Sekarang Intan harus mencari alasan! Ia memutar otaknya, padahal kepalanya sedang sakit.
Franz berjalan di depan Intan dengan kaki yang lebar dan cepat. Seolah sedang berada dalam situasi darurat."Seandainya mas Franz masih seperti yang dulu, aku pasti akan di gandeng tangannya. Aku yang akan marah dan ngambek jika ia seperti ini padaku, setan mana yang menempeli suamiku, Tuhan?" pinta Intan dalam hati.
Dia benar-benar tidak sanggup mengikuti langkah Franz saat ini. Bahkan dia berjalan tanpa menengok sedikitpun. Intan bukan seperti seorang istri, malahan ia seperti seorang asistannya."Mas Franz," ucap Intan lirih.Bugh!Stress membuat Intan pingsan.
Ia memikul beban banyak di kepalanya. Wajahnya tampak pucat pasi. Ia memang sudah makan, namun ia terlalu lama mengisi perutnya hingga pingsan.
Franz yang mendengar suara di belakang terjatuh membalikan badannya. Orang-orang merasa simpatik padanya. Mereka turut berkerumun.Raut wajah Franz yang acuh begitu nampak. Bahkan dia keceplosan mengatakan yang membuat geram orang di sana."Dasar istri menyusahkan!"Seorang lelaki paru baya berani menyahut karena saking geramnya. Berbeda dengan yang lainnya hanya saling berhadapan. Mereka yang tidak kenal bahkan rela bangkit dari duduk ingin membantunya. Suaminya malah mengatai istri sendiri."Jadi suami tanggung jawab! Di tempat umum Anda sangat kejam mulutnya, bagaimana Anda saat berada di rumah dengannya?" Lelaki itu menggelengkan kepala.Sorot mata mereka yang berada di sana menatap kasihan kepada Intan. Tubuhnya Intan memang semakin kurus. Membuat mereka semakin tidak tega. Sorot mata mereka bahkan menatap Franz buruk. Franz juga bisa merasakannya. Dia sendiri malah merasa sedang dikeroyok. Sehingga dia semakin menantang."Anda tidak perlu ikut campur urusan rumah tangga saya!"Franz menyahut dengan wajah emosi. Matanya menatap tajam.Lelaki paru baya itu terpancing emosi. Hampir saja mereka adu jotos. Namun seseorang diantara mereka melerainya."Anak muda zaman sekarang, tidak ada sopan santun sama sekali!"Beruntung tidak terjadi adu jotos di antara mereka. Sehingga Intan bisa di bawa ke rumah sakit. Pasalnya, kakinya keluar darah."Minggir! Saya tidak penyakitan, saya kuat, saya tidak butuh bantuan kalian, saya bisa membawa dia sendiri!" ucap Franz menohok hati.Mereka yang mendengar terpancing emosi. Bahkan mereka menatap kasihan kepada istrinya." Ada ya, manusia seperti itu!""Ahh, pasti karena dia anak pejabat. Tukang korupsi si bapaknya!""Songong lo!" teriak anak muda yang gemas melihat Franz. Mereka menatap kepergian Franz yang menggendong istrinya seraya mengelus dada."Wanita itu sungguh pembawa sial. Mam! Selalu saja menggangguku bahkan sekarang harus merepotkanku! Kalau seperti ini caranya, mending aku menikah lagi, Mam!"Franz menghubungi Sarah. Dia mengadu padanya tentang perbuatan Intan. Dia berbicara hingga urat nadinya nampak tertarik.Franz sangat emosi, ia sangat geram kepada Intan."Karena dia aku sangat malu hari ini mam! Aku di marahi orang!"Franz menjelaskan