Beranda / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 25. Hampir Membunuh

Share

Bab 25. Hampir Membunuh

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 19:54:00

Ainel sudah memegang cutter di tangannya, sambil menatap Bara yang sedang terlelap. Lama Ainel terdiam menatap Bara dan cutter secara bergantian. Saat itu Bara menggeliat, dengan sigap Ainel menyembunyikan cutter dibelakang tubuhnya.

Ternyata Bara tidak terbangun hanya merubah posisi tidur. Cutter masih berada dalam genggaman Ainel, bahkan mata cutter terlihat sudah mengarah ke Bara.

Beberapa saat terdiam, kemudian Ainel luruh di depan Bara sambil menangis.

“Apa yang gua lakukan?” ucap Ainel sembari memandang tangannya yang masih memegang cutter.

Ainel kembali menyimpan cutter tersebut dengan gemetar. Untung dia cepat tersadar sebelum menjadi seorang pembunuh. Dia tiba-tiba memikirkan akan tinggal di dalam penjara dan melahirkan disana, sungguh dia tak mampu dan hal itu akan mencoreng nama besar Martano Hario.

Ainel duduk bersimpuh di depan meja riasnya, setelah meletakan cutter ditempat semula. Ainel tak mampu lagi menahan emosinya, dia menangis sejadi-jadinya.

Bara yang sayup-sayup
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 208. Sakit Tenggorokan

    “Kerja dari rumah abah dong Sal, tapi kita mesti bawa salah satu dari Jojo cs yang ikut kita menginap disana,” ujar Bara kepada Salma.“Emang mas gak papa?” tanya Salma antusias.“Iya gapapa dong, Sal.”“Anak-anak gimana, Mas?” tanya Salma.“Kan ada bik Sri yang bertanggung jawab terhadap anak-anak loh, Sal,” ujar Bara meyakinkan sang istri.Bu Bira menggerutu saat mendengar rencana kedua suami istri tersebut yang akan menginap dirumah abahnya Salma.“Besok sehabis subuh kita berangkat ya, karena mas kan mau kerja. Jadi ngantar kamu terlebih dahulu, habis itu langsung ke kantor,” pesan Bara kepada Salma.“Hu-um,” jawab Salma sambil memeluk erat lengan kekar Bara.“Ehm,” bu Bira berdehem namun Bara dan Salma hanya cuek tanpa menoleh.Bu Aisah menahan senyum melihat bu Bira yang duduk disebelahnya tampak kesal melihat anak dan menantunya yang tak memperdulikannya.“Ehm,” kembali bu Bira berdehem lebih keras dari yang pertama.“Mbok Inah,” panggil Bara.“Ya nak Bara,” jawab mbok Inah dar

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 207. Perlawanan Salma

    Ceklek.Tampak wajah bu Bira yang tanpa dosa menyembul di balik pintu sambil tersenyum. Bara hanya mampu mengusap wajah kasarnya melihat kelakukan sang ibu.“Ada apa, Ma?” tanya Bara datar.“Ini Mama bawain ini bagus untuk ibu hamil,” jawabnya sambil mengacungkan sebuah minuman berwarna gelap tersebut.“Ini apa, Ma?” tanya Bara mengambil botol minuman tersebut.“Ini air jahe bagus untuk morning sickness yang sering dialami sama Salma,” ujar bu Bira tersenyum.“Makasih ya, Ma,” ujar Bara sambil mau menutup pintu namun ditahan oleh bu Bira.“Ada apa lagi, Ma?” tanya Bara sedikit kesal.“Gapapa, kalian lagi ngapain didalam?” tanya bu Bira melongo ke dalam kamar melihat Salma yang sedang istirahat.Salma memang memilih untuk tiduran daripada menanggapi setiap perkataan bu Bira.“Rujaknya udah abis?” tanya bu Bira.“Kayaknya belum,” jawab Bara asal.“Oh kirain udah abis, lapar berarti Salma,” kekeh bu Bira sambil berlalu turun kebawah.Bara menutup kembali pintu kamar dan menghela nafas be

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 206. Yakin Kuat?

