"Papi, Oma dan tante. Jangan mendekati Jessy . Atau Jessy akan tembak?" Gadis kecil itu langsung berjalan di depan Intan, ia berbicara dengan nada yang tinggi. Seolah ia sedang menjadi peran di aksi kejahatan. Bahkan pendiriannya kuat, "Jessy tidak akan memberi pistol ini?" kekehnya.Suaranya imut, namun membuat merinding. Karena itu, mereka semua mengikuti perintahnya.Karena ketakutannya, Sarah, Franz, dan Clara melotot, tubuh mereka mengumpat di balik bantal sofa. Ketiganya merasa terancam. "Jessica, hati-hati sayang itu berbahaya!" teriak Intan dengan cemas. Selama ini, Jessy jarang di perhatikan. Oleh sebab itu, mereka tidak tahu kalau Jessy ternyata mempelajari cara melawan orang jahat di internet. Gadis itu tumbuh genius karena kecanggihan teknologi yang modern apalagi positif. Lihat sekarang! Bahkan orang dewasa saja kalah.Ia menyaksikan perbuatan keluarga papinya yang kejam kepada maminya. Barusan, Intan sudah berusaha merebutnya, tapi kondisinya yang tidak mendukung
"Aku tidak akan memberi ampun keoada kalian!" batin Intan."Angela. Aku memiliki hadiah istimewa untuk mereka yang berhati iblis! Itu sangat spesial! Kamu orang paling tahu siapa aku bukan? Aku adalah mantan istrinya Franz Anggara, sekaligus rekan bisnisnya, dan aku ingin membuat pesta ini semakin meriah," Intan tersenyum miring, lalu ia menatap sahabat kecilnya. "Haha rekan bisnis apanya? Kamu jangan merendah nona muda Ardidiningrat. Kamu dan Franz itu berbeda jauh, bagaikan langit dan bumi? Franz itu narsis. Sementara kamu, selalu saja menghindari media, itulah sebabnya Franz lebih terkenal. "Kalau bukan karena pelakor itu yang matre, Franz tidak akan mungkin melakukan pesta dengan biaya fantastik! Lihat saja nanti, aku akan buat wanita pelakor itu sesak nafas!" "Jangan beri ampun!Cucu Ardidiningrat sengaja disembunyikan dari media, tapi prestasinya terus saja berjalan! Hingga perusahaan itu bercabang bahkan di berbagai kota dan negara. Malam ini ia keluar dari persembunyiann
Angela berbisik kepada Intan seraya berjalan seolah bak model di atas karpet merah hati yang sudah tertata dengan bunga-bunga berwarna merah di lengkapi hijau daun.Menurut kepercayaan mereka kebanyakan, seolah itu simbol untuk kedua mempelai. saling melengkapi. Sangat mencintai dan selalu abadi.Bunga keabadian"Uwok,"Intan rasanya mulas mendengar Sarah pamer akan keadaan pesta mereka.Beberapa lampu kristal yang memancar membuat panggung terlihat lebih memukai dan hidup. Siapa saja yang melihat memuji kebesaran Tuhan. Accesories dan decorate benar-benar menarik mata Ini benar-benar terlihat nyaman dan elegant, bahkan lebih berkelas!"Inilah Dekorasi kelas dunia!""Ini bahkan hanya dihadiri orang-orang dengan martabat tinggi!" desis Sarah di depan wartawan."Desain Thomas John?"Sebelumnya, gaun mereka adalah yang terbaik di antara yang lainnya. Clara dengan yakin mengatakannya. "Desain kelas tengah dunia aku fikir tidak ada yang menandinginya malam nanti? bahkan biayanya satuharga
Pernyataan Franz membuat heboh tamu undangan yang berada di aula hotel itu. Sebelumnya, mereka sengaja pamer mengundang media dan berbagai orang dengan status tingkat atas. Namun kenyataanya, dengan adanya kejadian ini, mereka merasa menyesal.Ada apa ini?Bagaimana mungkin Franz menyebut janji sucinya kepada Dewi Ardidiningrat? Apakah Franz Argana merasa nervous? Atau dia kurang tidur hingga kurang fokus? Jika semua tidak? Mereka menjawab dengan menyimpulkan Franz Argana telah "jatuh cinta" kepada Dewi Ardidiningrat!"Hah?""Jatuh Cinta...?""Aku tidak terima! Ini tidak boleh terjadi! Aku akan melakukan segala cara. Dasar lelaki brengsek! Mau ditaro di mana wajahku?"Clara berdiri dengan gusar. Ia menundukan wajahnya seolah mendadak alergi dengan media yang turut ikut memenuhi aula di hotel bintang tujuh.Di sisi lain, justru sebagian orang menilai Franz dan Dewi memanglah cocok. Mereka cantik dan tampan bukan?Namun justru Intan yang terlibat menjadi topik tranding acuh dengan sit
