Share

Pembalasan Istri Yang Terluka
Pembalasan Istri Yang Terluka
Author: Zivanna Adelline

1. Pengkhianatan

last update Last Updated: 2025-10-14 10:43:17

"Pengkhianat kalian!" desisnya. 

Andira menatap tajam dua sosok manusia yang bermesraan di lobby hotel seberang jalan. Tangannya menggenggam erat setir kemudi dengan napas yang tertahan karena amarah. Ingin rasanya ia keluar dari mobil untuk melabrak mereka berdua. Namun, ia merasa saat ini belumlah waktu yang tepat. 

"Jadi selama ini, kamu berselingkuh di belakangku?" Andira tersenyum miris.

Sosok manusia yang ditatap oleh Andira, salah satunya adalah Arsa---suaminya. Terlihat dengan jelas dimatanya, Arsa sedang berciuman dengan penuh nafsu bersama wanita itu. Hati Andira tentu saja terbakar melihat itu semua. Pria yang selama ini ia percaya dan ia jadikan tempat bersandar, tega menusuknya dari belakang.

Selama ini ia banyak menaruh kecurigaan terhadap sang suami. Karena terlalu misterius, ia tidak bisa membuktikan dengan fakta. Di malam ini, di bukakan tabir yang selama ini menghantui dirinya.

"Apa salahku selama ini? Selama 5 tahun kita menikah, tidak pernah kamu sekalipun menyakitiku. Dan sejak kapan kamu berhubungan dengan wanita itu?" gumam dengan bibir bergetar.

Andira mengangkat wajahnya mencoba menahan air mata yang akan terjatuh. Kenyataan ini cukup menyakitkan. Tapi ia berusaha kuat dan tidak ingin menangis.

Andira mengambil kamera dan mengambil beberapa gambar. Foto-foto itu, akan ia jadikan bukti suatu hari nanti. Dengan wajah wanita yang terekam jelas, ia perlu mencari tahu dan menyelidiki siapa wanita itu sebenarnya.

Berusaha mati-matian menguatkan hati, Andira mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya. Ia mencari nama kontak sang suami untuk menanyakan keberadaannya. Ia ingin melakukan pengujian. Apakah Arsa akan berbicara jujur?

Andira pikir, Arsa akan mereject panggilannya. Tapi tanpa disangka, pria itu mengangkat telepon seolah tak terjadi apapun. Andira melihat gestur tubuh Arsa yang mengisyaratkan selingkuhannya agar tidak bersuara.

"Halo, Mas Arsa!" panggil Andira dengan lembut.

"Iya, Sayang." Arsa menjawab panggilan Andira dengan suara yang sangat mesra. Andira tiba-tiba merasa muak dengan suaminya. Karena di balik kelembutan itu, terdapat sebuah luka yang tertoreh untuknya.

"Mas Arsa di mana?" Andira tetap bersikap lembut meskipun hatinya seperti disayat pisau.

"Aku ada di kantor, Sayang. Lagi lembur."

Andira tertawa dalam hati. Sesuai dugaannya, Arsa berbohong. Entah semakin ditanya akan menambahkan kebohongan apa lagi. 

"Benarkah? Apa masih lama pulangnya?" tanya Andira memastikan.

"Kurang tahu, Sayang. Ini juga kalau tidak ada kendala, setelah selesai aku akan keluar kota."

Andira melebarkan matanya. Ke luar kota? Untuk apa? Untuk pekerjaan, atau pergi bersenang-senang dengan selingkuhannya?

"Kenapa mendadak sekali?" Biasanya Arsa bila akan ke luar kota sudah memberitahu Andira lebih dulu.

"Ada masalah dengan proyek di sana."

"Tapi, Mas Arsa pulang sebentar 'kan?" 

"Tentu, Sayang. Aku ingin mengambil beberapa pakaianku."

"Baik. Nanti aku akan siapkan," sahut Andira dengan datar.

"Makasih, Sayang. Sampai nanti."

Sambungan telepon kemudian diputus secara sepihak oleh Arsa. Andira mendengus kesal menatap tajam kearah dua orang itu. Terlihat, Arsa merangkul bahu wanitanya dan masuk ke dalam mobil.

Andira tersenyum sinis. "Lembur di kantor? Ya. Kamu memang lembur. Tapi bermain-main dengan wanita itu."

"Kira-kira siapa wanita itu sebenarnya?" gumam Andira.

