Home / Urban / Pembalasan Sang Presdir Dingin / BAB 2 SEBUAH PETUNJUK BARU?

Share

BAB 2 SEBUAH PETUNJUK BARU?

Author: shart96
last update Last Updated: 2025-08-11 09:14:33

BAB 2 SEBUAH PETUNJUK BARU?

William dan Hendery terus memperhatikan gerak-gerik orang tersebut dengan waspada, bisa saja orang tersebut orang berbahaya yang dapat melukai keduanya.

"Saya seorang kurir, ini ada kiriman paket untuk anda." orang tersebut mengeluarkan sebuah map berukuran besar berwarna coklat dari dalam tasnya lalu langsung memberikannya kepada William.

William awalnya ragu untuk mengambilnya, namun dia juga cukup penasaran dengan isi amplop tersebut.

"Tidak ada nama pengirimnya?" tanya William saat melihat memang benar di keterangan paket tersebut tertera namanya namun tidak tercantum siapa nama pengirimnya.

"Saya tidak tahu siapa yang mengirimnya Pak, tugas saya hanya mengantarkan paket tersebut. Karena paket tersebut sudah diberikan kepada penerima saya permisi masih ada paket yang masih harus diantarkan," orang tersebut bergegas pergi meninggalkan William dan Hendery tanpa mendengarkan kembali apa William dan Hendery ucapkan.

William segera membuka map tersebut dengan sedikit tidak sabaran untuk mengetahui apa isi di dalamnya, saat dilihat ternyata terdapat beberapa beberapa lembar kertas serta foto disana, dengan salah satu foto tertera tulisan "DIA" di belakangnya.

"Apa itu isinya Liam?"tanya Hendery penasaran, kini mulai melangkahkan kakinya mendekati William.

"Beberapa lembar berkas dan foto, disalah satu foto tersebut ada tulisan Dia; apa orang ini ada kaitannya dengan Rian?" tanya William nampak berfikir sejenak, lalu beberapa detik kemudian dia berlari meninggalkan lobi apartemen tersebut.

"Liam mau kemana?" teriak Hendery yang baru saja melihat foto tersebut, kini dia ikut berlari mengejar William untuk mengetahui dia akan pergi kemana.

William bergegas memperhatikan sekitar setelah keluar dari lobi apartemen, matanya fokus untuk mencari seseorang. dia mencari orang yang memberikan paket tersebut kepadanya. Dia yakin orang yang memberikannya paket bukan seorang kurir, karena gelagat orang tersebut menurutnya cukup mencurigakan.

"Sial...sepertinya dia sudah pergi cukup jauh. cepat juga dia," ucap William mencoba mengatur nafasnya setelah berlari kesana-kemari mencari orang tersebut namun tidak berhasil menemukannya.

William cukup kesal karena terlambat menyadari hal tersebut, andai dia menyadarinya lebih cepat, dia bisa menginterogasi orang itu; namun sayang dia kehilangan jejaknya karena letak apartemen yang tidak jauh dari jalan besar dan bisa saja orang tersebut pergi menghindar pergi menuju jalan kecil yang tidak William tahu letaknya.

"Stop Liam jangan lari lagi! ngapain lari tiba-tiba coba?" tanya Hendery dengan nafas tersengal-sengal.

"Aku mencari orang yang mengirim paket itu, aku menduga dia bukan seorang kurir. Bisa saja dia seorang informan yang membantu kita," sahut William.

"Tapi itu belum tentu juga Liam, bagaimana kalau orang itu yang akan mengecoh kita untuk mencegah kita mencari tahu tentang Rian dan kasus investasi palsu yang kita cari."Hendery memberikan pendapat karena bisa saja ini  sebuah jebakan yang direncanakan orang untuk mengecoh dirinya dan William yang sedang mencari informasi lebih tentang Rian dan kasus investasi palsu yang menimpa sahabatnya itu.

"Iya sudah karena sudah kehilangan jejaknya, kita pergi masuk ke unit apartemen sekarang .nanti coba kita cari tahu setelah itu nanti kita simpulkan orang itu memberikan paket itu sebagai petunjuk atau hanya sebagai pengecoh saja," sambung Hendery mengajak William untuk bergegas karena dia sudah cukup kelelahan mengejar pria tersebut.

"Baiklah." William dan Hendery pun kembali masuk ke dalam apartemen.

Keduanya memasuki lift, dan Hendery menekan tombol menuju lantai paling atas.

"Jadi ini apartemen milik kamu?" tanya William kembali untuk memastikan setelah keduanya masuk ke dalam unit apartemen tersebut.

"Bisa dibilang iya bisa dibilang tidak, iya karena apartemen dibangun atas nama perusahaan saya. Bisa tidak karena empat puluh lima persen modal dari orang tua saya dan lima persen dari Bapak," sahut Hendery melangkahkan kakinya menuju kulkas untuk mengambil air mineral dingin.

Setelah apartemen tersebut selesai, Hendery memiliki satu unit apartemen paling atas. Dia sudah mengisi seluruh ruangan dari mulai tempat tidur, sofa peralatan dapur bahkan stok makanan yang sudah full satu kulkas.