di telfon kepada Sarah. Dia terpaksa membawa Intan ke rumah sakit. Franz yang berbicara ngalor ngidul akhirnya jujur."Iya. Karena Intan hamil. Saat dibawa ke mobil, di kakinya ada darah. Saking parahnya, ada dua orang yang mengikutiku, dia memastikan aku membawa ke rumah sakit. Jika tidak, mereka akan melaporkan polisi. Bahkan mereka menunggu Intan sadar. Ini sungguh sangat gila!"Franz sendiri tidak tahu anak siapa yang di kandung oleh Intan. Pasalnya, dia sendiri beberapa kali melakukan hubungan badan dengan Intan akhir-akhir ini di siang hari. Pasalnya, jika mabok dia dilarang keras satu kamar oleh Sarah. Setiap malam dia selalu pulang mabok.Dua orang lelaki yang berada di rumah sakit tadi duduk menunggu Intan. Franz yakin mereka sakit hati dan ingin berbuat buruk padanya."Siapa mereka? Sampai segitunya tungguin istri orang, dasar bodoh!" gumam Intan.Franz yakin dia memiliki niat terselubung di balik ini semua!Franz menatap penampilan mereka. Lalu tersenyum menyeringai menghampirinya. Dia mengira dengan uang mereka akan segera pergi."Hai kalian, aku tahu kalian di sini karena modus kan?" ucap Franz dengan yakin.Seorang diantara mereka bersuara, " Saya tidak modus sama sekali. Saya di sini hanya perintah dari bos saya!""Oh, gampang. Sebaiknya kalian pergi saja dari sini. Dan kembalilah kalian ke rumah sakit jiwa. Buatlah namaku bagus di sana. Aku akan kasih imbalan untuk kalian," ucap Franz dengan percaya diri."Maaf Tuan, saya tidak akan melakukan hal itu. Saya di sini ingin memastikan kondisi wanita tadi," kekeh orang itu.Franz menarik kerah orang itu dengan emosi. Dia menonjoknya dan memukulinya, beruntung mereka bisa di lerai. jika tidak, Franz mungkin sudah menghabisinya.Orang tadi memprovokator orang-orang yang kebetulan berada di sana menunggu orang yang sedang sakit. Dia berkata dengan suara keras,"Anda pasti punya niat buruk kan kepada istri Anda! Saya tahu itu, makanya Anda kekeh mengusir kami!"Orang suruhan itu terpancing emosi. Dia sedari tadi sabar menyaksikan kejadian semenjak di rumah sakit. Kini dia harus mengatakan sebenarnya. Dia berkata sambil melotot, dia mengatakan firasatnya di depan umum."Hai Anda siapa? Apa Anda ada hubungan dengan istri saya? Mau saya apakan dia itu bukan urusan Anda!""Dengarlah, apa yang dia katakan!" Orang itu berkata kembali. Wajahnya meyakinkan orang-orang di sekeliling.Akhirnya Intan terbangun mendengar suara berisik yang ada di depan ruang rawatnya. Ia berjalan dengan lemah dan memegang dinding. Kepala rasanya sangat pusing. Namun sudah lebih baik dari sebelumnya.Saat Intan berada di sana, ternyata ada juga Sarah. Intan menjadi bingung. Tapi juga cemas."Mengapa mamah bisa berada di sini?" ucap Intan dengan lirih.Alih-alih menjawab, wanita tua itu menatapnya sinis."Sudah cukup sudah! Anak saya ini anak yang baik-baik, bapak-bapak, ibu-ibu. Hanya saja istrinya bukan wanita baik-baik, ia itu tukang selingkuh!" teriak sang mertua lantang, hingga orang-orang di sana sontak menatap Intan dengan rendah.