Andira menyalakan mesin mobilnya, dan mengikuti mobil sang suami. Tak ingin ketahuan, ia menjaga jarak dari jauh. Tapi ia tetap waspada agar tidak kehilangan jejak mobil Arsa.

Andira memperhatikan Arsa yang mengambil jalan menuju ke kantor. Sepertinya mereka akan melakukan sebuah pekerjaan lagi. Tapi ... Entah memang melakukan pekerjaan yang lain dalam tanda kutip, ia tak tahu.

Dan pada akhirnya, Arsa sampai di kantornya. Ia keluar dan memutari mobil membukakan pintu untuk wanita itu. Andira menyipitkan matanya. Ia kembali mengambil beberapa gambar dua orang itu.

Setelah Arsa dan wanitanya masuk ke perusahaan, Andira pergi dari sana. Karena sebentar lagi Arsa akan pulang ke rumah. Dan Andira harus mempersiapkan diri menyambut kepulangan Arsa.

Perjalanan 30 menit menuju rumah, terasa sangat melelahkan bagi Andira. Bukan karena kemacetan, bukan jarak yang jauh, atau kondisi jalan yang buruk. Semua karena akhir hari yang membuat dirinya terguncang. Ia tak pernah menyangka bahwa, seseorang yang selama ini ia jadikan sandaran tega melukai batinnya.

Andira keluar dari mobil dengan wajah lesu. Di teras, terdapat dua orang anaknya yang menyambut kedatangan sang Ibu. Beruntung Andira sudah menghapus air matanya sebelum keluar agar tidak terlihat oleh anak-anaknya. Dalam suasana hati yang kacau seperti sekarang, mereka dapat menjadi penghibur.

"Mama sudah pulang?" tanya Zeya---putri pertama Arsa dan Andira.

Andira tersenyum. "Iya, Sayang. Sini peluk Mama!"

Kedua anak yang lucu itu, menghambur ke pelukan ibunya. Zeya dan adiknya memeluk erat tubuh Andira yang lelah. Bukan hanya lelah raga. Tapi lelah dengan pikiran dan hati. 

Baru mengetahui sekali suami selingkuh, rasa lelahnya seperti ini. Bagaimana dengan wanita yang ada di luar sana? Menahan batin selama bertahun-tahun dengan suaminya yang berkhianat. Andira tak bisa membayangkan itu.

Pelukan hangat dari dua malaikat kecilnya, membuat Andira sedikit lega. Seolah ia baru saja meminum obat untuk menghilangkan rasa sakit sementara. Andira mengajak kedua anaknya masuk.

 "Bagaimana hari setelah pulang sekolah?" 

"Menyenangkan, Ma," jawab Darrel, adik Zeya.

Mereka berdua bercerita mengenai seharian aktivitas mereka. Zeya dan Darrel bercerita betapa asyiknya menanam bunga di taman bersama dengan Pak Rahmat, salah satu pekerja di rumah mereka. Andira tersenyum dan mendengarkan secara antusias cerita kedua anaknya.

"Senang sekali Mama sudah pulang. Tinggal tunggu Papa yang sebentar lagi pulang," kata Zeya dengan penuh semangat.

"Papa lembur," beritahu Andira kepada mereka.

"Yah ... Kok Papa lembur terus sih?" keluh Zeya.

"Iya. Mana pulangnya selalu jam 12 malam," timpal Darrel dengan wajah sedih. 

"Padahal Papa tadi pagi janji mau pulang cepat. Biar bisa main bareng. Kita nggak pernah punya waktu main bareng Papa," ucap Zeya dengan kecewa.

Andira memperhatikan raut sedih di wajah anak-anaknya. Kedua anak itu sangat dekat dengan Arsa. Dengan Arsa yang selalu menjanjikan tetapi tidak pernah menepati, membuat kecewa di hati mereka.

"Ini pasti karena Arsa sibuk dengan dunianya bersama dengan wanita itu. Jika tidak, ia tidak akan mungkin melupakan anak-anaknya," batin Andira geram.

Untuk menghibur anak-anaknya, Andira mengantarkan mereka ke kamarnya dan membacakan buku cerita. Tak lama, kedua anak berusia 5 dan 7 tahun itu tertidur pulas dalam pelukan ibunya di kedua sisi.

