Share

5 || Fitting baju

Author: Veara Mart
last update Last Updated: 2024-09-07 15:57:58

Salsa berlari sekuat tenaga, namun mobil yang dinaiki pemuda itu sudah mulai menjauh. "Aduh, kenapa sih dia cepat sekali?" Keluh Salsa, sambil terus berlari hingga mobil itu menghilang dari pandangannya.

Salsa terengah-engah, berhenti di pinggir jalan sambil mengatur napas. Ia memandang ke arah mobil yang semakin jauh, merasa kecewa dan kesal. Jepit bunga yang diambil oleh pemuda itu sangat berharga baginya, dan kehilangan itu membuatnya merasa frustasi.

"Kakiku sakit lagi." Gumamnya menatap nanar kakinya yang terluka karena goresan bebatuan juga beberapa pasir.

Dengan rasa kesal, Salsa kembali ke panti asuhan, dan langsung menuju kamar Audrey mengabaikan kakinya yang terluka. “Kak, ada yang aneh tadi. Sasa kehilangan jepit, dan ada seorang pemuda yang mengambilnya!” Ucap Salsa, mencoba menjelaskan dengan cepat kepada Audrey yang sedang bersiap-siap.

Audrey mendengarkan dengan seksama, lalu mengernyitkan dahi. “Pemuda itu seperti apa? Apakah kamu mengenalnya? Kamu tidak terluka kan” Tanya Audrey sambil menunjukkan perhatian dan kepedulian.

Salsa menggelengkan kepala. “Tidak, kak. Tapi dia tampak aneh dan tidak mau menjelaskan siapa dia atau namanya. Dan dia sangat cepat, sampai Sasa tidak bisa mengejar.”

Audrey menghela napas dan mencoba menenangkan adiknya. “Syukurlah jika tidak terluka, kita akan cari tahu lebih lanjut nanti. Sekarang kakak harus fokus pada persiapan pernikahan."

Mereka berdua pun keluar dari kamar, tetapi dalam hati Audrey merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kejadian ini.

Audrey segera mengenyahkan pemikirannya anehnya dan segera keluar setelah dipanggil oleh ibu Ningsih. "Kakak berangkat dulu ya, Sa." Pamit Audrey setelah melihat mobil keluarga calon suaminya. Karena hari ini adalah waktunya ia fitting baju pernikahan.

Salsa memberengut tidak rela. "Baiklah kak, pulangnya jangan lupa beliin Sasa takoyaki ya hehe." Seru Salsa yang diangguki oleh Audrey lalu memasuki mobil.

Salsa menatap mobil yang sudah melaju meninggalkan pekarangan panti asuhan.

Salsa melambaikan tangan pada mobil Audrey hingga menghilang dari pandangan. Setelah itu, ia memutuskan untuk kembali ke dalam panti asuhan dan mencoba melupakan kejadian yang tadi terjadi dengan pemuda misterius.

Di dalam panti, suasana tampak sibuk dengan berbagai aktivitas. Anak-anak panti kembali berlarian bermain, sementara beberapa staf membersihkan dan menyiapkan area untuk acara pernikahan yang akan datang. Salsa merasa suasana panti yang penuh kesibukan ini sedikit menghiburnya.

Ketika dia berjalan menuju ruang tengah, Salsa melihat Ibu Ningsih berbicara dengan salah satu staf. Dia memutuskan untuk mendekati Ibu Ningsih dan bertanya, "Ibu, ada pekerjaan tambahan yang bisa Sasa bantu hari ini?"

Ibu Ningsih tersenyum lembut. "Tentu, Salsa. Kamu bisa membantu merapikan ruang tamu dan memeriksa dekorasi yang akan dipasang untuk acara pernikahan nanti. Kami butuh tangan tambahan."

Salsa mengangguk penuh semangat. "Baik, Ibu. Sasa akan segera melakukannya."

