Tidak ingin membuat orang-orang curiga, Ryan pun segera mengubah wajah dan tubuhnya ke bentuk semula dengan Teknik Seribu Wajah.
Hal ini terpaksa Ryan lakukan agar tidak mengundang kecurigaan orang-orang dan juga dokter. Karena sangat tidak mungkin, tubuh yang awalnya kurus kering, tiba-tiba menjadi kekar berotot seperti seorang atlet olimpiade hanya dalam semalam.Ryan lalu mulai memejamkan mata dan berfokus mengendalikan energi Qi yang ada dalam tubuhnya. Dengan tingkat kultivasi Qi Condensation Tengah, Ryan memanipulasi Qi untuk menyelimuti seluruh organ dan tulangnya.Secara ajaib, tubuh Ryan yang berotot itu kembali menyusut seperti sebelumnya, menyisakan tulang dan kulitnya saja, seperti orang yang tak terurus."Sempurna!" ucapnya Ryan. Ia kemudian segera kembali berbaring di ranjang rumah sakit sebelum perawat atau pun dokter yang memeriksanya datang.Benar saja, tidak lama kemudian, suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Walau langkah kaki ini masih berjarak 10 meter, Ryan dapat mendengarnya dengan jelas.Sejak Ryan berhasil mencapai tingkat kultivasi Qi Condensation Tengah, tubuh Ryan seperti terlahir kembali. kelima panca indranya pun juga menjadi bertambah kuat. Bahkan ia juga telah membangkitkan Indra Keenamnya, Mata Batin.Dengan Mata Batin, Ryan dapat melihat semua yang ada di sekitarnya dalam jarak 10 meter. Tidak ada yang bisa bersembunyi dari Mata Batinnya. Walau dengan mata tertutup pun, Ryan masih dapat melihat semuanya dengan jelas.Dengan kemampuan ini, Ryan dapat melihat identitas orang yang yang datang menuju kamarnya. orang tersebut adalah Arin, wanita yang telah menyelamatkannya.“Mas, kamu sudah bangun?” tanya Arin begitu tiba di samping ranjangnya.“Emmm iya, Arin, barusan aku terbangun karena mendengar suara bising di depan kamar,” jawab Ryan sedikit gugup.“Bising? Bising gimana?”“Entah. Aku kurang tahu, atau mungkin hanya pendengaranku saja.”“Ah, baiklah.” Walaupun bingung, tapi Arin memilih untuk tidak ambil pusing dengan tingkah Ryan. Karena bagaimana pun juga, Ryan baru saja sadar dari komanya. Ucapan melanturnya mungkin saja efek dari obat-obatan yang terus disuntikkan dokter melalui selang infus. “Bagaimana keadaanmu Mas? Apa ada bagian tubuhmu yang merasa sakit? Atau ada keluhan lainnya?” tanya Airin mencoba untuk mencari topik pembicaraan lain.“Kalau keluhan, mungkin sebenarnya ada, tapi nanti lama-kelamaan aku akan terbiasa kok, jadi tidak perlu dipikirkan.”“Memangnya keluhan apa yang kamu rasakan Mas?”“Kaki dan tanganku seperti kaku, kebas dan sulit digerakkan.” Tentu saja jawaban tersebut adalah sebuah kebohongan. Tubuhnya telah dibaptis oleh Api Lotus Hijau, jadi sudah tidak ada lagi cedera di tubuhnya. Bahkan sel-sel di tubuh Ryan saat ini setara dengan seorang pria berumur 17 tahun.“Wajar saja Mas, kamu kan sudah sekitar lima tahunan tidak menggerakkan kaki dan tangan, jadi tentu saja kedua kaki dan tanganmu itu terasa kaku.”“Tapi bukankah dari awal aku memang lumpuh?”“Ah, aku kurang tahu Mas, tapi menurut dokter waktu itu memang demikian, tapi kamu harus tetap optimistis untuk mengarungi dunia ini kembali. Kamu juga harus bersyukur karena Tuhan sudah menyelamatkanmu,” ujar Arin selembut mungkin agar lelaki yang berada di hadapannya itu tidak tersinggung.“Iya. Terima kasih karena kamu sudah menyelamatkanku.”“Sama-sama Mas.”