    “Salma,” panggil Bara kepada istrinya yang masih duduk di dapur memperhatikan bik Rasi masak untuk makan malam keluarga mereka.“Iya, Mas,” jawab Salm.“Masih mau disini?” tanya Bara karena sudah lebih satu jam Salma masih betah duduk disana walaupun teh dan kuenya sudah tidak bersisa.“Kayaknya enggak, Mas,” kekeh Salma bangkit lalu berjalan ke lantai atas diiringi oleh Bara.“Besok Ainel mau kesini,” ujar Bara saat mereka telah tiba di kamarnya.“Ngapain?” tanya Salma“Ketemu Tama?” tanya Salma lagi sedikit meninggi dan terlihat cemburu.“Gak, mau bawain baju-baju yang baru datang yang kemarin dia cerita sama kamu. Tadi dia telepon mas, katanya ponsel kamu gak aktif,” jelas Bara.“Oh iya, lupa ngecharge dan mati,” ujar Salma sambil tersenyum.“Mas bilang kamu gak bisa kesana lagi hamil, dia mau bawain kesini biar kamu sama ibu bisa milih gitu katanya,” jelas Bara kepada Salma yang tampak cemburu.“Oh, boleh deh.”“Kamu gak harus banyak beristirahat, agar kamu dan dedek bayi sehat,”

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 205. Suka atau Lapar

    Bara hanya terdiam, memandang layar ponselnya. Ainel terus memanggilnya.“Jangan bilang kalian ada apa-apa di belakang Salma,” ujar bu Bira mendelik ke arah Bara.“Enggak ada apa-apa ma sungguh,” jawab Bara seperti anak kecil yang ketahuan melanggar aturan.“Terus kenapa dia menelepon kamu?” tanya bu Bira lagi.“Bara gak tahu ma,” jawab Bara singkat.“Kenapa gak kamu angkat?” cecar bu Bira.“Nanti Bara salah lagi kalau diangkat,” jawab Bara menyesap kopinya.“Yaudah kamu angkat di depan mama,” perintah bu Bira.Akhirnya Bara menggeser tombol hijau pada ponselnya.“Halo Nel,” sapa Bara.“Bar, nomor Salma kenapa gak aktif ya. Gua mau ngabarin loh besok barangnya masuk kalau mau kesini,” ujar Ainel semangat.Sementara itu Salma yang ternyata mendengar pembicaraan bu Bira dan Bara menghela nafas lega saat mendengar teriakan Ainel yang ternyata mau menghubungi nya. Ponselnya Salma kelupaan mengisi daya, jadi mati total.Awalnya Salma mau turun untuk mengambilkan minum, karena the yang dia p

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 204. Tidak Percaya Diri

    "Kok pada diam?" tanya Bara heran."Horeeee!" jawab Rikel dan Tama bersamaan. Ternyata keduanya sengaja jahilin sang papa."Adiknya dimana?" tanya Rikel."Masih dalam perut umi sayang," jawab Bara."Umi, cepat cembuh ya Tama mau lihat adiknya," ujar Tama sambil memegang tangan Salma.Salma mengernyitkan keningnya dengan perkataan Tama."Adiknya kalau kita mau lihat pakai alat dokter sayang, nanti kalau sudah lahir baru bisa Tama ajak main," jelas bu Aisah."Oh, jadi belum bisa diajak main nek?" tanya Tama penasaran."Belum sayang," jawab Bara sambil mengelus kepala kedua anaknya.Keduanya sibuk berebutan mau duduk dekat uminya."Mama gak kesini bu?" tanya Bara kepada bu Aisah."Tadi beliau bilang mau ke kantor kayaknya," ujar bu Aisah."Ngapai ke Zaulhimar?" gumam Bara heran."Mungkin karena sudah lama gak kekantor," jawab bu Aisah."Bisa jadi."Bu Aisah membawa makan siang untuk Bara, umi dan abah. Juga membawa berbagai macam makanan, ada cake yang disukai Salma juga jus buah mangga.

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 203. Permintaan Damai

    "Umi?" panggil Salma saat membuka mata tak percaya Uminya sudah berada di sampingnya.Salma mengucek matanya untuk memastikan bahwa itu Uminya, kemudian sejurus kemudian Salma langsung memeluk Uminya erat."Selamat ya Nak, akhirnya Umi mau nambah cucu," ujar Umi Melati sambil menciumi pipi Salma."Muntah terus, Mi," rengek Salma."Sabar ya Sayang, itulah nikmatnya jadi seorang Ibu," ujar Uminya."Makan ya Umi suapin?" bujuk uminya."Hu-um," Salma mengangguk."Bara, ini makanan untuk Salma?" tanya umi kepada Bara."Iya Mi, atau mau Bara belikan yang baru?" tanya Bara."Gak usah ini aja kayaknya, Nak," jawab umi yang dijawab dengan anggukan oleh Bara.Bara sedang sibuk dengan ponselnya."Halo Hardi, apa kabar?" Akhirnya Bara menjawab panggilan dari Hardi."Baik, Pak Bara," jawab Hardi sambil terkekeh."Angin apa yang membuat pak Hardi menelepon saya?" tanya Bara sambil melihat jam karena sebentar lagi harus join meeting."Hmmmm... Masalah laporan Bapak untuk Hernadi," jawab Hardi terpot

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status