Bapak-bapak, ibu-ibu, kalian bisa melihat foto ini. Apa kalian masih tidak percaya juga?" ucap Sarah seraya menangis tersedu-sedu."Hssss, hssss," Sarah memang sangat keterlaluan. Ia rela bertindak sejauh itu. Bahkan, sejak lama ia bertindak selicik itu.Di sana Franz, tampak terdiam. Alisnya mengkerut seolah sedang berfikir. Bahkan dia mungkin ikut percaya dengan apa yang dikatakan oleh mamahnya. Oleh sebab itu, dia menjadi sangat kesal kepada Intan. Sikapnya Franz terasa terlalu baik selama ini, harusnya dia bersikap lebih buruk lagi kepada Intan. Dia juga menjadi jijik kepadanya. Sekarang. Seolah raut wajah Franz bertanya-tanya. "Mengapa mamah tidak memberi tahu aku?" ucap Franz menghela nafas panjang. Dia merasa gusar.Franz memang tidak melihat fotonya secara langsung. Tapi dia bisa menilai dari raut wajah orang-orang yang telah melihatnya. Di fikirannya merasa harga dirinya diinjak-injak. "Brengsek wanita itu telah menipuku! Kau seakan manusia suci di depanku, tapi ternyata
JEDERRRR Bagaikan tersambar petir saat itu tubuh Intan, bahkan hancur berkeping-keping."Apa?" "Ma-du!" Intan berbicara, namun suaranya sangat lirih, bahkan terbata-bata. Ia tidak pernah menyangka hal ini benar terjadi."Mas, aku tidak akan sudi di madu, apalagi oleh wanita seperti dia! Mana ada wanita baik yang merebut suami orang!" teriak Intan. Keringat bercucuran di keningnya. Ia lalu mengusapnya dengan kasar."Plakk...! Plakk...!" Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan dan kiri Intan. Franz yang sedang duduk hanya diam melihat Intan ditampar.Sarah Ajwaja sangat murka. Ia adalah mertua Intan. Ia menampar menantunya dengan sangat keras, hingga Intan terjatuh di lantai, wajahnya memar bahkan terlihat darah segar di ujung bibirnya. "Arg...Mamah, aku sedang hamil!" tekan Intan panik. Ia mengusap perutnya yang sudah besar beberapa kali, beruntung, ia masih kuat, lalu ia susah payah beranjak bangkit dari lantai."Jaga mulutmu wanita kampung! Berani-beraninya kamu menghina calon ist
"Papi, Oma dan tante. Jangan mendekati Jessy . Atau Jessy akan tembak?" Gadis kecil itu langsung berjalan di depan Intan, ia berbicara dengan nada yang tinggi. Seolah ia sedang menjadi peran di aksi kejahatan. Bahkan pendiriannya kuat, "Jessy tidak akan memberi pistol ini?" kekehnya.Suaranya imut, namun membuat merinding. Karena itu, mereka semua mengikuti perintahnya.Karena ketakutannya, Sarah, Franz, dan Clara melotot, tubuh mereka mengumpat di balik bantal sofa. Ketiganya merasa terancam. "Jessica, hati-hati sayang itu berbahaya!" teriak Intan dengan cemas. Selama ini, Jessy jarang di perhatikan. Oleh sebab itu, mereka tidak tahu kalau Jessy ternyata mempelajari cara melawan orang jahat di internet. Gadis itu tumbuh genius karena kecanggihan teknologi yang modern apalagi positif. Lihat sekarang! Bahkan orang dewasa saja kalah.Ia menyaksikan perbuatan keluarga papinya yang kejam kepada maminya. Barusan, Intan sudah berusaha merebutnya, tapi kondisinya yang tidak mendukung
"Aku tidak akan memberi ampun keoada kalian!" batin Intan."Angela. Aku memiliki hadiah istimewa untuk mereka yang berhati iblis! Itu sangat spesial! Kamu orang paling tahu siapa aku bukan? Aku adalah mantan istrinya Franz Anggara, sekaligus rekan bisnisnya, dan aku ingin membuat pesta ini semakin meriah," Intan tersenyum miring, lalu ia menatap sahabat kecilnya. "Haha rekan bisnis apanya? Kamu jangan merendah nona muda Ardidiningrat. Kamu dan Franz itu berbeda jauh, bagaikan langit dan bumi? Franz itu narsis. Sementara kamu, selalu saja menghindari media, itulah sebabnya Franz lebih terkenal. "Kalau bukan karena pelakor itu yang matre, Franz tidak akan mungkin melakukan pesta dengan biaya fantastik! Lihat saja nanti, aku akan buat wanita pelakor itu sesak nafas!" "Jangan beri ampun!Cucu Ardidiningrat sengaja disembunyikan dari media, tapi prestasinya terus saja berjalan! Hingga perusahaan itu bercabang bahkan di berbagai kota dan negara. Malam ini ia keluar dari persembunyiann