Salsa pun mulai bekerja, mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi dan fokus pada tugasnya. Dia mengatur kursi, menata bunga, dan memastikan semua persiapan berjalan lancar. Meskipun pikirannya masih sedikit terganggu, dia berusaha keras untuk tetap produktif dan membantu persiapan pernikahan sang kakak sebaik mungkin.

Beberapa karyawan yang bekerja merenovasi panti pun sibuk dengan tugas masing-masing.

••

Audrey menatap jalanan dari jendela setelah bertegur sapa dengan pria paruh baya yang ia yakini supir. Setelah perjalanan kurang lebih 30menit akhirnya mereka sampai disebuah toko.

Audrey mengerutkan keningnya heran, saat melihat toko butik yang terlihat mewah dan megah itu sepi tidak ada pengunjung. "Apa butik ini sedang tutup? jadi sepi belum ada pengunjung." Gumamnya pelan namun enggan bertanya pada wanita paruh baya yang menuntunnya memasuki sebuah ruangan.

"Sayang, maaf ya mama tidak ikut menjemput kamu. Apakah dijalan tadi baik-baik saja?" Sapa Maudy-calon mama mertuanya dengan memeluk tubuhnya.

Audrey tersenyum lembut, sedikit merasa canggung dengan pelukan hangat dari calon ibu mertuanya. "Ya, Ma, perjalanan tadi baik-baik saja. Tidak ada masalah."

Maudy tersenyum puas dan mengangguk. "Baguslah. Kami ingin memastikan semuanya berjalan lancar untuk persiapan pernikahan."

Saat itu, beberapa staf butik mulai berdatangan untuk membantu Audrey dengan persiapan fitting gaun pernikahannya. Mereka memandu Audrey ke ruang ganti yang didekorasi dengan indah dan penuh dengan gaun pernikahan.

Audrey yang ingin bertanya, dimana sosok calon pengantin laki-laki yang seharusnya ikut fitting baju, namun Audrey tak kuasa bertanya.

Sambil melihat-lihat gaun-gaun yang menggantung, Audrey bertanya, "Apakah ada hal lain yang perlu aku persiapkan atau lakukan hari ini?"

Maudy menggelengkan kepala. "Tidak ada, sayang. Kamu hanya perlu fokus pada fitting dan memastikan gaun yang kamu pilih sesuai dengan keinginanmu. Setelah ini, kita bisa makan siang bersama dan membahas detail pernikahan lebih lanjut."

Audrey mengangguk, mencoba meredakan kecemasan yang ada di hatinya. Dia merasa lebih tenang setelah mendapat arahan yang jelas. "Baiklah, Ma. Aku mengerti."

Dengan itu, Audrey memasuki ruang ganti untuk memulai fitting gaunnya, berharap semuanya berjalan sesuai rencana.

Setelah beberapa jam mereka habiskan dibutik, akhirnya mereka mengisi perut dengan makan di restoran. "Sayang, apakah kamu memiliki alergi makanan, atau sesuatu?" Tanya Maudy memastikan kesehatan calon menantunya sebelum memesankan makanan yang akan mereka makan.

Audrey menggeleng. "Tidak ada ma, hanya tidak suka matcha saja." Jawab Audrey menanggapi dengan sedikit kaku, lantaran panggilan 'mama' yang masih terasa asing dibenaknya.

Maudy tersenyum lembut mendengar jawaban Audrey. "Baiklah, berarti kita akan menghindari makanan yang mengandung matcha. Terima kasih sudah memberitahu, sayang."

Setelah memastikan pesanan makanan mereka sesuai dengan preferensi Audrey, Maudy melanjutkan percakapan. "Mama ingin tahu lebih banyak tentang kamu, Audi. Apa yang kamu suka lakukan di waktu senggangmu? Hobi atau kegiatan favoritmu?"

Audrey sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tapi segera tersenyum. "Aku suka membaca buku dan kadang-kadang menggambar. Dan tentunya, aku juga suka menghabiskan waktu dengan anak-anak di panti."

