Share

Bab 4

Keesokan harinya, di taman dekat kampus jam enam pagi. Rendra sudah berada disana, menunggu seseorang. Tak lama Maura pun datang, Rendra yang melihat hal itu menjadi kaget, dan membuatnya dugaaan prasangkanya dibenarkan.

"Kau? disini?" tanya Rendra.

Maura yang kaget saat melihat Rendra pun akhirnya kembali berkilah, namun dia tidak melihat Susi disana.

"Ya, aku sedang berjalan jalan saja. Dia datang kesini?" kemudian ia memilih berdiri disamping Rendra.

"Kemarilah, duduk. Aku akan memberitahumu."ucap rendra menepuk tempat disebelahnya kemudian Maura duduk disana.

"Dia, sudah berada disini." ucap Rendra.

"Dimana?" tanya Maura.

"Ada dibalik pohon itu." ucap Rendra menunjuk sebuah pohon.

"Kalau begitu, pergilah dan temui dia." ujar Maura dengan memalingkan wajah.

"Mmmhh, tapi aku tidak berani. Tolong kau ikuti aku ya." ucap Rendra.

"Aku? tidak tidak.." tolak Maura.

"Ayolah, please Maura. Mau ya, ayo." Rendra menarik tangan Maura untuk mengikutinya.

Rendra dan Maura berjalan menuju arah pohon tersebut, namun Maura tidak melihat Susi disana. Bola matanya Membulat melihat banyak surat cinta tertempel dibalik pohon besar yang dikatakan oleh Rendra. Lantas Maura menoleh ke arah Rendra.

"Hari itu aku melihatmu sedang memilih beberapa kartu itu dan membelinya. Tapi aku bingung, aku tidak tahu kalau kau juga suka menulis di kartu ucapan seperti ini."

Maura memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

"Disaat ada yang mengirimiku surat cinta di ladang, di rumah, di kampus. Bagaimana seseorang bisa mengirimnya begitu banyak. Kadang aku punya ide, karena kamu suka menulis di kartu ucapan  'Aku cinta' di surat cinta." ucap Rendra lagi.

"Terus?"

"Seperti yang saya katakan, saya tidak mempunyai keberanian. Mengapa kau tidak menuliskannya untukku?" ucap Rendra sambil mengeluarkan kertas.

"Aku? aku tidak bisa."

"Mengapa tidak bisa?"

"Sebab aku tidak punya bolpoint."

Kemudian Rendra memgeluarkan bolpoint dari sakunya.

"Ini bolpointnya."

Akhirnya mau tidak mau Maura menuruti keinginan Rendra, dia akan menuliskan surat cinta untuk Susi sesuai yang dikatakan Rendra. Maura mulai menulis apa yang Rendra ucapkan.

"Kesayangku....Maura. Maksudku Susi...Susi." ucap Rendra

Maura kaget saat Rendra tidak sengaja menyebut namanya, kemudian melanjutkan lagi kegiatan menulisnya.

"Permainanmu..." ujar Rendra yang langsung menarik kertas tersebut dari tangan Maura dan mencocokannya dengan surat cinta yang ia dapat dari gadis misterius tersebut.

"Terungkap, ini adalah karakter. Grafis yang sama. Tidak ada yang berbeda." ucap Rendra membuat Maura lagi lagi terkaget dan ia segera menyadarinya.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku bahwa..."

"Itu hanya lelucon!"  potong Maura cepat dan berlalu dari sana.

Ketika Maura hendak pergi dari tempat itu, tangannya dicekal oleh Rendra. Sehingga ia tidak bisa pergi.

"Lepaskan tanganku." ucap Maura.

"Aku tidak akan membiarkan tangan ini pergi dariku."

"Lepaskan tanganku." ucap Maura lagi sambil menggigit tangan Rendra, hingga Rendra meringis dan melepaskan tangannya.

Maura berlari dari sana, ia malu karena sudah ketahuan jika dia yangbselalu mengirimi surat cinta pada Rendra. Lain halnya dengan Rendra, ia justru senang karena ternyata gadis misterius itu adalah Maura.

Rendra mengejar Maura, dan meraih tangannya lagi kemudian mengecupnya. Rendra mulai bernyanyi untuk meluluhkan hati Maura. Ya, Rendra memang sangat hobi bernyanyi.

Aku berjalan mengikutimu

Dengan emosi dalam hatiku

Untuk waktu yang lama

(Maura yang mendengar nyanyian Rendra pun menoleh dan tersenyum tipis.)

