Share

2. Parfum Siapa?

last update Last Updated: 2025-10-14 10:43:27

"Sebentar!" Interupsi Andira menghentikan langkah Arsa yang akan menaiki tangga.

Andira melangkah mendekati Arsa. "Kenapa aku mencium aroma parfum seorang wanita di jasmu?"

"A-apa?!"

Arsa melebarkan matanya mendengar pertanyaan yang dilemparkan oleh Andira. Pria itu terlihat, sedang mengingat aroma parfum siapa yang dipertanyakan oleh Andira. Andira tersenyum miring melirik ekspresi wajah Arsa.

Parfum itu pasti milik wanita simpanannya. Andira menelanjangi Arsa dengan tatapan tajam. Arsa terlihat ketakutan dengan tatapan Andira.

"Ehh, ... Sa-sayang! Aku---"

"Parfum siapa itu?" potong Andira, "kamu tidak berganti selera memakai parfum wanita 'kan?"

"Sayang! Kamu ini mikirin apa sih?" Arsa tersenyum kikuk merasakan degup jantungnya berdetak cepat.

"Aroma parfum wanita di tubuh kamu itu, bukan parfumku. Kamu coba parfum milik siapa?" Andira bertanya sambil memicingkan mata.

"Begini, Sayang ...." Arsa terlihat menghela napas mencoba berpikir untuk mencari alasan dan merangkai kata agar Andira percaya. 

"Tadi saat jam makan siang, aku masuk lift. Dan di dalam lift itu berdesakan. Ketika lift hampir menyentuh lantai dasar, rantainya mungkin putus dan lift mengalami anjlok dan kemacetan terjadi. Sehingga ada sekitar 1 jam aku terjebak di sana."

Andira tersenyum miris mendengar jawaban dari suaminya. Apakah Arsa sepintar itu mengarang cerita? Apakah memang benar, ada insiden lift terjatuh di perusahaan milik pria itu? Ia rasa, waktu pergi ke sana kondisinya baik-baik saja tanpa ada masalah.

Nanti diam-diam Andira akan menyelidiki hal itu. Untuk sekarang, ia lebih memilih percaya saja. Tapi Andira masih belum puas untuk menguji kejujuran yang dimiliki oleh suaminya.

"Apakah ada masalah serius?" 

Arsa menggeleng. "Tidak ada."

"Yakin tidak ada?" Andira menaikkan sebelah alisnya. 

"Aku baik-baik saja, Sayang. Nyatanya aku bisa pulang dan bertemu dengan kamu 'kan?" Arsa menampilkan senyum manis.

Arsa mendekati Andira, memeluk istrinya dan melayangkan kecupan bertubi-tubi di wajah Andira. Andira mencoba mendorong dada Arsa. Namun, Arsa semakin mengeratkan pelukannya. 

Andira menahan geram dalam hatinya. Bibir pria itu telah menyentuh milik wanita lain. Rasanya begitu mual ketika Andira mengingatnya. Tetapi untuk menghormati Arsa, ia sekuat tenaga untuk menahan semua itu.

Andira merasakan gemuruh memenuhi dadanya. Ia ingin sekali menangis jika mengingat kejadian yang ia lihat tadi sebelum pulang ke rumah. Siapa seorang istri yang tidak marah melihat suaminya ternyata ada main dengan wanita lain? Bahkan, yang lebih menyakiti suaminya kini telah berubah lebih sering berbohong.

"Tadi siang waktu aku mau jemput klien, aku lihat kamu turun dari lobby hotel bersama seorang wanita," celetuk Andira mencoba melihat reaksi Arsa.

Arsa kembali melebarkan matanya dan tersenyum kaku. Lagi-lagi Andira mencoba menguji pria itu. Degup jantung Arsa terdengar oleh Andira begitu kencang karena takut akan sesuatu hal yang tidak diinginkan. 

"Kamu lihat aku dengan seorang wanita?" Arsa menatap istrinya dengan gugup. "Kamu lihat kami sedang melakukan apa?"

Andira tersenyum miring. Sang suami di hadapannya terlihat jelas gugup dan ketakutan. Tetapi Arsa dari yang Andira lihat, berusaha menutupi semua itu dengan senyum di bibirnya. 

"Aku lihat kalian sedang berjalan dan mengobrol hal penting. Aku hanya melihat sekilas." 