~***~Seminggu sudah Ryan di rawat di rumah sakit, kini keadaannya sudah mulai membaik, bahkan bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya. Karena menurut dokter, kaki dan tangan kanan yang awalnya lumpuh secara ajaib kini bisa digunakan kembali.Dokter pun terheran-heran dengan keajaiban ini. Selama lima tahun, Dokter Fredi telah mengawasi perkembangan Ryan. Jadi ia tahu betul bagaimana kondisi tubuh Ryan.Dokter Fredi beberapa kali bertanya pada Ryan, bagaimana bisa dia bisa pulih dari kondisinya. Namun Ryan selalu berpura-pura bodoh dan berdalih bahwa ini adalah keajaiban yang diberikan oleh Tuhan.Setiap kali mendengar ya, Dokter Fredi selalu menghela nafas panjang.Setelah memastikan kondisi Ryan benar-benar telah pulih, Dokter Fredi akhirnya mengijinkan Ryan pulang. Tentu saja, hal tersebut membuat Ryan senang tak terkira. “Terima masih, Dok, sudah bersedia merawat saya sampai benar-benar pulih,” ucap Ryan sembari merangkul dokter paruh baya itu.“Sama-sama Pak, semua sudah menjadi kewajiban saya.”Karena sudah diperbolehkan pulang, Ryan pun memutuskan untuk pulang ke Surabaya di mana orang tuanya berada, tentu saja setelah sebelumnya dia mengucap banyak terima kasih kepada Arin, wanita yang telah menyelamatkannya.Awalnya Arin menentang keinginan Ryan, mengingat kondisinya yang masih memprihatinkan, sedangkan jarak dari Bandung ke Surabaya terbilang sangat jauh.Arin sempat menawarkan tempat tinggal kepada Ryan, tetapi tentu saja Ryan menolaknya. Ryan beralasan bahwa ia sangat merindukan kedua orang tuanya di Surabaya. Apalagi, usia kedua orang tua Ryan telah mencapai kepala enam.Setelah mendengar alasan Ryan, Arin pun mulai luluh. Ia akhirnya membiarkan Ryan untuk pergi dengan syarat dia harus mau menerima ponsel pemberiannya.“Baiklah Mas, tapi kamu hati-hati ya. Jaga kesehatan juga,” pesan Arin sebelum melepas kepergian Ryan.“Tentu saja. Kamu juga baik-baik ya di sini. Terima kasih untuk semuanya, aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikanmu.” “Iya Mas.”Setelah berpamitan Ryan pun segera pergi berbekal dua setel baju pemberian Arin, tiket kereta dan uang yang lagi-lagi adalah pemberian dari Arin yang katanya untuk jajan di perjalanan.Setelah menempuh perjalanan selama dua belas jam, akhirnya Ryan pun tiba di kota kelahirannya. Tidak membuang waktu lama lagi, dia segera melangkahkan kaki menuju rumah orang tuanya. Kebetulan, jarak antara Stasiun dan rumah Orang Tua Ryan hanya 10 menit berjalan kaki.Di perjalanan pulang, banyak sekali orang-orang yang menyapanya, lantas menanyakan kabarnya yang hilang sekitar lima tahunan. Dengan sabar, Ryan pun menceritakan perjalanannya, tetapi tentu saja dia tidak menceritakan perjalanannya saat berkultivasi ke Heaven Sword. Karena jika dia menjelaskan itu semua dia bisa dianggap gila oleh orang-orang yang mendengarnya.Setelah berbincang-bincang dengan para tetangganya, Ryan pun segera pergi ke rumah orang tuanya.Tiba di depan rumah bergaya minimalis itu, Ryan terdiam sejenak. Matanya menyorot pada tiap sisi bangunan, semuanya masih sama. Setelah terdiam beberapa saat, ia pun mengetuk pintu rumah tersebut.Beberapa saat kemudian, pintu kayu yang terlihat usang perlahan terbuka.Dari balik pintu, muncul seorang wanita dengan rambut pendek yang mulai ditumbuhi uban. Tampak keriput memenuhi wajah wanita tersebut. Walau begitu, wanita tua itu tetap tampak