia harus memberikan bukti kepada Intan. Jika tidak, tentu Intan akan marah bukan?Jadi, rencana ini harus berhasil!"Dok, saya tadi sempat bertarung dengan preman, setelah itu tubuh saya terutama bagian punggung kok rasanya sakit banget," tutur Franz dengan ekspresi seolah sedang merasakan sakit."Baik Pak Franz. Untuk memastikan lebih jelas, ini harus uji lab. Bagaimana? Apa Anda bersedia?"Franz menganggukan kepala dengan yakin, raut wajahnya seolah memang menginginkan kesembuhan dari sakitnya.Setelah di priksa lab selama beberapa saat, kata dokter hasilnya akan segera keluar."Berapa jam
Rahasia besar Franz bocor! "Aku harus bagaimana ini?"Franz berbicara di dalam hati dengan begitu resah, wajah berekspresi seperti seseorang yang sedang berfikir, namun di dalam hatinya terus saja bertanya-tanya, bukan itu saja, otaknya pun turut ikut bekerja mencari jalan keluar.Di depannya Franz ada pertigaan jalan, untuk keluar rumah sakit melewati jalan kanan, untuk ke ruang operasi melewati jalan kiri, sementara untuk lurus jalan menuju ruang rawat inap. Melihat hal itu, Franz harus memutuskan.Berhubung dirinya sedang tidak bisa berfikir, sementara pertanyaan menumpuk, membuat Franz memilih untuk duduk di sebuah kursi kayu panjang depan ruang rawat inap.Di sana, Franz tampak mengacak-ngacak rambutnya. Baru saja duduk dia malah kesal sendiri dan memutuskan untuk menemui Intan. Dia lalu beranjak berdiri kembali."Jika Haical membocorkan sekarang bagaimana? Sebaiknya aku temui Intan, dengan begitu dia tidak mungkin membocorkan nya kepada Intan di depanku. Aku juga yakin dia bera
"Karena semua anak buahku bodoh ga bejus sebaiknya aku gerak saja sendiri!"batin Franz."Franz!" bentak Sarah yang terus saja diam, malah dia melamun.Mendengar teriakan Sarah Franz mengalihkan pandangan padanya, tampak di sana raut wajah yang semrawut tak karuan. Lalu Franz membuka mulutnya, matanya menyalakan api dan berkata," Ini semua gara-gara anak buah Intan. Salah satu diantara mereka mengetahui rahasia ku,""Apa?" Sarah berkata dengan terkejut," Kamu bener-bener ceroboh Franz, bagaimana caranya dia bisa tahu siapa kamu sebenarnya?"Mendengar suara Sarah yang memakinya membuat Franz naik darah, dia tidak suka dihina."Mah! Aku tidak sebodoh itu! Dia tidak mengetahui siapa aku sebenarnya? Tapi dia hanya tahu kalau aku dalanng di balik pelaku penyerangan ke perusahaan Intan,""Apa maksud kamu Franz?" tanya kembali Sarah dengan bingung. "Sudah cukup, Mah! Jangan terus desak aku!"ucap Franz seraya berlari kecil menaiki tangga."Franz! Kebiasaan buruk!" cibir Sarah menatap anaknya
Mendengar suara seseorang, Intan dan kakek Ardidingrat lalu menatapnya."Haical?"Di sana Haical lalu berkata," Nona muda ada seorang lelaki di luar yang ingin menemuimu?"Haical sengaja tidak memberitahu namanya, pasalnya kakek tidak tahu jika Franz bukan orang baik, dia fikir berbicara seperti itu jauh lebih baik."Hai...Apakah ini penting? Jika orang tidak di kenal. Katakan saja cucuku sedang sibuk hari ini," tutur kakek.Seperti dugaannya, Tuan besar akan seperti itu. Sementara Haical makin bingung."Nona, ini penting!" sahut Haical.Mendengar hal itu, Intan bergegas berdiri dan menanyakan kembali kepada Haical dengan lebih jelas."Nona, Tuan Franz datang kemari!" Mendengar pernyataan bodyguard, kemudian Intan menampakan aura wajah tidak suka."Kenapa sih dia selalu ganggu aku!" batin Intan.Dia berjalan menuju sebuah kaca depan ruang tamu yang tampang bening mengkilat. Dan benar di depan sana terlihat Franz tampak emosi berdebat dengan para bodyguard yang menahannya.Melihat hal