Karena tadi ia melihat bahwa sang suami berbohong, memilih untuk berbohong juga tak ada salahnya untuk berpura-pura tak mengetahui. Setelah dirinya mengucapkan hal bahwa tak mengetahui apapun, Arsa terlihat menghembuskan napas lega. Andira juga tidak ingin berprasangka lebih jauh. Bagaimanapun caranya ia akan menyelidiki siapa tahu ada yang tidak beres dari semua itu.

"Siapa wanita itu? Aku kayak ... kenal ya? Apa dia rekan bisnismu?" berondong Andira.

"Iya, Sayang. Dia kolega bisnisku," jawab Arsa.

Andira tersenyum mengangguk. Meskipun pria itu menjawab dengan tenang, tapi sorot matanya tak bisa semudah itu membohongi Andira. 

"Sayang aku mandi dulu, ya," kata Arsa.

Andira mengangkat wajahnya. Ia merasa sepertinya Arsa sedang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. Tapi Andira memilih untuk membiarkan Arsa beranjak pergi darinya.

"Oke. Sudah aku siapkan air hangatnya. Nanti aku siapkan baju ganti." Andira tersenyum menatap Arsa.

"Terima kasih, Sayang. Kamu memang wanita terbaik." Arsa kemudian beranjak dari hadapan Andira, dan masuk ke kamar mandi.

Andira dalam hati berdecih sinis. Jika ia wanita terbaik di mata pria itu, seharusnya memang tak pantas untuk melukai. Andira berpikir harus mencari tahu siapa wanita itu secepatnya. Tak akan tenang hatinya bila tak segera menemukan jawaban dari semua kejanggalan yang ada.

Andira mengambil ponsel miliknya. Ia mengirimkan pesan kepada asistennya, mengirimkan sebuah foto wanita yang bersama dengan Arsa, dan memerintahkan untuk menyelidiki siapa sosok itu. Sebagai seorang pengacara wanita handal, Andira selalu mendapatkan informasi dengan cepat lewat orang-orang kepercayaan yang bekerja di firma hukum miliknya.

Arsa pulang ke rumah sebentar, dan berpamitan kepadanya untuk keluar kota. Alasannya adalah pekerjaan. Andira pun tidak percaya. Mungkin akan ada sesuatu spesial yang akan dirayakan oleh perusahaan bersama wanita simpanan tersebut.

Di saat Arsa melakukan aktivitas mandi, Andira melirik ponsel sang suami yang tergeletak di atas nakas. Ia berpikir untuk mencari tahu sesuatu dari ponsel tersebut. Mungkin, dari sana ia bisa mulai mencari tahu semuanya.

"Kira-kira ... siapa nomor wanita itu, ya," gumam Andira.

Andira tersenyum saat ponsel sang suami tidak dipasang sandi atau pin. Jarinya bergerak cepat menggulir layar mencari tahu siapa saja orang yang berbalas pesan dengan pria itu. Andira melihat sang suami berbalas pesan dengan rekan bisnisnya. Dan tidak ada kecurigaan apapun di sana. 

Tidak ada pesan yang menunjukkan bahwa Arsa bermesraan dengan wanita lain lewat chat. Dan Andira tentu saja tidak ingin percaya. Ia menemukan riwayat pesan dari kontak nomor miliknya dan diberi nama 'ibu anakku' oleh Arsa 

"Apa dia menghapus pesannya setelah itu?" gumam Andira.

Andira kemudian berselancar memasuk galeri ponsel milik Arsa. Tidak ada foto-foto wanita lain selain foto dirinya bersama kedua anaknya. Namun, ada bagian riwayat foto yang dihapus. Dan di sana ada seorang wanita berambut panjang menggunakan pakaian minim. 

Andira syok dan menutup mulutnya. Ternyata wanita itu menggoda Arsa menggunakan pakaian transparan yang memperhatikan bentuk tubuh. Dirinya saja tidak pernah berperilaku demikian.

Andira mencoba melihat dengan jelas wajah wanita itu. Ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh wanita tersebut, dengan berpose menantang telentang di atas sofa dengan satu kaki di tekuk memperlihatkan Cd-nya. Tak hanya itu, lidahnya di julurkan seolah menggoda ingin disentuh.

Andira mengepalkan tangannya dengan dada bergemuruh panas. Foto itu dikirim tepat satu minggu lalu. Saat Arsa dan Andira tengah merayakan hari ulang tahun anak kedua mereka. 