anggun di mata Ryan.Ketika Wanita tua itu melihat orang yang mengetuk pintu rumahnya, ia cukup terkejut. "Ryan?""Mama, aku pulang." senyum Ryan dengan hangat. Tanpa sadar, Ryan langsung meraih jemari sang ibu, dan memeluk sosok tersebut penuh haru."Ini bukan mimpi kan? kamu benar-benar Ryan anakku?" Ibu Ryan, Nova masih tidak percaya dengan apa yang dilihat dan rasakan.Sambil terus memeluk Ibunya, Ryan menjawab keraguan Ibunya. "Ini bukan mimpi Ma, ini benaran Ryan Ma ..."Tak ayal, Nova pun mulai meneteskan air mata.Mendengar suara isak tangis, Ayah Ryan, Imam ikut keluar. Ia juga terkejut begitu melihat Ryan, yang dikabarkan telah meninggal lima tahun yang lalu, kini berada di depan pintu rumahnya.“Ini beneran kamu Ryan? Papa gak salah lihat kan?” tanya Imam memastikan.Ryan pun mengurai pelukan dari tubuh sang ibu, kini ia memeluk Ayahnya yang seolah tak percaya akan kehadirannya.“Ini Ryan Pak, putra Papa,” ujar Ryan di pelukan bapaknya."Syukurlah kalau kamu masih hidup Nak, hiks hiks ..."Setelah beberapa saat berpelukan, Imam melepas pelukannya. "Sekarang ayo masuk dulu Nak, kamu pasti capek.”Akhirnya Ryan, Imam, dan Nova pun masuk ke dalam rumah minimalis tersebut dengan rasa haru yang begitu menyelimuti hati.Di ruang tamu, Ryan kembali menjelaskan apa yang sudah terjadi kepadanya serta kenapa dirinya bisa selamat kepada Ibu dan Ayahnya.Namun, penjelasannya itu sempat terhenti saat dirinya melihat seorang gadis kecil menghampiri ibunya dengan boneka kucing di tangannya. Gadis kecil itu terlihat manis sekali, apalagi ketika dirinya tersenyum.Senyumannya itu seolah membuat Ryan tenang. Tanpa sadar, Ryan ikut tersenyum pada gadis kecil dengan rambut dikuncir dua itu.“Siapa gadis imut itu Ma?” tanya Ryan sembari terus menatap wajah yang rasanya tidak asing baginya."Dia anakmu Nak," jelas sang ibu.“Anakku?!” Ryan begitu terkejut, hingga rasanya jantung Ryan hampir saja melompat dari tempatnya.'Bagaimana mungkin aku memiliki seorang anak? Tapi jika dilihat-lihat, gadis itu sangat mirip dengan Dian!'"A-anakku? Bukankah dulu saat aku pergi Dian belum hamil Pa-Ma?” Ryan mengulangi pertanyaannya. Bukan karena ia tidak mempercayai istrinya itu, hanya saja dia masih merasa syok dengan apa yang ada di hadapannya sekarang.“Ya, apa yang kamu dengar itu benar Nak. Dia adalah anakmu dan Dian,” jawab Nova, Ibu Ryan. "Jadi, dulu setelah kamu menghilang, Dian baru mengetahui jika dirinya sedang berbadan dua. Saat itu tiba-tiba saja dirinya drop. Begitu diperiksa, dokter mengatakan kalau dirinya sedang mengandung delapan minggu," tambahnya dengan mata menerawang jauh ke depan."Pantas saja dia sangat mirip dengan Dian. Tapi, dia sama sekali tidak mirip denganku. Apakah dia benar-benar anakku?" gumam Ryan sambil mengirimkan energi Qi secara diam-diam ke dalam tubuh gadis kecil yang kini sedang bermain boneka sendirian di balik sofa. Hal ini ia lakukan untuk memeriksa hubungan darah di antara keduanya. Saat Energi Qi seukuran sehelai rambut masuk ke dalam aliran darah gadis kecil itu, Ryan mer
