Beranda / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 221. Bergantung Padamu

Share

Bab 221. Bergantung Padamu

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-04 23:20:37

"Ayo nak kita pulang," ajak bu Aisah kepada Bara.

Bara hanya menggeleng perlahan dan masih tergugu pada posisinya.

"Nak, ayo kita pulang. Sepertinya mau hujan," ujar Abah menepuk pundak Bara pelan.

"Abah duluan aja, nanti Bara nyusul," ujar Bara parau.

"Jangan seperti ini nak, ayo pulang." Kali ini bu Bira yang berusaha mengajak Bara dan langsung menarik tangan Bara untuk berdiri.

Langitpun semakin gelap, tetes-tetes hujan mulai turun perlahan, Bara masih bersimpuh di samping pusara Salma. Yang lain mulai beranjak menuju mobil untuk menghindari hujan. Namun Bara tak peduli.

"Pak, ayo kita pulang. Hujan sudah turun," ajak Ari dan Frans dengan membawa payung melindungi Bara dari tetesan hujan.

"Salma kedinginan disini, Salma sendirian," ujar Bara memeluk nisan Salma.

"Pak, bu Salma sudah tenang disana. Beliau akan sedih melihat Bapak seperti ini," ujar Ari yang ikut duduk disamping Bara.

Sementara itu Bizar bersama istri dan anaknya Alina masih didalam mobil yang terparkir tidak jauh da
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 224. Ikhlas

    Bara bersimpuh dan beberapa kali menghapus jejak air mata yang berusaha ditahannya, namun tidak bisa. Air mata itu mengalir dengan sendirinya.Suara Bara hanya tercekat sebatas kerongkongan, bahkan bibir yang bergetar tak mampu mengeluarkan suara.“Mas besok akan mulai kembali bekerja, Sal,” ujar Bara kemudian.“Kamu jangan khawatir, Alma dirumah bersama Ibu dan Mama. Semua orang menyayanginya, Sal,” ujar Bara sambil memegang erat nisan Salma.Angin yang berhembus lembut menerpa pohon besar diatas pusara Salma.“Sejuk ya Sal disini? Semoga kamu suka,” ujar Bara.Seseorang yang baru saja mengunjungi makam Salma pergi meninggalkan area pemakaman setelah menunggu sekian lama Bara tak kunjung juga pergi. Ternyata dia adalah Vina mantan kakak ipar Salma yang selalu menyerang dan menghina Salma. Mungkin baru timbul penyesalan dan saat ini tidak bisa lagi untuk meminta maaf secara langsung.Dua jam lebih Bara hanya duduk di dekat pusara tanah merah Salma, dan ketika mentari mulai meninggi ba

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 223. Wajah yang Sangat Mirip

    “Bapak mau kemana?” tanya Ari panik saat melihat Bara berdiri dan menuju ke mobilnya.Bara tidak menjawab dan membuka pintu mobil yang ternyata terkunci hingga menimbulkan suara alarm karena percobaan membuka secara paksa.Frans segera memanggil Abah dan yang lainnya, melihat Bara bertingkah aneh.“Pikirannya belum sepenuhnya tenang,” ujar bang Niko.“Umi!” pekik Ranti.Ternyata melihat Bara yang seperti itu membuat Umi Melati kembali mengingat Salma dan tubuh lemahnya pingsan.Ranti dan Via membantu membaringkan Umi, mengurut dan mengoleskan minyak kayu putih hingga Umi kembali sadar.Sedangkan Abah tampak membaca ayat al-qur’an dan doa, juga membimbing Bara untuk beristighfar.“Jangan biarkan pikiran kamu kosong Nak, teruslah beristighfar ya,” pesan Abah kepada Bara.Bara hanya mengangguk pelan.“Pak, kita makan yuk. Bapak kan belum makan dan minum obat,” ujar Ari.“Iya kamu makan aja dulu, Nak,” ujar Abah.“Gua gak lapar, Ri,” ujar Bara.“Udah makan sedikit aja, masak tamu disuruh