Waktu itu, Andira tak sengaja memperhatikan wajah Arsa yang seperti menahan sesuatu. Andira menanyakan kepada Arsa, dan pria itu mengatakan baik-baik saja. Setelah tengah malam, dan anak-anak mereka sudah tidur semua, Arsa meminta haknya sebagai suami pada Andira. Kini ia paham bahwa waktu itu, Arsa tengah melampiaskan nafsunya yang telah di sulut oleh wanita itu. 

Tapi ... tunggu dulu! Apakah mereka berdua sudah melakukan hubungan hingga sejauh itu? Jika tidak, mengapa wanita ingin mengirimkan foto tak pantas kepada pria yang sudah memiliki istri? Hati Andira berdesir marah dengan pikiran yang muncul di otaknya.

Dengan bibir bergetar, Andira mengambil foto seksi wanita itu untuk ia kirim ke ponselnya. Ia ingin menyimpan foto laknat yang berjumlah lebih dari satu itu. Foto dengan pose berbeda-beda namun menantang. Kemungkinan besar, foto ini akan ia gunakan sebagai senjata nantinya. 

Setelah selesai mengirim foto dari ponsel Arsa ke ponselnya, Andira memilih menghapus riwayat pesan terakhir antara dirinya dan sang suami. Arsa tak boleh tahu bahwa ia mengetahui apa yang ada di ponsel pria itu. Ketika ia belum menyelesaikan menghapus riwayat pesan, pintu kamar mandi terbuka. Andira terkejut melihat Arsa yang keluar memunculkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.

"Sayang ... handuk ku mana?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    6. Anak Hilang

    "Nyonya ... Anak-anak dari tadi siang belum juga pulang dari sekolah." Beri tahu Ana---art di rumah Arsa dan Andira. "A-apa?" Andira terkejut bukan main. "Kenapa tidak mengabari saya dari tadi?" Andira baru pulang ke rumah setelah menjalani aktivitas dikantor firma hukum miliknya. Wanita itu pulang menjelang hari petang. Tapi ia diberikan kabar mengejutkan oleh Art-nya. "Maaf, Nyonya. Tapi saya sudah mencoba menghubungi nyonya ... ponsel Anda tidak aktif," jawab Ana dengan takut. Andira menghela napasnya kasar. Ia lupa bahwa ponselnya kehabisan daya. Wanita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun, meninggalkan Ana menuju kamar. Ia memutuskan untuk menghubungi sang suami mengabarkan tentang hilangnya anak-anak mereka. Andira mengambil kabel pengisi daya untuk mengisi ponsel baterai. Ia memilih untuk mengambil ponselnya yang ia miliki satu lagi. Dengan adanya hal yang menimpa anak-anak, ia tidak bisa berlama-lama seperti ini. Ia harus memberitahukan Arsa. Suaminya harus tahu bahw

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    5. Menghilangkan Duri

    Hari ini adalah hari kedua setelah kepergian Arsa pamit keluar kota. Andira masih memantau pergerakan suaminya. Pria itu tetap berada di Jakarta dan istirahat di sebuah hotel. Hotel yang ditempati adalah hotel yang berbeda dari tempat ia bermalam dengan Jenna sebelumnya. Tring.Andira menaikkan sebelah alisnya ketika melihat sebuah notifikasi ponsel masuk. Notifikasi itu adalah notifikasi sadapan ponsel Arsa. Dan di sana terdapat hasil percakapan panas antara Arsa dan Jenna.Mengetahui bahwa mereka berdua berbalas pesan, itu menandakan bahwa Arsa tidak sedang berada bersama dengan Jenna. Andira membaca pesan yang isinya adalah perkataan Arsa yang tak ingin menikahi wanita itu. Jenna dalam pandangan Arsa, hanya penghibur pria itu dikala lelah dan bosan. Arsa menekankan pada Jenna agar jangan merendahkan diri untuk bisa tetap menjadi istri seorang pria yang telah menikah. Menjadi simpanan saja, sudah cukup untuk merendahkan diri. Tak perlu terlalu jauh melangkah apalagi ingin menjadi