Mendengar pertanyaan Ryan, Nova hanya bisa terdiam sambil mengusap-usap rambut hitam Alena, seakan ingin menyembunyikan sesuatu. "Ma, tolong katakan dengan jujur, sejak kapan Alena seperti ini?" tanya Ryan dengan nada meninggi. Sebelum Nova menjawab, Imam menjawabnya terlebih dahulu. "Alena sudah batuk berdarah sejak dia datang kemari bersama ibunya. Saat itu, kami sudah mencoba menanyakannya pada Dian. Akan tetapi Dian sama sekali tidak mau memberitahu kami." Ryan menatap bocah manis itu. Tampak di wajahnya, tercetak ekspresi kesakitan yang teramat sangat. Walau begitu, Alena berusaha tidak mengeluh dan menahannya. Melihat darah dagingnya seperti itu, hati Ryan terasa seperti dipotong-potong. "Apakah ini penyakit bawaan?" "Bapak kurang tahu Nak. Beberapa kali kami membawa Alena berobat, tapi tidak ada satupun yang tahu penyakit apa yang dideritanya. Dokter hanya memberi kami resep obat untuk meringankan rasa sakit dan menghentikan pendarahan. Tapi semua itu hanya bersifat sement
Karena Tingkat Kultivasi Ryan hanya berada di Qi Condensation Tengah, maka energi yang dimiliki Ryan tidaklah banyak. Demi berusaha membakar habis racun di tubuh Alena saja, Ryan telah menghabiskan 80% Qi dalam tubuhnya. Hal ini membuat nafas Ryan terengah-engah. Walau begitu, Ryan tetap terus menyuntikkan energi Qi miliknya tanpa henti.Setelah beberapa saat berpikir dan mengatur napasnya, Ryan memutuskan untuk sementara waktu menyegel racun di dalam tubuh Alena.Dengan cepat, Api Lotus Hijau di tubuh Alena menyelimuti semua racun yang ada dalam tubuhnya, dan langsung mengumpulkannya menjadi satu, membentuk sebuah permata hitam legam di dalam jantung Alena.Semua proses ini, mulai dari awal hingga proses penyegelan, telah memakan waktu kurang lebih 50 menit. Dengan kata lain, Ryan telah memeluk Alena selama hampir satu jam. Tentu saja hal ini membuat kedua orang tua Ryan sedikit bingung. Namun, mereka mengira bahwa lamanya Ryan memeluk Alena karena keduanya sedang saling melepas rin
"Kalian lanjutkan saja makannya, biar Mama yang ke depan membukakan pintu," usul Ibu Ryan seraya bangkit dari duduknya menuju pintu depan.Ryan, bapaknya, dan Alena kembali menikmati makanan sederhana yang dimasak penuh cinta oleh malaikat tak bersayap mereka. Namun, lagi-lagi suapan mereka harus kembali terjeda saat mendengar rengekan keras Ibu Ryan. "Tolong jangan pukul saya Pak … tolong beri kami waktu …"Suara ini membuat Alena sedikit ketakutan. Bahkan wajah santai Imam berubah drastis, seakan-akan ia tahu identitas orang yang bertamu ke rumahnya itu. Saat Imam akan berdiri menyusul Nova, Ryan langsung menghentikannya. “Pa, biar Ryan yang pergi ke depan. Papa makan saja di sini bersama Alena.”"Tapi Nak …"Tanpa menunggu persetujuan Imam, Ryan langsung bangkit dari duduknya, dan segera berjalan ke teras depan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sehingga membuat Ibunya sampai seperti itu.Ternyata dugaan Ryan benar. Saat Ryan tiba di teras depan, ia melihat sang Ibu sudah te
"Hehehe, jangan pernah mempermain kami, keparat! Dengan libasan golokku, akan aku pastikan kepala dan badanmu itu terpisah."Mendengar ini, Ryan berkata dengan nada tinggi. "Jangan banyak bicara, ayo maju kalian bertiga!""Dasar sombong!""Ayo maju!""Mati kau!"Ketiga pria berbadan kekar tersebut berteriak dan maju secara bersamaan. Mereka dengan cepat melayangkan golok tajam tanpa ada keraguan di dalamnya.Melihat datangnya ketiga bilah golok yang datang dari tiga arah yang berbeda secara bersamaan, Ryan tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ekspresi tenang di wajahnya menjadi lapisan tipis yang menyembunyikan kekuatan dalam dirinya.Saat ketiga golok tersebut berada pada jarak tertentu, Ryan lalu bergerak mengelak dengan lincah, meliuk dan menari di antara serangan-serangan itu. Setiap gerakan tubuhnya penuh dengan keanggunan dan keahlian yang memikat. Dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, ia merespons setiap serangan dengan tepat waktu.Golok-golok itu berputar dan be