Angela berbisik kepada Intan seraya berjalan seolah bak model di atas karpet merah hati yang sudah tertata dengan bunga-bunga berwarna merah di lengkapi hijau daun.Menurut kepercayaan mereka kebanyakan, seolah itu simbol untuk kedua mempelai. saling melengkapi. Sangat mencintai dan selalu abadi.Bunga keabadian"Uwok,"Intan rasanya mulas mendengar Sarah pamer akan keadaan pesta mereka.Beberapa lampu kristal yang memancar membuat panggung terlihat lebih memukai dan hidup. Siapa saja yang melihat memuji kebesaran Tuhan. Accesories dan decorate benar-benar menarik mata Ini benar-benar terlihat nyaman dan elegant, bahkan lebih berkelas!"Inilah Dekorasi kelas dunia!""Ini bahkan hanya dihadiri orang-orang dengan martabat tinggi!" desis Sarah di depan wartawan."Desain Thomas John?"Sebelumnya, gaun mereka adalah yang terbaik di antara yang lainnya. Clara dengan yakin mengatakannya. "Desain kelas tengah dunia aku fikir tidak ada yang menandinginya malam nanti? bahkan biayanya satuharga
Pernyataan Franz membuat heboh tamu undangan yang berada di aula hotel itu. Sebelumnya, mereka sengaja pamer mengundang media dan berbagai orang dengan status tingkat atas. Namun kenyataanya, dengan adanya kejadian ini, mereka merasa menyesal.Ada apa ini?Bagaimana mungkin Franz menyebut janji sucinya kepada Dewi Ardidiningrat? Apakah Franz Argana merasa nervous? Atau dia kurang tidur hingga kurang fokus? Jika semua tidak? Mereka menjawab dengan menyimpulkan Franz Argana telah "jatuh cinta" kepada Dewi Ardidiningrat!"Hah?""Jatuh Cinta...?""Aku tidak terima! Ini tidak boleh terjadi! Aku akan melakukan segala cara. Dasar lelaki brengsek! Mau ditaro di mana wajahku?"Clara berdiri dengan gusar. Ia menundukan wajahnya seolah mendadak alergi dengan media yang turut ikut memenuhi aula di hotel bintang tujuh.Di sisi lain, justru sebagian orang menilai Franz dan Dewi memanglah cocok. Mereka cantik dan tampan bukan?Namun justru Intan yang terlibat menjadi topik tranding acuh dengan sit
"Aku ada di mana? Mengapa ini tempatnya gelap dan sunyi?" ucap Intan seraya mengedarkan pandangannya, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Saat itu, Intan yang merasa berada di tempat asing bahkan gelap dan menakutkan ia terus saja berjalan mencari jalan keluar. Karena merasa ketakutan, lalu Intan berteriak, "Tolong...Tolong aku....Tolong...! Aku di sini...!" ucap Intan berteriak. Ia berjalan sesekali melihat kebelakang bahkan sekali kali berlari."Ayah...Ibu...,""Kakekk...Angela....," Badannya terasa gemetar bahkan bulu kuduknya merinding, pasalnya Intan orangnya takut dengan kegelapan. Kemudian, setelah lama Intan berjalan, namun dia tidak menemukan ujung. Ia menangis. "Apa salahku Tuhan. Mengapa aku bisa berada di sini?" Ia duduk di atas batu di bawah pohon. "Hsss...hsss...," Pada saat itu, ia seperti berada di tengah hutan yang terbentang luas. Ia menatap langit-langit hanya ada kegelapan dan bulan di sana. Namun tiba-tiba, kegelapan berubah menjadi terang. Seolah ma
"Sayy...! Apa kamu lupa dengan tujuan kamu? Apa kamu lupa dengan Jessy? Apa kamu...," teriak Angela.Angela berbicara begitu geram, di kepalanya banyak pertanyaan, tanganya seolah ikut berbicara, matanya, semua anggota tubuhnya seolah sedang mengingatkan Intan. Ia berbicara seraya berdiri. Bahkan ia berbicara tak sadar telah membuka luka Intan."Jessy?" gumam Intan. Fikirannya melayang mengingat mendiang anaknya.Lalu, Intan yang mendengar menoleh. Awalnya dia acuh dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. Namun semakin lama ia membuat Intan jengkel. Darahnya mulai naik, bahkan tangannya ikut mengepal.Kemudian, justru Intan merespon di luar dugaan, ia melotot. Ia menaikan nada suaranya. Seolah seperti orang kesurupan."Jangan sembarangan kamu...!" tekan Intan."Aku nggak sembarangan Intan? Kamu marah?" Angela menggelengkan kepalanya. Bola mata mereka saling berhadapan."Kamu sudah tidak beres! Otak kamu itu ada masalah...Ayo sadarlah Intan...!" teriak Angela. Saat ini Angela sedang