Maudy mengangguk dengan antusiasme. "Wah, itu sangat menyenangkan. Mama sangat senang bisa mengenalmu lebih dekat. Aku yakin kamu akan menjadi bagian yang luar biasa dari keluarga kami."

Pembicaraan mereka terus berlanjut dengan hangat, membuat Audrey merasa sedikit lebih nyaman dengan suasana yang baru ini.

Sore menjelang malam pun tiba, entah bagi Audrey menghabiskan waktu bersama calon mama mertuanya tidaklah seburuk itu, ia justru merasa bahagia. "Mama, boleh aku mampir sebentar ditempat makanan? aku ingin membeli makanan untuk anak panti lainnya." Ujar Audrey sedikit ragu, takut akan respon yang akan diberi oleh calon mama mertuanya.

Maudy menatap Audrey dengan penuh pengertian dan senyum lembut. "Tentu saja, sayang. Itu adalah hal yang sangat baik. Kita bisa mampir sebentar dan membeli makanan yang kamu inginkan."

Audrey tersenyum lega mendengar itu.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    58. Leo

    Di ruangan yang gelap, Elang duduk dengan sikap tenang dan dingin. Hanya cahaya redup dari lampu di sudut ruangan yang memperlihatkan sosok dua pria yang terikat di kursi di hadapannya. Tubuh mereka penuh luka, hasil kerja Nick dan anak buahnya. Elang menatap mereka tanpa belas kasihan, rokok di tangan kirinya hampir habis tersulut.“Katakan siapa tuan kalian,” ucap Elang dengan suara rendah, namun tegas. Matanya tajam menelusuri setiap gerakan dari dua pria di depannya. “Aku mengenali tato yang ada di belakang telinga kalian,” tambahnya, suaranya penuh ancaman.Salah satu pria yang terikat terkekeh, meski darah mengalir dari sudut bibirnya. "Siapa yang tidak mengenal tato kami?" ucapnya dengan angkuh. Matanya menantang Elang, seolah tak takut meskipun tubuhnya sudah remuk.Elang tersenyum sinis. “Bagaimana jika aku melihat tato itu pada seorang gadis? Rambutnya pirang gelombang, matanya cokelat...” Mendengar deskripsi Elang, pria itu tiba-tiba m

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    57. Kedatangan Maudy

    Pagi itu, Elang berdiri di balkon kamarnya, menyesap rokok dengan rakus. Mata tajamnya menatap taman di bawah, bunga-bunga mulai bermekaran, membawa kilasan kenangan saat ia dan Audrey pernah berjalan-jalan di sana. Senyum kecil menghiasi wajahnya, namun kebahagiaan itu terputus oleh dering telepon yang tiba-tiba membuyarkan lamunan.Elang mengambil ponselnya dan melihat nama Nick tertera di layar. Tanpa pikir panjang, ia menjawab.“Halo, Tuan. Saya berhasil menangkap mereka,” lapor Nick dengan suara tegas dari Inggris.Elang menyesap rokoknya lagi sebelum menjawab. “Tidak perlu, Nick. Biar aku yang menginterogasi mereka secara langsung. Kau cukup jaga mereka sampai aku datang,” balas Elang dengan tenang, namun tegas. Tanpa menunggu balasan, ia menutup telepon.Di seberang, Nick yang mendengar instruksi itu mendecak pelan. “Loh? Tuan akan datang sendiri menginterogasi mereka? Apa sepenting itu hingga dia ingin turun tangan sendiri?” gumamnya denga

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    56

    Nick masih berada di Inggris, sibuk menyelidiki siapa dalang di balik penyerangan terhadap Elang. Setelah beberapa hari menelusuri jejak, dia akhirnya mendapat petunjuk yang signifikan. Sambil menatap layar komputer di depannya, dia mengangkat telepon dan menekan nomor Elang."Saya sudah menemukan di mana mereka, Tuan," lapor Nick dengan nada tegas.Elang, yang sedang duduk di ruang kerjanya di Indonesia, mendengarkan sambil menatap dokumen di tangannya. Ia berdehem, namun tidak segera menanggapi.“Baik,” jawab Elang singkat. Tanpa memperpanjang percakapan, dia mematikan sambungan telepon dan kembali mencoba fokus pada dokumen yang perlu diselesaikannya. Tapi pikirannya terus saja berputar soal tato yang dilihatnya pada penyerangnya beberapa hari lalu. Hal itu terasa mengganggu, seolah ada potongan puzzle yang hilang dalam ingatannya.Elang menundukkan kepala, bergumam pada dirinya sendiri, "Tidak, El... Itu tidak mungkin benar." Frustrasi mu