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    4. Rahasia Masa Lalu

    "Jadi ..., wanita itu ...."Andira terkejut karena mengetahui wanita yang merupakan selingkuhannya masih ada kaitan dengan masa lalu dengan orang tuanya. Tangannya mengepal di bawah meja. Ada emosi dan luka yang menyeruak dari dalam dada."Ibu mengenalnya?" tanya Cindy curiga dengan ekspresi wajah Andira. Andira tersenyum kaku. "Ti-tidak. Hanya ..., saya sendiri paham dengan orang tuanya." "Apa Anda dengan orang tuanya dekat?""Tidak. Hanya sedikit tahu saja. Tapi tidak sampai kenal apalagi dekat," jawab Andira.Andira menghela napasnya. Satu fakta ia temukan lagi tentang wanita itu. Ternyata kekasih gelap suaminya, masih memiliki hubungan masa lalu dengan keluarganya.Andira ingin menangis saat ini juga. Wanita itu teringat akan penderitaan yang ia alami saat masa kecil dulu. Mengapa wanita itu datang ke hidupnya? Apakah ia akan kembali membuat dia sengsara seperti dulu?Demi apapun, Andira akan berusaha sekuat tenaga mempertahankan apa yang menjadi miliknya. Ia tak ingin melepaska

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    3. Mencari Fakta

    "Akhir-akhir ini, setiap aku pulang aku tidak pernah bertemu dengan mereka." Arsa menatap wajah kedua anaknya yang tertidur pulas. Andira memperhatikan raut wajah sendu yang ditampilkan oleh Arsa. Ia mengetahui bahwa pria itu tengah merindukan kedua anak mereka. Dan tidak bisa bertemu karena kesibukan."Mungkin kamu kecewa. Satu hal yang perlu kamu tahu, mereka lebih kecewa daripada kamu," beritahu Andira."Apa mereka marah sama aku?" lirih Arsa."Tadi saat aku barusan pulang sebelum kamu datang, mereka mengeluh bahwa kamu menjanjikan untuk memiliki waktu bersama mereka. Tapi, kamu tidak menepati janji untuk meluangkan waktu sebentar saja," sahut Andira dengan lembut namun berhasil menikam hati Arsa."Seharusnya kalau kamu memang tidak bisa menunaikan janji itu, jangan kamu ucapkan. Lebih baik kamu menyisihkan waktu tanpa menjanjikan apapun. Itu lebih membahagiakan daripada kamu memberikan janji dan harapan yang menyakiti mereka."Andira benar-benar kecewa. Baginya, sikap Arsa sangat

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    2. Parfum Siapa?

    "Sebentar!" Interupsi Andira menghentikan langkah Arsa yang akan menaiki tangga.Andira melangkah mendekati Arsa. "Kenapa aku mencium aroma parfum seorang wanita di jasmu?""A-apa?!"Arsa melebarkan matanya mendengar pertanyaan yang dilemparkan oleh Andira. Pria itu terlihat, sedang mengingat aroma parfum siapa yang dipertanyakan oleh Andira. Andira tersenyum miring melirik ekspresi wajah Arsa.Parfum itu pasti milik wanita simpanannya. Andira menelanjangi Arsa dengan tatapan tajam. Arsa terlihat ketakutan dengan tatapan Andira."Ehh, ... Sa-sayang! Aku---""Parfum siapa itu?" potong Andira, "kamu tidak berganti selera memakai parfum wanita 'kan?""Sayang! Kamu ini mikirin apa sih?" Arsa tersenyum kikuk merasakan degup jantungnya berdetak cepat."Aroma parfum wanita di tubuh kamu itu, bukan parfumku. Kamu coba parfum milik siapa?" Andira bertanya sambil memicingkan mata."Begini, Sayang ...." Arsa terlihat menghela napas mencoba berpikir untuk mencari alasan dan merangkai kata agar An

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    1. Pengkhianatan

    "Pengkhianat kalian!" desisnya. Andira menatap tajam dua sosok manusia yang bermesraan di lobby hotel seberang jalan. Tangannya menggenggam erat setir kemudi dengan napas yang tertahan karena amarah. Ingin rasanya ia keluar dari mobil untuk melabrak mereka berdua. Namun, ia merasa saat ini belumlah waktu yang tepat. "Jadi selama ini, kamu berselingkuh di belakangku?" Andira tersenyum miris.Sosok manusia yang ditatap oleh Andira, salah satunya adalah Arsa---suaminya. Terlihat dengan jelas dimatanya, Arsa sedang berciuman dengan penuh nafsu bersama wanita itu. Hati Andira tentu saja terbakar melihat itu semua. Pria yang selama ini ia percaya dan ia jadikan tempat bersandar, tega menusuknya dari belakang.Selama ini ia banyak menaruh kecurigaan terhadap sang suami. Karena terlalu misterius, ia tidak bisa membuktikan dengan fakta. Di malam ini, di bukakan tabir yang selama ini menghantui dirinya."Apa salahku selama ini? Selama 5 tahun kita menikah, tidak pernah kamu sekalipun menyakit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status