"Mama tenang saja, masalah ini biar nanti Ryan yang menyelesaikannya. Sekarang Mama, Papa, dan Alena lanjutkan sarapan kalian saja. Tadi belum sempat makan kan?" Ryan mengalihkan topik pembicaraan."Ennn ... biar nanti siang saja mama teruskan, sekarang nafsu makan mama benar-benar sudah hilang.”"Papa juga sudah kenyang. Kalau Alena bagaimana?""Ennn …" Alena menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masih sedikit ketakutan dengan keributan yang terjadi di luar."Brengsek! Tahu begini, setidaknya aku akan memecahkan bola kejantanan mereka terlebih dahulu sebelum membiarkan kelimanya pergi, sebagai bayaran telah merusak suasana sarapan keluargaku." bisik Ryan"Kamu bilang apa Nak?" tanya Nova yang sekilas sepertinya mendengar bisikan kecil Ryan tadi."Ryan cuma menghela nafas saja kok Ma." Ryan tersenyum sembari berharap ibunya tidak mendengar perkataannya.Karena acara sarapan bersama telah kacay, Ryan dan kedua orang tuanya memilih untuk bercengkrama di sana mengisi waktu kosong, karena ke
Mendengar kata-kata motivasi Rendi, 20 preman bertato dan berbadan kekar tersebut mulai bangkit dari ketakutannya. Mereka sadar, bahwa jumlah mereka jauh lebih banyak dari Ryan yang hanya seorang diri. Jadi, mereka berpikir untuk tidak lagi takut menghadapi Ryan. Dalam keheningan yang tegang, Ryan, si kultivator Qi Gathering Tengah, berdiri dengan mantap di hadapan 20 preman berbadan kekar yang membawa golok. Wajahnya dipenuhi dengan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan. "Serang!" Mendengar aba-aba dari Rendi, tanpa ragu para preman itu dengan ganas menerjang Ryan. Mereka mengangkat golok mereka tinggi-tinggi sehingga bilah golok-golok mereka terlihat berkilat di udara. Namun, Ryan dengan tenang menatap mereka, siap menghadapi serangan mereka dengan tangan kosong. Serangan pertama datang dengan cepat, sekelompok preman mendekati Ryan dengan serangan horizontal yang kuat. Namun, dengan kecepatan yang luar biasa, Ryan menghindari serangan mereka dengan gerakan yang lincah, seperti
Tak butuh waktu lama, Rendi telah membawa Ryan ke sebuah Klub Malam di tengah kota Surabaya. Karena saat ini matahari masih berada di puncak, suasana Klub Malam bernama Viper Nest itu masih tampak sepi.Dari penjelasan Rendi selama perjalanan, Arnold ternyata adalah seorang pimpinan sebuah Geng bernama Viper dan membawahi beberapa Klub Malam, Panti Pijat, dan juga Rumah Judi di wilayah Surabaya Pusat dan Timur. Arnold juga sering memberikan pinjaman dengan bunga tinggi pada orang-orang yang membutuhkan untuk merebut aset mereka. Jadi, alasan Arnold bersedia memberikan pinjaman pada Nova dan Imam adalah karena dia ingin merebut rumah tempat tinggal mereka berdua.Dari cerita ini, Ryan benar-benar ingin segera memberinya salam yang sangat hangat pada Arnold.Ryan melangkah masuk ke klub malam yang gelap dengan Rendi di sampingnya. Suasana hening terisi dengan ketegangan saat mereka berjalan melintasi lorong yang sepi. Beberapa kali Ryan dan Rendi bertemu dengan sejumlah anggota Geng V