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    55

    Keesokan harinya, Audrey merasa canggung untuk bertemu dengan Elang. Insiden semalam masih membekas di benaknya, dan dia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Agar tidak harus berhadapan dengan Elang, Audrey memutuskan untuk turun ke meja makan terlambat. Ketika ia akhirnya sampai di ruang makan, ia disambut oleh Grett yang memberi kabar. "Tuan Elang memutuskan untuk sarapan di kamarnya, Nyonya," kata Grett dengan sopan. Audrey menghela napas lega mendengar itu. Ia merasa terhindar dari percakapan yang mungkin canggung dan tidak menyenangkan. "Baiklah, terima kasih Grett," jawabnya singkat, berusaha menyembunyikan perasaan lega yang kini melandanya. Setelah sarapan, Audrey segera berangkat ke sekolah bersama Mia. Di sepanjang perjalanan, Mia tidak banyak berbicara, membiarkan Audrey berkutat dengan pikirannya sendiri. Ketika sampai di sekolah, Audrey terlihat lebih tenang, setidaknya untuk sementara. Dia merasa lebih nyaman kare

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    54

    Nick duduk di kursi depan meja Elang, berusaha keras menahan keingintahuannya. Ia selalu patuh pada Elang, tetapi kali ini, rasa ingin tahunya mendominasi. Kenapa Elang membiarkan kedua pria yang menyerangnya pergi begitu saja? Pikirannya berkecamuk, tetapi ia tahu bahwa menanyakan terlalu banyak hal pada Elang sering kali tidak membuahkan hasil. Elang adalah tipe orang yang menjaga banyak rahasia.Elang, yang tengah memeriksa dokumen di meja kerjanya, sepertinya menyadari Nick sedang memendam sesuatu. Tanpa mengangkat pandangan dari berkas di tangannya, ia berbicara dengan nada tenang namun tajam."Tanyakan saja, Nick. Kalau ada yang ingin kau tanyakan."Nick terkejut. Elang memang selalu bisa membaca suasana hati orang di sekitarnya. Ia menggelengkan kepala, tapi akhirnya memutuskan untuk jujur."Aku hanya merasa heran, Tuan. Kenapa Anda membebaskan mereka?" Nick bertanya dengan suara rendah, mencoba meredam rasa penasarannya.Elan

  • Pembalasan Mantan Pacar yang Terkianati    53

    Pagi itu, Audrey bangun lebih awal dari biasanya, Biasanya, dia suka tidur sedikit lebih lama dan menikmati momen-momen tenang sebelum beraktivitas, tetapi kali ini, dia ingin bertemu dengan Elang sebelum suaminya pergi bekerja, Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, terutama tentang sikap Elang yang belakangan ini berubah dingin, la berharap bisa berbicara, meluruskan kesalahpahaman, dan mencari solusi bersama,Setelah cepat-cepat merapikan diri, Audrey melangkah ke ruang makan dengan penuh harap, Namun, sesampainya di sana, Grett sudah menunggunya dengan raut wajah yang agak muram,"Maaf, Nyonya," Grett berkata dengan lembut, Tuan Elang berangkat ke luar negeri tadi malam, Beliau sekarang sudah berada di Inggris."Audrey terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Grett, Ke Inggris?" tanyanya, suaranya terdengar serak dan pelan, Kecewa, tentu saja, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya,Benar, Nyonya, Tuan pergi mendadak untuk urusan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status