Ada sesuatu dalam hatiku

Yang sejak lama kupendam dalam hatiku

Sekarang tolong katakan padaku

Bagaimana aku harus memberitahukan padamu

Apa yang ingin kukatakan padamu

(Maura mulai membalas nyanyian Rendra, ia memandang Rendra dengan tersenyum.)

Jika apa yang kamu katakan

Itu melelehkan hati saya yang mendengarnya

Bahwa kau telah menemukan tujuan saat perjalanan

Itu ada dihatiku

Tapi tidak bisa datang ke bibirku

Maura mulai berjalan dan memunguti surat cinta dari Rendra sambil tersenyum simpul. Rendra datang dan lanjut menyanyi membuat Maura kaget.

Ini selalu dihati saya

Tapi sayang tidak bisa berbicara

Bibirku tak pernah bisa menemukan kata kata untuk ini

Suara saya seakan hilang

Tolong katakan pendapatmu

(Dan Maura mulai membuka suaranya lagi.)

Kau tidak bisa mengenaliku

Tapi aku mengenalimu

Apa yang kau katakan atau tidak

Aku sudah tahu meski tanpa mendengarnya

(Rendra)

Tidak perlu mengatakan atau mendengar apapun

Sekarang kau tahu hal ini

Bahwa aku jatuh cinta padamu

Ya....Aku jatuh cinta padamu

(Maura)

Dan aku masih mencintaimu

Ya aku mencintaimu

Maura dan Tio berpelukan erat, seolah menumpahkan gelora dalam jiwa mereka berdua yang tengah jatuh cinta. Akhirnya mereka berdua pun jadian dengan cara yang cukup unik.

****

Beberapa hari berlalu, di rumah keluarga Gulshan hanya ada Pak Varma dengan bu Rima saja yang tengah menikmati malam.

Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu, ketika dibuka ternyata ada seorang teroris yang tengah melarikan diri dari penjara berdiri kesana dan masuk ke rumah mereka.

Pak Varma dan bu Rima kaget sekaligus takut, karena teroris tersebut membawa senjata bahkan mengancam mereka untuk tutup mulut jika mereka berada disini. Tanpa diketahui oleh mereka ternyata ada sepasang mata yang melihat kejadian tersebut, dia adalah Sobri tetangga Varendra.

Pintu rumah keluarga Gulshan kembali diketuk oleh seseorang, sekarang adalah polisi yang tengah mencari keberadaan para teroris tersebut. Namun karena Pak Varma dan sang istri diancam oleh teroris tersebut akhirnya mereka bungkam kepada polisi polisi itu.

Pak Varma dan bu Rima terpaksa melayani para teroris itu seperti tamu dengan menjamu mereka dengan makanan, tanpa sepatah kata. Menjelang pagi, ketika sinar matahari mulai bersinar dan ayam sudah berkokok.

Bu Rima terbangun dari tidurnya dikursi, ia melihat sekelilingnya yang ternyata sudsh sepi. Para teroris tersebut sudah pergi dari rumah mereka, ia membangunkan suaminya untuk mengecek keadaan rumah.

***

Terlihat Rendra dan Maura sedang berjalan jalan diarea penginapan.

"Kita akan kembali sekarang, dan aku tidak suka itu." ucap Maura.

"Rendra, aku akan merindukanmu." ucap Maura lagi.

"Kenapa, kau bisa mencariku setelah kita kembali." ucap Rendra dan dihadiahi pelukan dari Maura.

"Aku mencintaimu." ucap Rendra.

"Aku juga."

Tanpa mereka sadari sejak awal perjalanan tour dilakukan selalu ada yang memantau pergerakan Maura dengan Rendra, Max kakak Maura da. dia adalah orang suruhan Raja. Ayahnya Maura.

"Apa?" tanya Raja.

"Ya, setiap hari saya melihat Maura tersenyum ketika kuliah pa. Maura main mata dengan malu malu kepada Rendra anak pak Varma." ucap Max.

"Varma?"

"Ya, Varma Gulshan."

Raja berjalan dengan mengingat tentang Varma. Varma Gulshan, yang terang terangan berselisih paham dengannya. Dan Varma beserta beberapa orang lainnya dengan jelas menentang keinginan Raja.

Raja sangat tidak menyukai orang yang jelas menentang keinginannya, dia sangat membenci Varma. Dia tidak akan membiarkan putrinya bersama dengan anak Varma, dia akan memisahkan mereka berdua.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status