"Ah...iya aku lupa tentang siapa Ayah kamu, tapi nampaknya sudah ada penghuninya."

William melupakan bahwa Ayah Hendery merupakan pemilik salah satu perusahaan perbankan, dia baru mengetahui setelah dirinya masuk ke penjara karena sahabatnya tidak membahas tentang latar keluarganya.

"Iya baru beberapa, tapi sebenarnya sudah full booking sebagian besar dari mereka ingin tinggal setelah semuanya siap."

Hendery bergegas menyiapkan apa saja yang akan dibawa, sedangkan William sedang mengecheck berkas dan foto yang diberikan orang yang mengaku sebagai kurir.

"Apa keluargamu sudah ada yang menghubungi? harusnya ada yang jemput saat tadi keluar dari Lapas. Karena sebelumnya aku sudah memberitahu namun tidak ada tanggapan dari mereka semua." Hendery memberikan air mineral kepada William.

William menghela nafas."Kamu tahu sendiri Hendery, setelah aku dituduh aku langsung diacuhkan begitu saja. Bahkan untuk menjelaskan bahwa aku tidak melakukan itu Ayahku tidak ingin mendengarkannya, dia hanya peduli dengan perusahaan dan image yang menjadi kebanggaannya sejak lama, dan selebihnya... dia hanya mementingkan keluarga barunya saja."

"Padahal kamu mendirikan perusahaan dengan susah payah dari nol dan perusahaan Ayahmu ikut maju karena tahu bahwa kamu adalah anaknya, aku kira hanya di film saja yang seperti itu. Ternyata di dunia nyata pun ada."

"Asal kamu tahu sebagian Film juga diangkat dari kisah nyata."

"Kira-kira kalau kisah kamu diangkat jadi Film seru tidak iya Liam?" Hendery asal berucap.

"Eh bercanda Liam." Hendery meralat kembali ucapannya setelah melihat tatapan mematikan yang ditunjukkan William kepadanya.

"Tapi ada tidak Liam orang lain yang kamu curigai selama ini, atau kepikiran satu orang aja yang sekiranya memungkinkan jadi salah satu kandidat kaki tangan si Rian. Dia pasti tidak sendirian untuk melakukan itu semua,”

"Entahlah tidak sedikit orang-orang yang ingin menjatuhkan posisiku selama ini, namun setelah melihat foto ini aku jadi memikirkan seseorang." William menghela nafas seraya memandangi salah satu foto dengan tatapan mendalam.

William tidak yakin, namun dia akan menandai orang yang berada di dalam foto tersebut sebagai salah satu kandidat yang akan diselidiki sebagai kaki tangan Rian. Akankah setelah mendapatkan foto tersebut mempermudah penyelidikan William setelah keluar dari penjara, atau sebaliknya seperti yang diucapkan Hendery kalau foto tersebut bisa saja hanya sebagai umpan untuk mengecoh penyelidikannya saat ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 19

    Sudah dari satu jam yang lalu mereka telah tiba dan menunggu kapal kargo yang akan berlabuh di dermaga, namun masih belum terlihat kapal yang membawa barang milik Tedy Yan bersandar di pelabuhan.“Ini sudah tengah malam, tapi kenapa kapalnya belum juga sampai di pelabuhan?” tanya salah satu pengawal yang sedang mengawasi.“Aku juga tidak tahu, mungkin ada keterlambatan karena cuaca buruk. Kita tidak tahu cuaca laut seperti apa sekarang,” sahut yang lainnya.“Sebenarnya barang seperti apa yang dipesan Pak Tedi sampai mengerahkan semua pengawalnya ke sini?' bisik Bian yang saat ini sedang berada disamping William."Mungkin barang lelang dan barang mewah dan tentu mahal sejenisnya , jadi harus dikawal ketat. kalau tidak mana mungkin kita ada disini sekarang," sahut William sekenanya.Selang beberapa menit kemudian terlihat sebuah kapal kargo mulai mendekat ke pelabuhan, setelah di konfirmasi ternyata kapal tersebut yang membawa barang pesanan Tedi Yan.Semua mulai lebih mendekat ke arah

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 18

    “Heh dimana sekarang? jam segini keluyuran, baru nyampe dirumah tapi tidak terdeteksi tanda-tanda kehidupan.”-Hendery.“Liam sampai kesini jam berapa? kita disuruh kumpul jam setengah sebelas.”-Bian.William membalas satu per satu pesan yang masuk dari keduanya.”Aku harus pergi sekarang Bian memberitahuku kalau kami harus berkumpul segera sekarang, tetap hati-hati disini, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku.”William melihat area sekitar kamar hotel memeriksa sekilas takut ada yang masih mengikuti tanpa dia dan Mia sadari.“Baiklah, hati-hati juga di jalan.”William bergegas keluar dari hotel lalu mulai melanjutkan perjalanannya menuju gedung perusahaan Tedi Yan, sebelum pergi dia sudah membalas kedua pesan dari Bian dan Hendery. Kepada Bian dia akan datang dan sampai sekitar tiga puluh menit, sedangkan kepada Hendery dia sedang ada urusan dan akan menjelaskan detailnya nanti saat bertemu.Beruntung jarak antara hotel dan gedung perusahaan Tedi Yan tidak terlalu jauh, jadi hanya me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 17