"Aku ada di mana? Mengapa ini tempatnya gelap dan sunyi?" ucap Intan seraya mengedarkan pandangannya, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri. Saat itu, Intan yang merasa berada di tempat asing bahkan gelap dan menakutkan ia terus saja berjalan mencari jalan keluar. Karena merasa ketakutan, lalu Intan berteriak, "Tolong...Tolong aku....Tolong...! Aku di sini...!" ucap Intan berteriak. Ia berjalan sesekali melihat kebelakang bahkan sekali kali berlari."Ayah...Ibu...,""Kakekk...Angela....," Badannya terasa gemetar bahkan bulu kuduknya merinding, pasalnya Intan orangnya takut dengan kegelapan. Kemudian, setelah lama Intan berjalan, namun dia tidak menemukan ujung. Ia menangis. "Apa salahku Tuhan. Mengapa aku bisa berada di sini?" Ia duduk di atas batu di bawah pohon. "Hsss...hsss...," Pada saat itu, ia seperti berada di tengah hutan yang terbentang luas. Ia menatap langit-langit hanya ada kegelapan dan bulan di sana. Namun tiba-tiba, kegelapan berubah menjadi terang. Seolah ma
"Sayy...! Apa kamu lupa dengan tujuan kamu? Apa kamu lupa dengan Jessy? Apa kamu...," teriak Angela.Angela berbicara begitu geram, di kepalanya banyak pertanyaan, tanganya seolah ikut berbicara, matanya, semua anggota tubuhnya seolah sedang mengingatkan Intan. Ia berbicara seraya berdiri. Bahkan ia berbicara tak sadar telah membuka luka Intan."Jessy?" gumam Intan. Fikirannya melayang mengingat mendiang anaknya.Lalu, Intan yang mendengar menoleh. Awalnya dia acuh dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. Namun semakin lama ia membuat Intan jengkel. Darahnya mulai naik, bahkan tangannya ikut mengepal.Kemudian, justru Intan merespon di luar dugaan, ia melotot. Ia menaikan nada suaranya. Seolah seperti orang kesurupan."Jangan sembarangan kamu...!" tekan Intan."Aku nggak sembarangan Intan? Kamu marah?" Angela menggelengkan kepalanya. Bola mata mereka saling berhadapan."Kamu sudah tidak beres! Otak kamu itu ada masalah...Ayo sadarlah Intan...!" teriak Angela. Saat ini Angela sedang
"Aku harus menyembunyikan hal ini dari Intan!" gumam Ardidiningrat, lalu dia menatap wajah cucunya yang saat ini sedang dinasehati oleh ustadz.Selanjutnya, Kakek Ardidiningrat melangkahkan kaki dengan wajah cemas bahkan wajah ditekuk menjauh dari Intan. Dia berjalan tampak serius setelah melihat ponsel.Sebelum pergi, Ardidiningrat membisikan sesuatu di telinga Intan."Intan. Sebentar, kamu di sini dulu ya!" Bisik dia seraya menepuk bahu Intan.Intan mengedarkan pandangannya ke arah kakeknya seraya mendengus. Bibirnya tampak sedikit roman wajah cemberut."Padahal aku sedikit tidak nyaman bersama orang asing, malah kakek tinggalin aku," gumam Intan. Karena kakek tampak buru-buru. Lalu ia dengan cepat menanyakan."Kakek mau kemana? Jangan lama-lama, Kek!""Tunggu kakek sebentar saja. Jangan pergi sebelum kakek datang kemari! Ada hal penting yang harus diurus,"Intan sedikit merasa heran. "Ada apa dengan kakek? Tidak biasanya dia bersikap seperti itu padaku?"Walaupun Intan baru tin
Lalu, mendengar dugaan Ardidiningrat ternyata benar.Ardidingrat segera menarik nafasnya pelan-pelan setelah itu, dia menghembuskannya."Alasan apa yang harus aku berikan pada cucuku, Oh Tuhan....! Kasihan sekali kamu cucuku," ucap Ardidingrat dengan wajah gelisah.Akhir-akhir ini, Ardidingrat tahu betul beban yang dipikul cucunya. Kehilangan putrinya setelah bercerai masih menyimpan luka yang dalam bukan? Lelaki tua itu lalu mengedarkan netranya ke arah cucunya."Apa Intan sanggup mendengar kejadian Angela yang sebenarnya, sekarang?" Ardidiningrat tampak menerka-nerka.Namun di sisi lain, Intan yang sedang membaca raut wajah kakeknya senyumnya mulai memudar."Ada apa dengan kakek? Sepertinya kakek memang ada masalah? Lah, sekarang aku minta anterin beli ciki sepertinya malah keberatan? Lihat saja. Kakek malah melamun! Aku jadi tidak tega kalau begini," batin Intan.Seketika Intan berfikir. Pasalnya, kakek orang yang tidak pelit, apalagi kepada cucunya. Dengan demikian, Intan memutu