Setelah selesai mengurus kedua anaknya, sambil menunggu Arsa sampai di rumah, Andira memikirkan untuk mandi. Ia mempersiapkan diri dan berdandan secantik mungkin untuk menyambut kepulangan Arsa. Setelah selesai bersolek, ia mendengar suara mobil berhenti. Andira tersenyum karena ia tahu bahwa Arsa sudah pulang.

Andira keluar dari kamarnya dan berjalan berlenggak lenggok menuruni tangga. Terlihat Arsa yang baru saja masuk. Ketika tatapan mereka bertemu, Andira menampilkan senyum yang ia buat semanis mungkin sambil berjalan mendekati Arsa. Arsa terpukau melihat penampilan istrinya yang berbeda dari biasanya.

"Sudah selesai lemburnya, Sayang?" tanya Andira dengan suara yang dibuat mendayu-dayu.

Arsa mengerjap sebentar melihat sikap Andira yang berbeda. "Sudah, Sayang."

"Mau langsung mandi, atau makan dulu?" 

"Aku mau mandi dulu," jawab Arsa. Pria itu ingin melangkah ke atas, tetapi dihentikan oleh Andira.

"Sebentar." Interupsi Andira. 

"Kenapa, Sayang?" Arsa mengerutkan keningnya heran. 

Mata Andira menyipit. "Kenapa aku mencium aroma parfum seorang wanita di jasmu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    64. Terbang Ke Korea

    "Kamu yakin akan berangkat sendirian?" tanya Demian pada wanita disampingnya."Tentu saja aku sudah menantikan hari ini untuk bertemu dengan anak-anakku. Aku sudah sangat merindukan mereka," jawabnya.Hari ini adalah jadwal Andira akan berangkat ke Korea Selatan, untuk menemui kedua anaknya. Ia juga sudah memberikan kabar kepada Zeya dan Darrel akan kedatangannya. Mereka bahkan saling berjanji akan bertemu di suatu tempat. Tentunya secara sembunyi-sembunyi. Sebentar lagi Andira akan melakukan boarding pass dan ditemani oleh Demian beserta Cindy. Demian mengantarkan wanita itu sampai ke bandara dan untuk melepas keberangkatannya. Andira sebenarnya menolak. Tetapi Demian yang memaksa ingin ikut mengantarkan. Andira berangkat ke Korea, ingin bertemu dengan kedua anaknya. Rasa rindu yang dipendam oleh wanita itu, tidak bisa dibendung lagi. Ia tidak sabar untuk datang memeluk mereka. Zeya juga sangat antusias dan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Andira. Tentu saja Andira merasa ba

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    63. Transaksi Barang Mahal

    "Mana pesanan saya yang kamu janjikan?" tanya Arsa kepada seorang pria berjaket jeans abu."Ini, Bos." Pria berjaket jeans abu itu menyerahkan koper besar kepada Arsa.Arsa membuka koper itu. Didalamnya berisi cairan kristal bening yang berharga setara dengan emas. Ia memeriksa bungkusan plastik sebesar batu bata itu. Setiap satu wadah plastik berbobot 1 kg. Arsa tersenyum-senang mendapatkan barang tersebut. Karena sesuai dengan apa yang ia inginkan. "Bagaimana, Bos?" Arsa mengacungkan jempol memuji. "Memuaskan. Kamu memang hebat."Arsa kemudian menyerahkan koper besar yang ia bawa kepada pria itu. "Ini uangnya." Pria itu tersenyum menyeringai ketika membuka koper berisi uang lembaran berwarna merah dari Arsa. Ia tersenyum senang. Sudah beberapa kali ia bertransaksi dengan Arsa. Dan Arsa adalah salah satu pelanggannya yang begitu menyenangkan. Ia tidak pernah kecewa dengan Arsa. Begitu pula sebaliknya Arsa juga tidak pernah kecewa padanya. "Terima kasih, Pak Arsa. Senang sekal