    “Mau bagaimana lagi kita harus masuk ke ruang kerja Ayahku sekarang, tidak mungkin kita menunggu mereka sampai selesai bekerja. waktu kita tidak banyak lagi pula aku lihat yang lembur orang-orang yang sudah aku kenal juga,” sahut Mia melihat masih ada beberapa karyawan yang masih bekerja.Karena tidak ada lagi jalan akses menuju ruang kerja sang Ayah, dengan terpaksa mau tidak mau Mia dan William harus melewati para karyawan yang posisi mereka bekerja di dekat ruang kerja sang Ayah.“Ikuti saja aku dari belakang, dan jangan membuat gerakan yang mencurigakan!” perintah Mia berbisik.Setelah keduanya sepakat, Mia berjalan tegak penuh percaya diri menuju ruang kerja Ayahnya disusul William yang berada di belakangnya, terlihat seperti seorang pengawal.Orang yang berada disana yang mengenal Mia langsung menyapanya dengan ramah, Mia pun menyapa mereka kembali dengan ramah agar tidak ada yang curiga.“Mbak Mia tumben jam segini datang ke kantor?” sapa salah satu karyawan senior di perusahaa

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 16

    Rian dengan santai menenangkan Tedi Yan agar tidak terlalu khawatir karena William bekerja di perusahaannya, dia yakin saat ini kondisi masih mampu dia kendalikan. justru dengan William bekerja di perusahaan Tedi Yan dia bisa leluasa memantaunya dengan menempatkan beberapa orang suruhannya disana.“Baiklah aku pegang janjimu, aku sudah memperingatkanmu dari awal. Kalau terjadi sesuatu dengan perusahaanku kau yang aku cari lebih dahulu,” dengan nada tegas dan pandangan tajam Tedi Yan saat berbicara kepada Rian.“Tentu kau bisa pegang itu, selama kerja sama kita lancar. Maka semuanya akan lancar terkendali,”Setelah berdiskusi Rian meninggalkan gedung perusahaan Tedi Yan, sedangkan William kini sudah tiba di rumah Mia.“Bagaimana tadi, apa cukup menyenangkan?” tanya Mia kini meletakkan segelas jus jeruk dihadapan William.“Iya cukup menarik, meski sangat kewalahan. aku tidak menyangka bahwa ditunjuk langsung oleh Tedi Yan untuk menjadi pengawalnya,” William menerima jus tersebut lalu me

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB - 15

    William dan Bian pun masuk ke dalam ruangan tersebut, ruangan yang sering terlihat di film-film. Dimana sebuah ruangan yang biasa digunakan para bos-bos mafia dan para anggotanya untuk tempat dimana biasa mereka berkumpul.“Jadi ini salah satu tempat biasa mereka berkumpul, aku kira mereka tidak akan membuat basecamp di kantor. Berani juga ternyata Tedi Yan,”gumam William dalam hati sekilas melirik ke sekitar.William tidak menyangka seorang Tedi Yan berani membuat ruangan “khusus” untuk mereka berkumpul di kantor yang mana siapa saja bisa masuk, meski bisa saja dijaga ketat, tidak ada yang tahu ada seseorang yang iseng ingin melihat seluruh isi gedung.Apalagi terkadang beberapa “oknum” pencari berita suka berbuat nekat demi mendapatkan sebuah berita yang sangat eksklusif.Semua yang ada disana kompak langsung menatap kearah William dan Bian saat keduanya baru saja tiba, kini mereka menjadi pusat perhatian semuanya menatap penuh penasaran dan siaga."Tina obati mereka berdua!" perint

  • Pembalasan Sang Presdir Dingin   BAB 14

    William melepas jas yang dikenakannya, lalu dengan gerakan cepat menggulung kedua lengan kemeja yang menutupi tangannya sampai ke siku."Untuk mendapatkan informasi penting aku harus melakukan hal yang seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Namun aku harap semua ini akan setimpal dengan hasil akhir yang dilakukan nanti,"ucap William dalam hati sedikit mengeluh.William tidak menyangka bahwa akan melawan semua peserta yang lolos tahap selanjutnya dengan nya sekaligus, dia pikir akan melawannya satu lawan satu. saat baru saja wasit selesai memberi aba-aba, dirinya sudah mendapatkan bogem mentah dari salah satu peserta."Sial belum siap sepenuhnya sudah mendapat bogem mentah." William menyentuh sudut bibirnya yang terasa perih dan sedikit berbau anyir."Baiklah apa boleh buat, aku harus melakukannya tanpa bisa mengasihani mereka semua."William mulai memasang pertahanan dan membalas pukulan-pukulan yang dilayangkan oleh para peserta yang mulai menyerangnya, meski cukup kewalahan namun akh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status