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 222. Rapuh

    Ainel pun hanya terpaku melihat keanehan yang ditunjukkan oleh Alma.“Alma sudah lelah menangis,” ujar bu Bira memecah kesunyian.“Iya Tan, sepertinya begitu,” ujar Ainel membenarkan.“Kamu siapa, Nak?” tanya umi kepada Ainel.“Dia Ainel Mi, mantan istri Bara ibu kandungnya Tama,” ujar bu Aisah menjelaskan.Umi Melati hanya mengangguk pelan.Setelah beberapa lama Alma tertidur dalam gendongan Ainel, waktunya Alma diletakkan diatas tempat tidurnya.“Alma tidurnya dimana, Bu?” tanya Ainel kepada bu Aisah.“Box bayi ada dikamar ibu,” jawab bu Aisah.“Bawa sini aja Aisah box bayinya,” ujar Umi Melati.“Baik, Mi.”Di waktu yang bersamaan dokter Fadil, dokter keluarga yang tadi dipanggil bu Bira sudah tiba di rumah tersebut.“Assalamualaikum,” ucap dokter Fadil.“Waalaikumsalam, masuk dok,” jawab bu Bira.“Ari, Frans, Mama minta tolong anterin dokter Fadil kekamar Bara ya,” ujar bu Bira kepada Ari dan Frans yang juga ikut terbengong saat Alma berhenti menangis digendong oleh Ainel.Ari dan

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 221. Bergantung Padamu

    "Ayo nak kita pulang," ajak bu Aisah kepada Bara.Bara hanya menggeleng perlahan dan masih tergugu pada posisinya."Nak, ayo kita pulang. Sepertinya mau hujan," ujar Abah menepuk pundak Bara pelan."Abah duluan aja, nanti Bara nyusul," ujar Bara parau."Jangan seperti ini nak, ayo pulang." Kali ini bu Bira yang berusaha mengajak Bara dan langsung menarik tangan Bara untuk berdiri.Langitpun semakin gelap, tetes-tetes hujan mulai turun perlahan, Bara masih bersimpuh di samping pusara Salma. Yang lain mulai beranjak menuju mobil untuk menghindari hujan. Namun Bara tak peduli."Pak, ayo kita pulang. Hujan sudah turun," ajak Ari dan Frans dengan membawa payung melindungi Bara dari tetesan hujan."Salma kedinginan disini, Salma sendirian," ujar Bara memeluk nisan Salma."Pak, bu Salma sudah tenang disana. Beliau akan sedih melihat Bapak seperti ini," ujar Ari yang ikut duduk disamping Bara.Sementara itu Bizar bersama istri dan anaknya Alina masih didalam mobil yang terparkir tidak jauh da

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 220. Cari Aku Jika Nanti Aku Tidak Ada Di Surga, Sayang

    Sahut-sahutan bacaan ayat suci al-qur'an bergema di seluruh ruangan, terdengar begitu kompak. Mereka yang baru datang mengambil posisi dan bagiannya masing-masing langsung ikut terlarut membaca ayat suci al-qur'an."Umi," panggil Tama lirih saat Ainel dan bik Sri mengajak kedua anak tersebut untuk makan malam."Makan dulu yuk nak, nanti kamu sakit," bujuk Ainel kepada Tama dan Rikel."Mau omelet buatan Umi," ujar Tama sejurus kemudian.Membuat Ainel dan bik Sri saling pandang."Mama buatin ya, Nak?" ujar Ainel dan langsung menuju dapur, mbok Inah yang melihat itu mendekat."Mau apa non?" tanya mbok Inah."Mbok, bantuin Ainel mbok. Anak-anak mau omelet buatan Uminya," ujar Ainel parau.Mbok Inah yang beberapa kali melihat Salma membuat omelet sayur itu mencoba untuk membuatnya."Mudah-mudahan anak-anak suka ya non," ujar mbok Inah menyerahkan dua buah omelet sayur kesukaan anak-anak."Terima kasih, Mbok," jawab Ainel yang berlalu menuju meja makan."Tidak sama dengan buatan Umi," ujar

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 219. Kehilangan

    "Alma Putri Kaizer," nama yang yang mereka sematkan pada putri cantik mereka yang baru di lahirkan.Semua orang bersuka cita atas lahirnya putri kandung dari seorang Albara Kaizer, yang dulu hanyalah anak yang terbuang dan kini menjadi seorang anak muda yang disegani.Bara tertegun saat melihat ke arah sang istri yang sedang ditangani oleh dokter dan beberapa perawat, tampak wajah kecemasan dari dokter Bella."Salma," panggil Bara pada tubuh yang sudah pucat dan terkulai lemas.Salma membuka matanya dan tersenyum ke arah sang suami, Bara melihat Salma yang begitu cantik saat tersenyum walaupun mukanya terlihat pucat."Bertahan, Sayang," ujar Bara menggenggam tangan Salma dengan air mata yang tertahan."Bertahanlah sayang, demi Alma anak kita," ujar Bara parau.Salma hanya mengangguk lemah, Bara menggenggam dan terus menciumi tangan sang istri. Sementara Abah dan Umi juga sudah berada di ujung kepala Salma.Abah terus membacakan ayat al-qur'an, Umi terus membisikkan asma Allah di telin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status