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    62. Buta Permanen

    "Apa dia tidak bisa melihat selamanya?" tanya Jenna dengan sendu sambil menatap wajah bayinya."Kata dokter dia buta permanen. Dia tidak mungkin bisa melihat selama seumur hidupnya," jawab Sherina dengan lesu Jenna sudah sadar, dan kini sedang menggendong putra pertamanya dengan raut wajah sedih. Ia mengusap pipi mungil bayi itu dengan lembut. Sebagai seorang ibu yang baru saja dikaruniai seorang putra, tentu rasa hatinya seperti disayat karena melihat anaknya mengalami kekurangan saat lahir. Seharusnya pertama kali lahir, ia bisa melihat dunia walaupun sedikit buram. Tapi selamanya bayi itu tak akan pernah bisa melihat dunia. Bahkan wajah kedua orang tuanya pun, ia tidak akan pernah melihat. "Apa aku salah makan saat masih mengandungnya hingga dia menjadi seperti ini?" Jenna berpikir apa salahnya saat mengandung. "Mana Mama tahu? Kamu sendiri bagaimana cara menjaga kandungan mu?"Sherina tidak pernah memantau putrinya yang sedang hamil semenjak Jenna sudah dinikahi oleh Arsa sec

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    61. Pernikahan Yang Dinodai

    "Apakah kamu, mau membantu saya memberikan suntikan dana kepada perusahaan saya?" tanya Firman dengan penuh harap kepada Arsa.Firman menatap menantunya dengan penuh rasa cemas dan khawatir. Ia tak yakin jika seandainya pria itu yang telah menjadi suami putrinya, akan mau membantunya. Tetapi ia bingung akan meminta bantuan dari siapa. Ada masalah dalam koneksinya teman-temannya. Mereka tidak menjawab dan sebagian tak ingin membantunya. Entah karena perbuatan siapa. Padahal selama ini, jika Firman mengalami masalah sedikit saja mereka pasti tanpa diminta akan turun tangan membantu. "Berapa dana yang Anda butuhkan?" Arsa penasaran dengan jumlah yang dibutuhkan. "40 miliar," jawab Firman.Arsa menganggukkan kepalanya. Pria itu kemudian meneguk kembali kopi yang tinggal setengah hingga tandas. Ayah Zeya dan Darrel itu berpikir keras mengenai dana sebesar yang disebutkan oleh Firman. Itu bukan dana kecil."Nanti akan saya berikan suntikan dananya," Kata Arsa.Firman terlihat berbinar se

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    60. Suara Pengobat Rindu

    Andira menempelkan ponselnya di telinga dengan jantung yang berdegup kencang. Ia berharap bahwa panggilannya dapat diangkat oleh seseorang di seberang sana. Nomor telepon yang ia hubungi, adalah hasil pencarian Cindy yang diberikan kepadanya. Dan ketika ia mendapatkan nomor telepon tersebut, ia tak ingin membuang waktu untuk segera menghubunginya.Cukup lama Andira mengharapkan sambungan telepon bisa diangkat. Hingga detik berikutnya, Andira dapat merasakan teleponnya diangkat di sana. Deru nafas seseorang dapat Andira rasakan."Akhirnya diangkat," gumam Andira menyerupai bisikan.Andira tak ingin bersuara. Ia ingin memastikan suara seseorang disana bisa keluar terlebih dahulu. Dan ia ingin tahu apakah yang ia telepon benar-benar itu orangnya. Karena jika orang lain, Andira lebih memilih untuk menutupnya."Halo... ini siapa?" Terdengar suara seorang gadis kecil disana. Andira melebarkan matanya ketika mendengar suara yang ia rindukan. Itu adalah suara putrinya. Seperti yang ia hara

  • Pembalasan Istri Yang Terluka    59.

    "Jadi ibu dijatuhi tamak oleh suami ibu?" tanya Cindy pada Andira yang duduk dihadapannya dengan raut wajah sedih. Andira mengangguk lesu. "Benar, Cindy." Setelah pergi dari rumah Ibu mertuanya, Andira pergi ke kantor firma hukum miliknya dan menemui Cindy. Ia menumpahkan semua keluh kesahnya yang membuat dirinya begitu sedih terkait rumah tangganya. Tak memiliki siapapun yang menjadi keluarga, Andira membutuhkan sandaran saat ini. Cindy sudah bekerja dengan Andira sejak ia masih belum lulus kuliah. Iiya juga tahu betul bagaimana kehidupan rumah tangga Andira bersama suaminya. Kini mengetahui kondisi rumah tangga sang bos, membuat ia benar-benar sedih sekaligus marah. "Dan ... penyebabnya karena perempuan itu bukan?" tebak Cindy . "Iya. Entah apa yang menjadi keteguhan hati mereka untuk menyingkirkan aku dari keluarga Danantya," jawab Andira dengan perasaan bingung. Cindy menghela napas. "Menurut saya, mungkin bisa jadi kalau pelakor itu menghasut suami dan ibu mertua Anda."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status