"Kakek?"Mendengar kedatangan kakek Ardidingrat yang tidak di sangka membuat Intan panik."Apa mungkin kakek harus tahu sekarang?"Sebelumnya, kakek mempunyai penyakit jantung. Oleh sebab itu, kakek tidak siap jika mendadak mendengar sebuah kabar buruk. Walauoun saat ini kakek Ardidiningrat tampak sehat, tapi Intan tetap tidak ingin melibatkannya. Baginya, dia adalah orang satu-satunya yang Intan miliki, apalagi karena faktor sudah tua Intan hanya ingin dia menikmati hari tuanya.Di sisi lain Franz malah mencari perhatian kakek Ardidingrat. Apa ini tidak keterlaluan? Franz bergaya layaknya anak baik-baik. Dia yang tahu kedatangan kakeknya Intan segera mencium tangannya dan menghaluskan suaranya seolah sedang menghormati yang lebih tua, seolah dia adalah laki-laki berkualitas dan dapat dipercaya."Muak sekali aku melihat tingkah dia!" Dalam hati Intan mencibir."Ayo kita bicarakan di dalam, nak Franz ayo masuk!" ajak kakek Ardidingrat.Melihat hal itu, Franz tersenyum penuh kemenangan
"Baiklah aku akan mengikuti permainan Anda, Franz Anggara!"batin Intan.Di sana kakek kondisinya tampak kurang sehat.Oleh sebab itu, Intan berkata," Sudah kakek, semua akan baik-baik saja. Semua sudah Intan urus dan sudah hampir selesai,"Intan berbicara dengan lembut, ia juga tidak lupa mengelus punggung kakek agar lebih tenang yang sedari tadi tampak naik darah. Bagaimana mungkin Intan membiarkan kakeknya marah-marah lebih lanjut, bukankah itu bisa menyebabkan kondisinya memburuk?Saat ini wajah kakek Ardidingrat masih menampakan raut yang sedang emosi, namun sudah sedikit lebih baik setelah Intan menenangkannya.Kemudian kakek menyuruh bodyguardnya mengusir Franz.Melihat hal itu, Franz masih juga bersikap seperti manusia yang tidak bersalah."Kakek tidak usah repot mengusir aku, saat ini juga aku akan pergi. Tapi kakek, Franz sungguh tidak bersalah dan aku akan mencari bukti dan memberikan kepada kalian jika ini hanya sebuah fitnah saja. Maafkan aku yabg sudah membuat kakek jadi
Haris dan detective selama masa pemulihan dipindahkan ruang khusus dibawah tanah. Bahkan dokter yang merawat merupakan yang sudah dipercaya."Syukurlah jika kalian sudah bisa beraktivitas lagi hari ini,"Intan berkata kepada Haris dan detective itu. Namun wajah Haris saat itu tak berkedip, dia malah melamun."Haris! Apa kamu masih sakit?" tanya Intan yang ke tiga kali. Karena tidak ada sahutan Intan berjalan mendekat kearah Haris.Di sebuah halaman yang luas sore itu para bodyguard dan detective sedang berkumpul, memang mereka tetap diberi jadwal untuk sekedar olahraga dan melatih ilmu beladiri agar semakin meningkat.Haris berdiri di barisan depan di tengah. Mereka berbaris diberi jeda. Sementara detective itu yang ingin menemui Intan disuruh menunggu di halaman itu pula.Melihat Haris yang tidak merespon nona muda para rekan Haris menegurnya."Hai Haris...!" teriak salah seorang rekan Haris."Halah ..apa dia masih sakit?"fikirnya."Apa dia ke sambet?"tebaknya.Berbagai pertanyaan di
Pagi itu begitu indah. Udara tercium di hidung begitu segar.Intan membuka jendela kamarnya seraya menikmati udara dan keindahan, sesekali ia bersenandung bibirnya. Namun. Tak sengaja Intan melihat segerombolan bodyguard sedang melakukan pemanasan yang di pimpin oleh Haris. Suaranya di bawah begitu nyaring saat-saat mereka berteriak atau berhitung."Kalau dilihat-lihat Haris lucu juga ya? Tapi kalau lagi kaya gini, dia begitu keren? Aduuhh...Aku mikir apa sih?"Kemudian Intan menyenderkan kepalanya di besi."Hmmp, aku rasa aku tidak salah menaikan jabatan Haris. Hum. Aku rasa dia juga akan semakin terasah kemampuannya berada di sini,"batin Intan. Dari lantai atas, Intan terus saja menatap kewibawaan Haris. Dia pasalnya merasa nyaman dan nyambung.Intan lalu tersenyum hingga giginya yang putih tampak terlihat, saat ia tersenyum, ia sangat terlihat semakin manis dan cantik setelah itu, Intan juga memejamkan mata seraya melakukan peregangan tangannya. "Sa-tu...,"Intan luruskan kedua t